Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kuota Penerima Beasiswa LPDP 2025 Dipangkas Jadi 4.000, Kenapa?

Facebook.com/LPDP Kementererian Keuangan RI
Facebook.com/LPDP Kementererian Keuangan RI


Bogor, IDN Times – Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) membatasi jumlah penerima beasiswa menjadi 4.000 peserta pada 2025, meskipun jumlah pendaftar mencapai 78 ribu orang. Jumlah ini jauh lebih sedikit dibandingkan 2024, dengan 8.592 peserta dinyatakan lolos dari 52.842 pendaftar.

Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Utama LPDP, Sudarto, menegaskan pengurangan jumlah penerima beasiswa yang biasa disebut awardee bukan disebabkan oleh kebijakan efisiensi anggaran pemerintah. Menurutnya, langkah ini diambil karena dalam dua tahun terakhir LPDP telah menerima jumlah mahasiswa yang sangat besar, sebagai bagian dari upaya mengejar ketertinggalan partisipasi pendidikan tinggi.

"Mengenai jumlahnya, saya sampaikan misalnya pada 2023 kami bisa mengirim sekitar 9.000 awardee. Kemudian, 2024 sekitar 8.000. Jadi, isunya bukan soal efisiensi. Isunya adalah dalam dua tahun terakhir kami memang mengirim jumlah mahasiswa yang cukup banyak. Tujuannya apa? Kami ingin mengejar ketertinggalan," ujar Sudarto dalam acara Media Gathering APBN 2026 di Novotel, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Kamis (9/10/2025).

1. Rincian jumlah penerima beasiswa LPDP

Ilustrasi beasiswa LPDP. (Instgram/lpdp_ri)
Ilustrasi beasiswa LPDP. (Instgram/lpdp_ri)

Dalam catatannya, jumlah awardee LPDP yang saat ini sedang menempuh pendidikan tinggi mencapai sekitar 34 ribu hingga 35 ribu orang. Dari jumlah tersebut, 51 persen menempuh pendidikan di dalam negeri, sementara sisanya di luar negeri. Banyaknya awardee yang masih menjalani studi inilah yang menjadi salah satu alasan utama LPDP memangkas hampir setengah dari kuota beasiswa tahun ini.

Meskipun pemerintah tengah melakukan efisiensi anggaran, hal itu tidak berdampak langsung terhadap LPDP karena lembaga ini memiliki dana abadi yang mencapai Rp154,11 triliun.

"Jadi, sebenarnya dengan adanya dana abadi, LPDP tidak terdampak isu efisiensi," ujar Sudarto.

2. LPDP kelola portofolio investasi paling banyak di obligasi pemerintah

Ilustrasi Obligasi/Surat Berharga (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi Obligasi/Surat Berharga (IDN Times/Aditya Pratama)

Sudarto menegaskan, hingga 30 September 2025, saldo Dana Abadi telah mencapai Rp154,11 triliun, meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan 2020 yang tercatat sebesar Rp70,11 triliun. Pertumbuhan dana ini didorong oleh peningkatan seluruh komponen Dana Abadi, yakni Dana Abadi Pendidikan (DAP) sebesar Rp126,12 triliun, Dana Abadi Penelitian (DAPL) Rp12,99 triliun, Dana Abadi Perguruan Tinggi (DAPT) Rp10 triliun, dan Dana Abadi Kebudayaan (DAKB) Rp5 triliun.

Di sisi lain, Sudarto menyebutkan Dana Abadi Pendidikan diperkirakan akan mengalami defisit pada 2025. Namun, kondisi tersebut dinilai masih dalam batas wajar, dan dapat ditutupi oleh kinerja portofolio dari tahun-tahun sebelumnya, khususnya dari hasil investasi 2020.

"Kemungkinan, tahun ini Dana Abadi Pendidikan akan mengalami defisit, tapi masih bisa tertutupi oleh keuntungan dari 2020. Kenapa? Karena itu bagian dari portofolio kami. Kami sangat menjaga tata kelola portofolio investasi dengan baik,” jelasnya.

Saat ini, LPDP mengelola portofolio investasi sebesar Rp158,35 triliun. Komposisinya didominasi oleh obligasi negara (71,65 persen), deposito (21,80 persen), obligasi korporasi (4,67 persen), dan instrumen pasar uang lainnya seperti SRBI (1,88 persen).

LPDP menerapkan prinsip investasi yang berfokus pada keberlanjutan, likuiditas, dan mitigasi risiko. Strategi pengelolaan investasi mencakup pergeseran ke investasi jangka panjang, kerja sama dengan APBN, natural hedging melalui jejaring global, serta eksplorasi pendanaan melalui hibah dan co-funding. LPDP juga berhasil mencatat yield investasi jangka panjang sebesar 7,10 persen, melebihi target pemerintah sebesar 6,30 persen.

3. Rincian realisasi belanja dan pendapatan dari LPDP

Screenshot 2025-10-10 125716.jpg
Rincian pendapatan dan belanja LPDP dari tahun ke tahun. (IDN Times/Triyan).

Dalam paparannya, pemerintah juga membandingkan tren pendapatan dan belanja LPDP dalam beberapa tahun terakhir. Pada periode 2020 hingga 2022, belanja cenderung lebih tinggi dibandingkan pendapatan. Namun, tren tersebut mulai membaik sejak 2023.

Secara rinci, realisasi pendapatan LPDP hingga 30 September 2025 mencapai Rp6,82 triliun, sementara belanja tercatat sebesar Rp7,46 triliun. Meski belanja masih melebihi pendapatan, tren jangka panjang menunjukkan perbaikan signifikan, dengan pendapatan tertinggi tercapai pada 2024 sebesar Rp10,95 triliun.

"Biasanya kalau kita lihat 2020, 2021, dan 2022, belanja negara selalu lebih tinggi dari pendapatan. Namun, sejak 2023 dan 2024, mulai terlihat keseimbangan. Pada 2023, pendapatan dan belanja mulai mendekati, bahkan 2024 belanja hanya sedikit lebih tinggi," ujar Sudarto.

4. Jumlah penerima beasiswa LPDP dipastikan kembali naik di 2027

Situs beasiswa LPDP (lpdp.kemenkeu.go.id)
Situs beasiswa LPDP (lpdp.kemenkeu.go.id)

Sudarto memastikan pengurangan jumlah penerima beasiswa bersifat sementara dan diperkirakan hanya berlangsung hingga 2026. Pada 2027, LPDP berencana kembali meningkatkan jumlah penerima menjadi sekitar 6.000 orang.

"Mudah-mudahan nanti di tahun 2027 kita bisa kembali menyalurkan sekitar 6.000 penerima. Dari 4.000 awardee yang dikelola langsung oleh LPDP, ditambah sekitar 2.000 lagi dari Dikti Saintek dan Dikdasmen, totalnya menjadi sekitar 6.000. Jadi, sekali lagi ini tidak terkait dengan efisiensi, melainkan lebih kepada kebijakan kami sebelumnya yang memang ingin mengejar ketertinggalan," ujar Sudarto.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satria Permana
EditorSatria Permana
Follow Us

Latest in Business

See More

China dan India Fokus Batu Bara Domestik, Ekspor dari RI Anjlok

10 Okt 2025, 19:11 WIBBusiness