SNLIK 2025: Indeks Literasi dan Inklusi Keuangan Naik

- Indeks literasi keuangan naik menjadi 66,46 persen, sedangkan indeks inklusi keuangan mencapai 80,51 persen.
- Indeks literasi keuangan syariah hanya sebesar 43,42 persen, sementara indeks inklusi keuangan syariah hanya 13,41 persen.
- Berdasarkan umur dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan, kelompok usia 26-35 tahun dan pendidikan tamat perguruan tinggi memiliki indeks literasi dan inklusi keuangan tertinggi.
Jakarta, IDN Times - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025. Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi alias Kiki mengatakan, indeks literasi keuangan sebesar 66,46 persen, naik dibandingkan tahun lau sebesar 65,43 persen.
Kemudian, indeks inklusi keuangan sebesar 80,51 persen, naik dibandingkan inklusi keuangan 2024 yang sebesar 75,02 persen.
“Kalau dilihat dari data yang ada untuk daerah perkotaan dan perdesaan, kita bisa melihat dari hasil survei adalah indeks literasi keuangan wilayah perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah perdesaan. Yaitu masing-masing sebesar 70,89 persen dan 49,6 persen,” kata Kiki di Jakarta, Jumat (2/5/2025).
1. Inklusi keuangan syariah masih rendah

Lebih lanjut, indeks literasi untuk keuangan syariah mencapai 43,42 persen. Sementara itu, indeks inklusi keuangan syariah hanya sebesar 13,41 persen. Ada selisih 30,01 persen poin antara indeks literasi keuangan syariah dengan inklusi keuangan syariah.
Berdasarkan klasifikasi desa, indeks literasi dan inklusi keuangan wilayah perkotaan masing-masing sebesar 70,89 persen dan 83,61 persen, lebih tinggi dibandingkan wilayah perdesaan yakni masing-masing sebesar 59,6 persen dan 75,7 persen.
2. Indeks literasi keuangan laki-laki masih lebih tinggi

Berdasarkan gender, indeks literasi keuangan laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Indeks literasi keuangan laki-laki sebesar 67,32 persen, dan perempuan 65,58 persen. Adapun indeks inklusi keuangan laki-laki sebanding dengan perempuan, yakni masing-masing 80,73 persen dan 80,28 persen.
Berdasarkan umur, kelompok 26-35 tahun, 18-25 tahun dan 36-50 tahun memiliki indeks literasi keuangan tertinggi, yakni masing-masing sebesar 74,04 persen, 73,22 persen dan 72,05 persen. Sebaliknya, kelompok umur 15-17 tahun dan 51-79 tahun memiliki indeks literasi keuangan terendah, yakni masing-masing sebesar 51,68 persen dan 54,55 persen.
Selanjutnya, kelompok umur 18-25 tahun, 26-35 tahun dan 36-50 tahun memiliki indeks inklusi keuangan tertinggi, yakni masing-masing sebesar 89,96 persen, 86,1 persen dan 85,81 persen. Sebaliknya, kelompok umur 51-79 tahun dan 15-17 tahun memiliki indeks inklusi keuangan terendah, yakni masing-masing sebesar 66,88 persen dan 74persen.
3. Indeks literasi dan inklusi keuangan di kelompok petani hingga nelayan masih rendah

Berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan, kelompok pendidikan tamat perguruan tinggi, tamat SMA/sederajat dan tamat SMP/sederajat memiliki indeks literasi keuangan tertinggi, yakni masing-masing sebesar 90,63 persen, 79,18 persen dan 64,04 persen.
Sebaliknya, kelompok pendidikan tidak/belum pernah sekolah/tidak tamat SD/sederajat dan tamat SD/sederajat memiliki indeks literasi keuangan terendah, yakni masing-masing sebesar 43,2 persen dan 54,5 persen.
Selanjutnya, kelompok dengan pendidikan tamat perguruan tinggi, tamat SMA/sederajat dan tamat SMP/sederajat memiliki indeks inklusi keuangan tertinggi, yakni masing-masing sebesar 99,1 persen, 92,81 persen dan 82 persen.
Selain itu, kelompok dengan tingkat pendidikan tidak/belum pernah sekolah/tidak tamat SD/sederajat dan tamat SD/sederajat memiliki indeks inklusi keuangan terendah, yakni masing-masing sebesar 56,95 persen dan 68,06 persen. Dari data tersebut diperoleh informasi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi indeks literasi dan inklusi keuangan.
Berdasarkan pekerjaan/kegiatan sehari-hari, kelompok pegawai/profesional, pensiunan/purnawirawan dan pengusaha/wiraswasta mempunyai indeks literasi keuangan tertinggi, yakni masing masing sebesar 85,8 persen, 74,11 persen dan 73,6 persen.
Sebaliknya, kelompok tidak/belum bekerja, petani/peternak/pekebun/nelayan dan pekerjaan lainnya memiliki indeks literasi keuangan terendah, yakni masing-masing sebesar 49,36 persen, 58,87 persen dan 60,17 persen.
Selanjutnya, kelompok pensiunan/purnawirawan, pegawai/profesional dan pengusaha/wiraswasta memiliki indeks inklusi keuangan tertinggi, yakni masing-masing sebesar 100 persen, 95,11 persen dan 88,66 persen.
Sebaliknya, kelompok tidak/belum bekerja, petani/peternak/pekebun/nelayan dan pekerjaan lainnya memiliki indeks inklusi keuangan terendah, yakni masing-masing sebesar 64,82 persen, 69,4 persen dan 74,73 persen.