China Protes Keras Tarif Impor Baja Kanada, Tuduh Langgar Aturan WTO

- Protes China atas tarif impor baja Kanada yang dianggap melanggar aturan WTO.
- Tarif 25 persen diberlakukan oleh Kanada pada impor baja dari China, mengancam hubungan dagang dan menimbulkan ancaman balasan dari China.
- China menyatakan akan membawa masalah ini ke panel sengketa WTO dan mengingatkan akan tindakan balasan jika tarif tidak dicabut.
Jakarta, IDN Times - Kedutaan Besar China di Ottawa menyatakan protes atas kebijakan tarif impor baja yang diberlakukan Kanada terhadap produk baja asal China. Pernyataan tersebut dirilis pada Jumat (18/7/2025), setelah pengumuman Pemerintah Kanada terkait penambahan tarif pada minggu ini.
Pihak China menilai kebijakan tarif baru Kanada tersebut melanggar ketentuan World Trade Organization (WTO) serta dianggap mengganggu tatanan perdagangan global. Protes diplomatik ini menjadi sorotan, mengingat kedua negara baru saja menyepakati langkah awal normalisasi hubungan pada Juni 2025.
1. Pengumuman tarif baru Kanada menuai reaksi China
Perdana Menteri Kanada Mark Carney mengumumkan diberlakukannya tarif 25 persen pada Rabu (16/7/2025), atas impor baja yang mengandung baja yang dilebur dan dituangkan di China. Kebijakan tersebut efektif berlaku akhir Juli 2025 demi melindungi industri baja domestik Kanada.
Pernyataan pemerintah Kanada menyebutkan bahwa kebijakan itu adalah respon atas kekhawatiran industri baja lokal yang menghadapi arus masuk produk murah dari luar negeri, terutama menyusul penerapan tarif 50 persen oleh Amerika Serikat (AS) yang berdampak global.
“Kami bekerja keras memastikan industri Kanada tetap kompetitif menghadapi praktik pasar global,” ujar Carney.
Kedutaan Besar China di Ottawa menilai langkah ini tidak adil dan menyalahi aturan WTO.
“Tindakan ini melanggar aturan, mengganggu tatanan perdagangan internasional, dan merugikan kepentingan China,” ujar juru bicara Kedubes China secara resmi, dikutip The Indian Express.
2. Dampak kebijakan tarif terhadap hubungan dagang Kanada-China
Kedutaan Besar China menyatakan kekhawatirannya tarif tersebut akan memperburuk hubungan dagang kedua negara. Data resmi menunjukkan nilai perdagangan bilateral tahun lalu mencapai 120 miliar dolar Kanada (Rp1,4 kuadriliun).
Kedutaan China menyoroti bahwa pendekatan Kanada tidak memiliki landasan hukum dan pada akhirnya hanya akan merusak kerja sama ekonomi dan perdagangan yang normal antara China dan Kanada.
Pada Juni 2025, kedua pihak sejatinya telah mencapai kesepakatan untuk meningkatkan hubungan dan memulai kembali dialog perdagangan yang sempat beku. Namun, ketegangan kembali memuncak usai pengumuman tarif baru ini.
3. Ancaman tindakan balasan dan penyelesaian sengketa di WTO
Kedutaan China juga mengingatkan bahwa langkah Kanada dapat memicu tindakan balasan.
“Jika Kanada mencabut tarif diskriminatif terhadap China, tindakan balasan China dapat disesuaikan atau dicabut sesuai dengan prosedur yang berlaku,” ungkap pihak kedutaan China.
Pemerintah China, melalui Kementerian Perdagangan, menyampaikan keengganan untuk tetap diam dan akan menempuh langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi hak dan kepentingan perusahaan China apabila kebijakan Kanada tidak segera dibatalkan.
Di tingkat organisasi internasional, WTO resmi membentuk panel sengketa atas permintaan China untuk meninjau kebijakan tarif Kanada. Proses penyelesaian ini diperkirakan akan memakan waktu beberapa bulan hingga ada putusan berkekuatan tetap.