Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Zara Bakal Tutup 1.200 Toko, Tekor Rp6,5 Triliun Gara-gara Corona

Zara Collection (Website/zara.com)

Jakarta, IDN Times - Retailer fesyen ternama asal Spanyol, Zara, akan menutup 1.200 tokonya di seluruh dunia. Hal itu dilakukan lantaran Zara rugi triliunan akibat terdampak pandemik COVID-19.

Inditex, perusahaan yang menaungi Zara, mengungkapkan penutupan toko akan diprioritaskan di wilayah Asia Dan Eropa. Tak hanya toko Zara, tapi juga Pull & Bear, Bershka dan Massimo Dutti. 

Secara keseluruhan, total toko Zara bakal terpangkas dari 7.412 menjadi 6.700 - 6.900, seiring rencana pembukaan 450 toko anyar.

Seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (11/6), Inditex mengatakan jumlah karyawan akan tetap stabil. Mereka bakal diberdayakan dalam pekerjaan lainnya, seperti mengirim barang yang dipesan secara online.

1. Zara rugi sampai Rp6,54 triliun karena terdampak COVID-19

Ilustrasi. (IDN Times/Arief Rahmat)

Inditex mengungkapkan bisnis mereka terpukul keras selama pandemik COVID-19. Penjualan mereka turun 44 persen menjadi EUR3,3 juta selama periode Februari hingga April 2020.

Inditex mencatat kerugian bersih selama kuartal tersebut sebesar EUR409 juta atau setara Rp6,54 triliun (kurs Rp16 ribu). "Namun, pertumbuhan penjualan online menutupi beberapa kelemahan penjualan, kata pihak Inditex.

Penjualan online tercatat naik 50 persen yoy selama kuartal tersebut, dan naik 95 persen yoy pada bulan April.

2. Perusahaan fesyen dan sektor lainnya juga ikut terdampak

Ilustrasi rugi (IDN Times/Arief Rahmat)

Zara tak sendirian, di Inggris merek fesyen Monsoon Accessorize dan Quiz mengatakan, pada hari Rabu mereka akan menutup toko cabangnya.

Sektor restoran juga sangat terpukul, dengan grup Restoran mengonfirmasi pada hari Rabu bahwa 125 outletnya, mayoritas Frankie & Benny's dan Garfunkel's, tidak akan dibuka kembali. Sebanyak 3.000 orang berpotensi kehilangan pekerjaan.

3. Inditex bakal fokus menjual pakaian secara online

Zara Collection (Website/zara.com)

Inditex mengatakan akan mempercepat upaya penjualan pakaian secara online. Perusahaan berusaha menjawab tantangan dari para pesaing kelas atas seperti H&M, Uniqlo, Fast Retailing, dan saingan baru yang hanya fokus pada penjualan online seperti Asos dan Boohoo di Inggris.

Berdasarkan proyeksi Inditex, penjualan online akan mencapai lebih dari 25 persen dari total penjualan pada tahun 2022, dibandingkan dengan 14 persen pada tahun keuangan 2019. Sementara itu toko yang lebih besar akan menjadi pusat distribusi untuk penjualan online.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Umi Kalsum
Hana Adi Perdana
Umi Kalsum
EditorUmi Kalsum
Follow Us