Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rupiah Menguat ke Rp16.578 per Dolar AS Usai Libur Panjang

Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)
Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)
Intinya sih...
  • Rupiah menguat setelah libur panjang, dibuka pada Rp16.578 per dolar AS
  • Mata uang Asia bergerak variatif, termasuk Bath Thailand melemah 0,25% dan Dolar Taiwan menguat 0,33%
  • Potensi penguatan rupiah karena sentimen positif dari kesepakatan dagang AS-China dan data inflasi AS yang di bawah ekspektasi
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar rupiah mengalami penguatan setelah libur panjang.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (14/5/2025), rupiah dibuka pada level Rp16.578 per dolar AS, menguat 49 poin atau 0,29 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di level Rp16.627 per dolar AS.

1. Mata uang di Asia bergerak variatif

Pergerakan mata uang di berbagai kawasan Asia bergerak variatif, dengan rincian:

• Bath Thailand melemah 0,25 persen 

• Ringgit Malaysia menguat 0,22 persen 

• Yuan China melemah 0,15 persen 

• Dolar Hongkong melemah 0,08 persen 

• Rupee India menguat 0,05 persen 

• Peso Filipina menguat 0,07 persen 

• Won Korea menguat 0,18 persen 

• Dolar Taiwan menguat 0,33 persen 

• Dolar Singapura melemah 0,04 persen 

2. Rupiah berpotensi menguat hingga akhir perdagangan

Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, menyatakan pergerakan rupiah sepanjang hari ini berpotensi menguat karena sentimen positif dari eksternal, khususnya terkait kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan China.

"Potensi penguatan rupiah berada di kisaran Rp16.450 per dolar AS, dengan potensi pelemahan ke arah Rp16.550 per dolar AS hari ini," ujarnya.

3. Tarif impor Indonesia lebih tinggi jadi beban ekonomi nasional

Menurutnya, hasil negosiasi tarif antara Amerika Serikat dan China memberikan optimisme terhadap negosiasi tarif dengan negara-negara lain. Namun, tarif impor dari Indonesia yang masih tinggi tetap menjadi beban bagi perekonomian nasional.

Selain itu, data inflasi konsumen Amerika Serikat untuk April yang dirilis semalam menunjukkan hasil di bawah ekspektasi, sehingga membantu menekan penguatan dolar AS yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.

"Data inflasi yang masih dalam ekspektasi ini tidak akan memicu The Fed untuk menaikan suku bunga acuannya," jelasnya. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satria Permana
EditorSatria Permana
Follow Us