Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump-Pfizer Sepakat Turunkan Harga Obat di AS

ilustrasi obat-obatan. (unsplash.com/Myriam Zilles)
ilustrasi obat-obatan. (unsplash.com/Myriam Zilles)
Intinya sih...
  • Pfizer dan Trump sepakat untuk menurunkan harga obat di AS
  • TrumpRx akan memberikan diskon besar hingga 85% untuk obat tanpa asuransi
  • Keraguan pakar kesehatan atas efektivitas kesepakatan ini bagi warga AS dan potensi kenaikan harga obat di luar negeri
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pemerintahan Donald Trump mengumumkan kesepakatan besar dengan raksasa farmasi Pfizer untuk menurunkan harga obat di Amerika Serikat (AS). Inisiatif ini mencakup dua poin utama, yaitu peluncuran situs web diskon bernama "TrumpRx" dan penerapan skema harga khusus untuk program asuransi kesehatan warga miskin, Medicaid.

Pfizer menjadi perusahaan farmasi pertama yang secara sukarela menyetujui semua tuntutan yang diajukan Trump kepada para CEO industri obat. Trump mengklaim, AS selama ini menerima skema harga obat yang tidak adil.

“AS sudah selesai menyubsidi layanan kesehatan seluruh dunia. Dengan mengambil langkah berani ini, kami mengakhiri pemerasan harga yang merugikan keluarga Amerika,” ujar Trump, dilansir CNN, Rabu (1/10/2025).

1. Rincian kesepakatan Trump-Pfizer dan situs TrumpRx

Pfizer (commons.m.wikimedia.org/János Korom Dr. >17 Million views)
Pfizer (commons.m.wikimedia.org/János Korom Dr. >17 Million views)

Melalui situs TrumpRx yang rencananya akan diluncurkan pada awal 2026, Pfizer akan menawarkan diskon besar untuk obat yang dibeli secara tunai tanpa asuransi. Perusahaan tersebut menyatakan diskonnya bisa mencapai 85 persen dengan rata-rata 50 persen untuk sebagian besar obat perawatan primer dan beberapa obat resep bermerek.

Situs ini tidak akan menjual obat secara langsung, melainkan berfungsi sebagai portal yang mengarahkan konsumen ke situs penjualan resmi produsen. Selain diskon di TrumpRx, Pfizer juga berkomitmen menerapkan skema harga Most Favored Nation (MFN) untuk program Medicaid.

Skema MFN berarti Pfizer akan menjual obatnya ke Medicaid dengan harga terendah yang setara dengan harga di negara maju lainnya seperti Kanada, Jerman, atau Jepang. Sebagai imbalan atas kesepakatan ini, Pfizer akan mendapatkan penangguhan tarif impor farmasi selama tiga tahun.

Pfizer juga berjanji untuk menginvestasikan dana tambahan sebesar 70 miliar dolar AS (sekitar Rp1,1 kuadriliun) untuk riset dan manufaktur di dalam negeri. CEO Pfizer, Albert Bourla, mengatakan kesepakatan ini memberikan kepastian yang dibutuhkan industri.

“Kami sekarang memiliki kepastian dan stabilitas yang kami butuhkan di dua bidang kritis, yaitu tarif dan penetapan harga, yang telah menekan valuasi industri ke rekor terendah,” tutur Bourla, dikutip Politico.

2. Keraguan pakar soal manfaatnya bagi warga AS

Sejumlah pakar kesehatan menyuarakan keraguan atas efektivitas kesepakatan ini bagi kebanyakan warga AS. Dilansir NBC News, mereka menyoroti bahwa diskon besar di TrumpRx hanya berlaku untuk pasien yang membayar tunai, sementara mayoritas warga AS menggunakan asuransi untuk membeli obat.

Bahkan setelah diskon besar, beberapa obat dinilai tetap tidak terjangkau bagi pasien yang membayar sendiri. Sebagai contoh, obat radang sendi Xeljanz yang harga normalnya lebih dari 6 ribu dolar AS per bulan (sekitar Rp99 juta), harganya masih sekitar 3.600 dolar AS (sekitar Rp59,8 juta) setelah diskon 40 persen.

Manfaat skema MFN untuk pasien Medicaid juga dipertanyakan, karena mereka pada dasarnya sudah membayar sangat sedikit atau bahkan gratis untuk obat-obatan mereka. Oleh karena itu, beberapa pengamat menilai kesepakatan ini lebih terlihat lebih seperti gimik perusahaan farmasi yang hanya akan membantu segelintir orang.

"Menurut saya, dampaknya kurang mengesankan dari yang dibangga-banggakan oleh presiden. Saya pikir ini lebih seperti pemanis atau sekadar hiasan, bukan reformasi besar yang benar-benar dibutuhkan untuk meringankan beban warga Amerika yang kesulitan dengan harga-harga yang tinggi," ujar seorang profesor di Harvard Medical School, Ameet Sarpatwari, dilansir NPR.

3. Potensi kenaikan harga obat di luar negeri

Kapsul obat
Ilustrasi obat (unsplash.com/freestocks)

Trump secara terbuka mengakui kebijakannya kemungkinan akan menyebabkan harga obat di negara lain naik, sementara di AS turun. Namun, ia menilai perubahan harga tersebut adil.

Kekhawatiran ini mulai terlihat, di mana beberapa perusahaan sudah mengambil langkah serupa. Misalnya, Eli Lilly yang berencana menaikkan harga obat Mounjaro di Inggris untuk menekan biayanya di AS.

Harga obat resep di AS memang hampir tiga kali lebih tinggi dibandingkan negara-negara maju lainnya. Perbedaan ini sebagian besar disebabkan oleh peran pemerintah di negara lain yang sering kali ikut campur dalam menentukan harga obat.

Asosiasi industri farmasi PhRMA telah memperingatkan bahwa menerapkan kontrol harga asing dapat merusak kepemimpinan AS dan pada akhirnya merugikan pasien dan pekerja. Meskipun demikian, Trump menyatakan bahwa kesepakatan dengan Pfizer ini akan menjadi contoh bagi perusahaan obat lain.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in Business

See More

Menperin Dorong Industri Terapkan Teknologi Digital, Ini Alasannya

01 Okt 2025, 23:55 WIBBusiness