Perang Biaya Kapal China-AS Picu Gangguan Perdagangan Global

- Operator kapal menghindari biaya AS sebesar 50-140 dolar AS per ton bersih
- Kapal-kapal AS di jalur pelayaran China dialihkan untuk menghindari biaya balasan China
- Biaya tambahan ini akan meningkatkan harga barang secara signifikan
Jakarta, IDN Times - Ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat (AS) meningkat setelah kedua negara secara bersamaan memberlakukan biaya baru pada kapal kargo yang berlabuh di pelabuhan mereka. Kebijakan yang mulai berlaku pada Selasa (14/10/2025) itu langsung memicu gangguan pada arus pengiriman barang global dan membuat pelaku industri pelayaran waspada terhadap potensi lonjakan biaya logistik.
Langkah kedua negara ekonomi terbesar dunia tersebut disebut sebagai tindakan saling balas yang dikhawatirkan dapat memperburuk rantai pasok internasional. Para analis menilai, ongkos tambahan ini bukan hanya akan memengaruhi ketersediaan kapal kargo, tetapi juga berisiko menaikkan harga barang konsumsi di pasar domestik masing-masing negara.
1. Penurunan kapal kargo akibat biaya pelabuhan baru

Operator kapal secara aktif menarik kapal yang terkait China dari jalur pelayaran ke AS guna menghindari biaya pelabuhan AS yang dikenakan sebesar 50 dolar AS (Rp828,6 ribu) per ton bersih, yang akan meningkat hingga 140 dolar AS (Rp2,3 juta) pada April 2028. Pada waktu yang sama, kapal-kapal yang terkait AS di jalur pelayaran China juga dialihkan untuk menghindari biaya balasan sebesar 400 yuan (Rp930 ribu) per ton bersih yang dikenakan China pada kapal AS.
"Jumlah kapal yang tersedia untuk berlabuh di pelabuhan China jelas lebih sedikit dari sebelumnya di seluruh sektor pelayaran," ujar Statis Tsis dari Seanergy Maritime Holdings, dilansir Channel News Asia.
Ia menambahkan, biaya tambahan ini pada akhirnya akan dibebankan kepada konsumen, sehingga meningkatkan harga barang secara signifikan.
2. Penetapan tarif pelabuhan dan dampaknya terhadap perdagangan
Beijing telah mengumumkan secara resmi pemberlakuan tarif pelabuhan sebagai balasan terhadap kebijakan tarif AS. China khusus mengenakan biaya kepada kapal yang dimiliki, dioperasikan, atau dibangun oleh entitas yang memiliki keterkaitan kepemilikan dengan AS melebihi 25 persen.
Tarif ini berlaku maksimal untuk lima kunjungan per kapal tiap tahun, dan akan meningkat secara bertahap hingga mencapai 1.120 yuan (Rp2,6 juta) per ton bersih pada April 2028. Kebijakan ini ditujukan terutama pada kapal tanker dan bulk carrier yang menjalankan pengiriman energi dan bahan mentah.
"Ketentuan kepemilikan lebih dari 25 persen menyebabkan cakupan kebijakan ini menjadi sangat luas, menyentuh tidak hanya kapal AS, tetapi juga pihak ketiga dengan hubungan finansial ke AS," kata analis Roar Adland dari brokerage SSY, dilansir CNBC.
3. Respons pelaku industri dan proyeksi dampak jangka panjang

Para eksekutif pelayaran dan analis pasar mengungkapkan kekhawatiran atas ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan biaya pelabuhan berganda ini.
"Dalam jangka pendek, ini akan menghasilkan biaya lebih tinggi bagi konsumen Amerika, penurunan keuntungan perusahaan pelayaran, dan sedikit penurunan permintaan pada sektor tertentu di AS," kata Presiden American Chamber of Commerce di China, Michael Hart.
Namun demikian, perubahan ini diperkirakan akan mendorong permintaan kapal yang tidak berasal dari China, meskipun kapal buatan AS kemungkinan tidak banyak diminati karena biaya yang tinggi dan keterbatasan kapasitas pembuatan kapal di AS. Penurunan aktivitas kapal yang melewati pelabuhan juga tercatat, dengan data Pole Star menunjukkan jumlah kapal China yang masuk ke pelabuhan AS nyaris mencapai nol pada Oktober 2025 dibandingkan 1.678 unit pada Januari 2025.