Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kemiskinan Masih Tinggi, Prabowo: Jangan Senang Lihat Angka Statistik

Presiden Prabowo Subianto berikan pidato usai dilantik sebagai presiden terpilih periode 2024-2029 di Gedung MPR/DPR pada Minggu (20/10/2024). (youtube.com/MPRGOID)
Presiden Prabowo Subianto berikan pidato usai dilantik sebagai presiden terpilih periode 2024-2029 di Gedung MPR/DPR pada Minggu (20/10/2024). (youtube.com/MPRGOID)

Jakarta, IDN Times - Presiden Prabowo Subianto menilai jumlah masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan masih banyak. Kondisi itu menyebabkan banyak anak Indonesia yang tidak mendapatkan akses makanan bergizi.

Oleh sebab itu, Prabowo di hadapan hadirin dalam pelantikan Presiden-Wakil Presiden 2024-2029, dia mengingatkan untuk tak terlena pada angka statistik terkait perkembangan ekonomi Indonesia.

“Kita sebagai pemimpin politik jangan kita terlalu senang melihat angka-angka statistik yang membuat kita terlalu cepat gembira, terlalu cepat puas, padahal kita belum melihat gambaran sepenuhnya,” kata Prabowo di ruang sidang Paripurna, Gedung MPR-DPR RI, Jakarta, Minggu (20/10/2024).

1. RI masuk ekonomi terbesar ke-16 tapi banyak rakyat tak dapat pekerjaan yang baik

MPBI DIY menggelar aksi memperingati Hari Buruh di Tugu Pal Putih-Titik Nol Kolimeter Yogyakarta, Rabu (1/5/2024). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)
MPBI DIY menggelar aksi memperingati Hari Buruh di Tugu Pal Putih-Titik Nol Kolimeter Yogyakarta, Rabu (1/5/2024). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Dia menyinggung soal status ekonomi Indonesia yang masuk jajaran terbesar ke-16 di dunia, dan juga Indonesia masuk dalam kalangan negara-negara G20. Namun, menurutnya masih banyak realita di dalam negeri yang harus ditangani.

“Kita merasa bangga bahwa kita diterima di kalangan G20, kita merasa bangga bahwa kita disebut ekonomi ke-16 terbesar di dunia. Tapi apakah kita sungguh-sungguh paham, dan melihat gambaran utuh dari keadaan kita?” ucap Prabowo.

Prabowo mengatakan, meski Indonesia meraih status itu, tapi banyak masyarakat yang tak bisa mengakses pekerjaan dan pendidikan yang baik.

“Apakah kita sadar bahwa kemiskinan di Indonesia masih terlalu besar? Apakah kita sadar bahwa rakyat kita dan anak-anak kita banyak yang kurang gizi? Banyak rakyat yang tidak dapat pekerjaan yang baik. Banyak sekolah-sekolah kita yang tidak terurus,” ucap Prabowo.

2 Banyak masyarakat tak merasakan kemerdekaan

Ilustrasi warga miskin di Indonesia (Dok. IDN Media)
Ilustrasi warga miskin di Indonesia (Dok. IDN Media)

Menurut Prabowo, pekerjaan rumah (PR) bagi Indonesia masih sangat besar. Dia pun meminta semua pihak membuka mata akan nasib masyarakat yang belum merasakan kemerdekaan di Tanah Air.

“Kita masih melihat sebagian saudara-saudara kita yang belum menikmati hasil kemerdekaan. Terlalu banyak saudara-saudara kita yang berada di bawah garis kemiskinan, terlalu banyak anak-anak kita yang berangkat sekolah tidak makan pagi, terlalu banyak anak-anak kita yang tidak punya pakaian untuk berangkat sekolah,” tutur Prabowo.

3. Target Jokowi turunkan kemiskinan hingga 6,5 persen di 2024 tak tercapai

Presiden Jokowi pimpin Rapat Terbatas terkait Rencana Kerja Pemerintah, Nota Keuangan, dan RAPBN Tahun 2025 di Kantor Presiden, Senin (5/8/2024). (IDN Times/Ilman Nafi'an)
Presiden Jokowi pimpin Rapat Terbatas terkait Rencana Kerja Pemerintah, Nota Keuangan, dan RAPBN Tahun 2025 di Kantor Presiden, Senin (5/8/2024). (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Selama 10 tahun terakhir, yakni 2014-2024 di bawah kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi), tingkat kemiskinan Indonesia masih di atas 9 persen. Padahal, tahun lalu di sidang penetapan RAPBN 2024, Jokowi menargetkan tingkat kemiskinan tahun ini bisa turun di kisaran 6,5-7,5 persen.

“Dengan pengelolaan fiskal yang kuat, disertai dengan efektivitas dalam mendorong transformasi ekonomi dan perbaikan kesejahteraan rakyat, maka tingkat pengangguran terbuka 2024 diharapkan dapat ditekan dalam kisaran 5,0 persen hingga 5,7 persen, angka kemiskinan dalam rentang 6,5 persen hingga 7,5 persen," kata Jokowi di ruang Rapat Paripurna Gedung MPR-DPR RI, Jakarta, Rabu (16/8/2023).

Berikut rincian angka kemiskinan selama 10 tahun kepemimpinan Jokowi berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS):

  • 2014: 11,25 persen
  • 2015: 11,22 persen
  • 2016: 10,86 persen
  • 2017: 10,64 persen
  • 2018: 9,82 persen
  • 2019: 9,41 persen
  • 2020: 9,78 persen
  • 2021: 10,14 persen
  • 2022: 9,54 persen
  • 2023: 9,36 persen
  • 2024: 9,03 persen.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us