Puma Akan PHK 900 Pekerja Administrasi imbas Turunnya Penjualan

- Puma memutuskan PHK 900 pekerja administrasi hingga akhir 2026 karena turunnya penjualan perusahaan asal Jerman ini mulai Januari hingga September 2025.
- Puma berencana meningkatkan fokus pada pasar utama seperti pakaian sepak bola, latihan, dan lari, serta pakaian olahraga untuk meningkatkan pertumbuhan dalam menyasar konsumen.
- Saham Puma, Nike, dan Adidas turun imbas tariff AS yang mengenai produsen pakaian dan sepatu di Vietnam, Indonesia, dan China.
Jakarta, IDN Times - Puma memutuskan untuk memecat sekitar 900 pekerja di bidang administrasi hingga akhir 2026. Langkah ini dilakukan menyusul turunnya penjualan perusahaan asal Jerman ini mulai Januari hingga September 2025.
Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah perusahaan Jerman sudah melakukan sejumlah pemutusan hubungan kerja (PHK). Keputusan ini dilakukan imbas rencana restrukturisasi perusahaan dalam rangka meningkatkan daya saing.
1. Puma berencana meningkatkan fokus pada pasar utama
CEO Puma, Arthur Hoeld mengungkapkan, perusahaannya berencana untuk meningkatkan fokus pada pasar utama Puma. Selama ini, Puma memiliki pasar utama di pakaian sepak bola, latihan, dan lari, serta pakaian olahraga.
“Puma sudah menjadi kurang komersil lagi, baik itu di dalam sektor grosir dan kepemilikan dan saluran yang dimiliki dan dioperasikan (O&O),” ujarnya, dikutip dari DPA International.
Hoeld menyebut, Puma akan berevolusi menjadi saluran campuran untuk meningkatkan pertumbuhan dalam menyasar konsumen. Pada 2025 akan menjadi tahun untuk mengubah dan 2026 akan menjadi masa transisi.
2. Hentikan kampanye marketing dari CEO sebelumnya
Hoeld menyebut, langkah ini berfungsi untuk membangun kembali Puma sebagai merek olahraga terbesar ketiga di dunia. Dengan ini, ia berniat untuk mendongkrak pendapatan dan meningkatkan kesehatan profit dalam jangka waktu menengah.
Sementara ini menjadi langkah pertama Hoeld yang baru menjabat pada Juli 2025 dengan mengakhiri kampanye marketing besar-besaran yang dilakukan oleh CEO sebelumnya. Hoeld juga ingin meningkatkan kerja sama dengan perusahaan olahraga, Hyrox, dilansir Financial Times.
Saham Puma mengalami penurunan 8,8 persen setelah kabar tersebut. Selain itu, saham dari perusahaan Jerman itu juga turun separuhnya dalam 12 bulan terakhir dan menjadi yang terburuk dibandingkan rivalnya, Nike, Adidas.
3. Saham Puma, Nike, dan Adidas turun imbas tariff AS

Pada April, saham Nike, Adidas, dan Puma menurun tajam setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengumumkan tarif resiprokal baru. Tarif tersebut mengenai produsen pakaian dan sepatu, termasuk Vietnam, Indonesia, dan China.
Dilansir News24, Nike memproduksi 50 persen dari sepatu dan 28 persen dari pakaian di Vietnam pada 2024. Sedangkan Adidas bergantung pada produksi sepatu di Vietnam yang mencapai 39 persen dan 18 persen pakaian.
Selain Vietnam, Indonesia dan Kamboja menjadi pusat industri yang dimiliki oleh Adidas. Perusahaan Jerman itu sudah memproduksi 32 persen sepatu dan 23 persen pakaian di kedua negara.


















