PT Vale Indonesia Libatkan Warga Lokal dalam Reklamasi Tambang

Pertambangan memang identik dengan eksploitasi sumber daya alam. Jika dilakukan berlebihan, aktivitas ini dapat merusak lingkungan dan menimbulkan konflik sosial. Namun, tak bisa dimungkiri bahwa industri tambang juga berkontribusi terhadap pembangunan daerah, membuka lapangan kerja, dan menggerakkan perekonomian lokal.
Di tengah dua sisi yang kontras ini, PT Vale Indonesia di Luwu Timur, Sulawesi Selatan membuktikan bahwa upaya reklamasinya bukanlah sekadar kewajiban, tetapi juga peluang untuk berkolaborasi dan memberdayakan masyarakat lokal. Artikel ini akan mengajak kamu melihat lebih dekat bagaimana keterlibatan itu diwujudkan di lapangan.
1. Reklamasi tambang bukan sekadar kewajiban, tapi juga bentuk kolaborasi

Reklamasi merupakan upaya mengembalikan lahan bekas tambang dengan menanam Kembali pohon-pohon. Tujuan reklamasi ini untuk memperbaiki struktur tanah dan mengembalikan fungsi ekologis tanah. Dalam proses reklamasi, PT Vale Indonesia tidak melakukannya sendiri, tetapi juga melibatkan mereka yang mengenal tanah tersebut yaitu masyarakat lokal.
Dengan adanya kolaborasi ini, upaya reklamasi menjadi lebih kontekstual mengakar pada budaya lokal dan memiliki dampak dalam jangka panjang, karena tanaman yang dipilih sesuai dengan kondisi alam dan kebutuhan masyarakat sekitar. Pendekatan ini membuat reklamasi bukan hanya sebagai kewajiban formal, tapi sebagai bentuk nyata pembangunan partisipatif.
2. Bukti keterlibatan masyarakat dalam proses reklamasi

Terlibatnya masyarakat lokal dalam proses reklamasi lahan PT Vale Indonesia bukanlah sekedar slogan, akan tetapi diwujudkan dalam aksi nyata. Dalam kegiatan reklamasi di Luwu Timur, masyarakat lokal tidak hanya menjadi penonton, tetapi dilibatkan sejak awal dari proses pembibitan, pemeliharaa, hingga penanaman Kembali lahan bekas tambang.
Menurut laporan dari Indonesia Mining Association (IMA), PT Vale secara aktif mengajak masyarakat untuk terlibat dalam seluruh tahapan reklamasi. "Kami melibatkan masyarakat sejak tahap pembibitan, perawatan, hingga penanaman," ujar perwakilan perusahaan. Pelibatan ini tidak hanya bertujuan untuk mempercepat pemulihan lahan, tetapi juga membuka ruang kolaborasi yang memperkuat hubungan sosial dengan komunitas sekitar.
Lebih dari itu, pemilihan jenis vegetasi pun disesuaikan dengan kondisi lokal dan masukan dari masyarakat. Tanaman seperti pohon dengen, eboni, bitti, dan kemiri dipilih karena merupakan tanaman endemik yang memiliki nilai ekologis sekaligus ekonomis. Pohon dengen, misalnya, dikenal sebagai tanaman keras yang tahan terhadap kondisi lahan pascatambang dan bernilai tinggi bagi masyarakat setempat.
Informasi dari Kareba Nusa juga menyebutkan bahwa tanaman-tanaman ini telah menghijaukan lahan-lahan reklamasi, dan kehadirannya mengembalikan fungsi ekologis serta keanekaragaman hayati kawasan tersebut. Pendekatan berbasis lokal ini menjadikan reklamasi tidak hanya sebagai kewajiban formal, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya dan kearifan masyarakat sekitar.
3. Manfaat lahan reklamasi sebagai sumber kehidupan

Upaya reklamasi PT Vale Indonesia tidak hanya berfokus pada perbaikan lingkungan, tetapi juga memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar melalui manfaat sosial dan ekonomi. Keterlibatan warga dalam proses reklamasi secara langsung membuka lapangan pekerjaan, baik dalam pembibitan, penanaman, maupun pemeliharaan vegetasi. Hal ini memberi peluang penghasilan tambahan bagi masyarakat lokal, terutama di wilayah sekitar tambang di Luwu Timur.
Tanaman-tanaman yang dipilih pun bukan sekadar simbol penghijauan. Seperti yang dilaporkan oleh Kareba Nusa, pohon-pohon seperti bitti, kemiri, dan dengen tidak hanya memperkuat struktur tanah, tapi juga memiliki nilai ekonomi tinggi yang dapat dimanfaatkan masyarakat dalam jangka panjang. Kemiri bisa dimanfaatkan untuk minyak, dengen sebagai tanaman kayu keras, sementara bitti berguna untuk konstruksi dan perabot.
Lebih jauh lagi, masyarakat yang terlibat dalam reklamasi juga mendapatkan pelatihan dan pengembangan keterampilan, mulai dari teknik pembibitan hingga pengelolaan lahan pascatambang. Hal ini menunjukkan bahwa proses reklamasi turut menjadi sarana pemberdayaan dan transfer pengetahuan kepada masyarakat.
Ketika reklamasi dilakukan dengan melibatkan dan memberdayakan masyarakat, hasilnya bukan sekadar hutan buatan, melainkan ekosistem sosial dan ekonomi baru yang berkelanjutan. Lahan bekas tambang pun tidak lagi menjadi beban lingkungan, tetapi justru menjadi sumber kehidupan baru bagi komunitas lokal.
Melalui pendekatan kolaboratif yang melibatkan warga, PT Vale Indonesia membuktikan bahwa reklamasi bisa menjadi bentuk nyata dari #MenambangKebaikan yang dimulai dari kita, #StartswithMe. Ini bukan hanya soal menanam pohon, tapi juga soal menanam harapan, keterampilan, dan masa depan yang lebih lestari. Karena pembangunan yang baik selalu dimulai dari kolaborasi yang tulus.