Tambang Freeport yang Longsor Ditarget Beroperasi Maret-April 2026

- Pemerintah menekankan keselamatan pekerja PT Freeport sebagai prioritas utama
- Prosedur ketat diterapkan sebelum memberikan izin operasi penuh kembali
- Tim Kementerian ESDM sedang melakukan evaluasi mendalam pada titik area yang mengalami bencana longsor
Jakarta, IDN Times - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyampaikan target waktu operasi kembali untuk area tambang utama PT Freeport Indonesia (PTFI) yang sempat ditutup karena insiden longsor di tambang bawah tanah (underground) Grasberg Block Cave (GBC), Tembagapura, Mimika, Papua Tengah. Pihaknya menargetkan area yang bermasalah tersebut dapat beroperasi pada Maret atau April 2026.
"Ya kita targetkan mungkin bulan 3-4 tahun depan beroperasi," kata Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, dikutip Sabtu (15/11/2025).
1. Prioritas keselamatan terlebih dahulu

Pemerintah tidak ingin terburu-buru dan sembarangan dalam memberikan izin operasi penuh kembali. Dia menekankan persoalan utama adalah keselamatan pekerja, bukan sekadar urusan bisnis.
Menurutnya, pengoperasian kembali harus melalui prosedur ketat. Prosedur tersebut mencakup pemeriksaan menyeluruh terhadap penyebab insiden, audit oleh tim ahli, pemberian rekomendasi perbaikan, hingga implementasi perbaikan di lapangan.
"Kami nggak mau sembarangan. Kalau sembarangan, orang mati nanti siapa yang bertanggung jawab lagi? Kami harus prioritaskan nyawa orang. Ini nyawa orang, jadi ini bukan persoalannya bisnis," ujar Bahlil.
2. Area bencana masih dievaluasi

Bahlil menjelaskan saat ini, tim dari Kementerian ESDM masih melakukan evaluasi mendalam pada titik area yang mengalami bencana longsor. Evaluasi penting untuk memastikan tidak ada risiko serupa terjadi lagi.
"Titik bermasalah, yang bencana itu, tim kita lagi melakukan evaluasi," ujar Bahlil.
3. Blok lain sudah diizinkan berjalan

Meskipun area bencana masih ditutup, Bahlil memastikan tidak semua kawasan tambang PTFI mengalami masalah yang sama. Setelah insiden terjadi, seluruh operasi memang sempat dihentikan untuk keperluan evakuasi korban.
Namun, setelah evakuasi selesai dan dilakukan analisa, ditemukan ada bagian tambang bawah tanah (underground) yang tidak berhubungan langsung dengan longsor.
Area tersebut, yang diperkirakan sepanjang enam hingga tujuh kilometer (km), telah diizinkan untuk berjalan atau beroperasi kembali, yaitu Deep Mill Level Zone (DMLZ) dan Big Gossan.
"Itu nggak apa-apa, berjalan. Itu kan ada sekitar enam atau tujuh kilo, itu jalan aja," ujar Bahlil.


















