Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Taiwan Kenakan Bea Antidumping untuk Bir dan Baja China

Ilustrasi bir (freepik.com/rawpixel.com)
Intinya sih...
  • Impor produk murah asal China mengancam industri domestik Taiwan, salah satunya produsen lokal bir dan baja.
  • China mengekspor 2,57 juta ton baja ke Taiwan pada 2024.
  • Kebijakan ini berpotensi memperburuk hubungan dagang Taiwan-China.

Jakarta, IDN Times - Taiwan akan memberlakukan bea antidumping terhadap bir dan baja gulung panas (hot-rolled steel) asal China mulai 3 Juli 2025. Kebijakan ini bertujuan melindungi industri dalam negeri dari kerugian akibat praktik impor dengan harga di bawah pasar.

Bea sementara ini dikenakan selama empat bulan, dengan tarif 64,14 persen untuk bir dan 20,15 persen untuk baja. Langkah ini diambil setelah investigasi awal menunjukkan bahwa kedua produk dijual jauh di bawah harga wajar dan menyebabkan tekanan besar pada produsen lokal.

1. Industri lokal terpukul impor murah

Kementerian Keuangan Taiwan menyatakan bahwa masuknya produk-produk murah asal China telah mengancam kelangsungan industri domestik. "Produk-produk ini telah menyebabkan kerugian besar bagi industri dalam negeri. Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut selama investigasi, bea antidumping sementara diberlakukan,” kata kementerian dalam pernyataan resminya.

Dilansir Taiwan Brewers Association, bir asal China telah menggerus pangsa pasar produsen lokal seperti Taiwan Tobacco and Liquor Co serta Heineken Taiwan. “Kami melihat penurunan pendapatan yang signifikan karena bir Tiongkok dijual dengan harga yang tidak wajar. Ini bukan hanya soal harga, tetapi juga kelangsungan usaha kami,” ujar perwakilan asosiasi.

2. Ketegangan perdagangan semakin meningkat

Kebijakan ini berpotensi memperburuk hubungan dagang Taiwan-China yang sudah sensitif secara politik. Tahun 2024, China mengekspor 2,57 juta ton baja ke Taiwan, menjadikan Taiwan pasar ekspor ke-12 terbesar. Nilai ekspor bir China ke Taiwan mencapai 125,4 juta dolar Amerika Serikat (AS) (Rp2 triliun), jauh melampaui Belanda sebagai eksportir terbesar kedua.

Kementerian Perdagangan China belum memberi tanggapan. Bea ini juga dinilai sebagai respons atas tindakan China pada Mei 2025 yang mengenakan bea antidumping hingga 74,9 persen terhadap produk plastik POM kopolimer dari Taiwan.

“Kami mencatat situasi ini. Taiwan harus menangani isu ini dengan benar,” kata juru bicara Kantor Urusan Taiwan di Beijing, Chen Binhua, dikutip dari Global Times.

3. Peninjauan lanjutan dan respons industri

Investigasi akan berlangsung selama empat bulan. Kementerian Ekonomi Taiwan diminta menyampaikan laporan awal dalam 40 hari untuk menentukan apakah bea ini perlu diperpanjang.

China Steel Corporation menyambut baik langkah ini. Namun, para analis memperingatkan bahwa kebijakan ini dapat memicu aksi balasan dari China dan memperumit hubungan dagang di tengah ketegangan geopolitik.

“Bea antidumping ini memberikan kami ruang untuk bersaing secara adil. Impor baja murah telah menekan harga pasar dan mengurangi profitabilitas kami,” ujar seorang eksekutif perusahaan, dikutip Bloomberg.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us