Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Soal Tarif Trump, Mari Elka: Don't Panic, Be Calm

Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka Pangestu (Dok. IDN Times)
Intinya sih...
  • Indonesia terkena tarif impor AS 32 persen yang ditangguhkan 90 hari oleh Trump.
  • Tarif Trump dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi rendah dan kemungkinan resesi.
  • Indonesia perlu menjalin kemitraan dengan AS dan China untuk menghadapi ketidakpastian tarif Trump.

Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Mari Elka Pangestu, meminta siapapun terutama pemerintah untuk tidak panik dalam menghadapi tarif resiprokal dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

Indonesia jadi satu dari 185 negara yang jadi objek tarif pajak impor baru dari Presiden Trump. Indonesia terkena tarif impor dari AS 32 persen yang saat ini tengah ditangguhkan 90 hari oleh Trump.

"Apa yang perlu kita lakukan? Semua lagi bingung kan ya? Jadi, don't panic, be calm. Jadi kita semua lagi menebak-nebak, sebetulnya Presiden Trump tuh maunya apa?" kata Mari Elka dalam Diskusi Strategis Geopolitik, Keamanan, dan Ekonomi Global yang digelar The Yudhoyono Institute (TYI) di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Minggu (13/4/2025).

1. Dunia hadapi ancaman pertumbuhan ekonomi lebih rendah

Ilustrasi resesi (pexels.com/MART PRODUCTION)

Meski begitu, Mari Elka mengungkapkan bahwa Indonesia dan dunia sebenarnya dihadapkan pada ancaman pertumbuhan ekonomi lebih rendah akibat tarif Trump tersebut.

Selain itu, kemungkinan terjadinya resesi juga semakin besar seiring dengan kebijakan semena-mena Trump tersebut.

"Kita menghadapi much lower growth, maybe a recession, and certainly increase uncertainty in the economic policy as well as especially in trade policy. Untuk Indonesia, all the models are showing relatively low, kira-kira 0,3 sampai 0,5 persen dampak kepada pertumbuhan kita," tutur Mari Elka.

2. Indonesia harus bisa berhadapan dengan AS

ilustrasi Donald Trump (pixabay.com/hoekstrarogier)
ilustrasi Donald Trump (pixabay.com/hoekstrarogier)

Segala ketidakpastian dan masih banyak negara yang menebak-nebak keinginan Trump, membuat Mari Elka mengatakan, Indonesia harus bisa melakukan solusi jangka pendek.

Salah satunya adalah dengan menjalin kemitraan yang sama dengan dua negara adikuasa saat ini, yakni AS dan China meskipun dampak dari tarif Trump kepada Indonesia tidak akan sebesar seperti yang diperkirakan.

"Karena kita juga menebak-nebak, pause-nya permanen atau tidak, ini sudah ada exception untuk electronic goods apalagi ya. Jadi ini sangat sulit untuk ditebak, tetapi perkiraan kita ya mungkin akan tidak separah seperti yang di dalam simulasi model-model itu, tetapi tentu kita perlu antisipasi," beber Mari Elka.

3. Trump tunda kenaikan tarif resiprokal

Presiden AS, Donald Trump, saat mengumumkan rincian tarif resiprokal. (The White House, Public domain, via Wikimedia Commons)

Sebelumnya diberitakan, Trump mengumumkan penundaan penerapan tarif resiprokal selama 90 hari untuk sebagian besar negara, dengan penurunan tarif menjadi 10 persen selama periode tersebut.

Namun, pengecualian diberikan kepada China, di mana tarif impor dinaikkan hingga 125 persen. Keputusan itu diambil setelah lebih dari 75 negara menghubungi perwakilan AS untuk merundingkan solusi terkait perdagangan dan tarif.

Trump menyatakan, langkah tersebut diharapkan mendorong China untuk menyadari praktik perdagangan yang dianggap merugikan AS dan negara lain tidak lagi dapat diterima.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ridwan Aji Pitoko
EditorRidwan Aji Pitoko
Follow Us