- Bath Thailand melemah 0,51 persen
- Yuan China melemah 0,03 persen
- Rupee India melemah 0,15
- Dolar Taiwan melemah 0,14 persen
- Won Korea melemah 0,57 persen
- Pesso Filipina melemah 0,10 persen
- Dolar Singapura melemah 0,04 persen
Rupiah Masih Lesu, Ditutup di Level Rp16.590 per Dolar AS

- Rupiah ditutup di level Rp16.590 per dolar AS, mengalami pelemahan tipis sebesar 0,05 persen.
- Mata uang di Asia juga melemah, termasuk Bath Thailand, Yuan China, Rupee India, Dolar Taiwan, Won Korea, Pesso Filipina, dan Dolar Singapura.
- Analis memperkirakan potensi penguatan rupiah terhadap dolar AS dalam waktu dekat disebabkan oleh faktor eksternal seperti pernyataan dovish dari pejabat The Fed dan kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan government shutdown di AS.
Jakarta, IDN Times - Pergerakan nilai tukar atau kurs rupiah melanjutkan pelemahan tipis pada akhir perdagangan, Jumat (17/10/2024). Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah ke level Rp16.590 per dolar AS per dolar AS.
Rupiah tercatat melemah sembilan poin atau 0,05 persen dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya.
1. Mayoritas mata uang bergerak melemah
Lebih rinci, mata uang di Asia bergerak melemah
2. Rupiah masih memiliki potensi menguat
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong memperkirakan rupiah masih memiliki potensi untuk menguat terhadap dolar AS dalam waktu dekat. Penguatan ini didorong sejumlah faktor eksternal yang menekan kinerja dolar AS di pasar global.
Salah satu faktor utama adalah pernyataan dovish dari beberapa pejabat The Federal Reserve (The Fed), yang memberikan sinyal bahwa suku bunga kemungkinan tidak akan dinaikkan lagi dalam waktu dekat,
"(Potensi penguatan rupiah) ditopang oleh beberapa pejabat the Fed yang kembali bernada dovish," ucap Lukman
3. Potensi goverment shutdown AS akan melemahkan dolar AS
Selain itu, kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan government shutdown di AS juga turut membebani pergerakan dolar.
"Ketidakpastian fiskal ini menimbulkan keresahan di kalangan investor, sehingga mengurangi minat terhadap aset berbasis dolar dan mendorong peralihan ke mata uang lainnya, termasuk rupiah," ucapnya.