Tangan halusku meraba tanah basah 
Sembari menghirup aroma paling khas 
Seolah ia mengumbar memori silam 
Dua jiwa anggun bernari riang 
Di tengah gemuruh deras hujan 

Apa yang tersisa dari hari itu 
Hanya raga teduh berbayang 
Dan janji yang menggenggam erat 
Besok, lusa, dan hari seterusnya
Jiwa kita terikat dalam degup takdir 

Kamu dan segala harap serakah 
Aku serta mimpi paling semerbak 
Adalah dua secuil rintik paling bias 
Kita sibuk merencana segala pasti
Sampai lupa keputusan paling sakral 

Milik-Nya, bukan milik kita 
Kau dan aku hanya dicipta dan dititip
Bukan untuk tinggal, tapi berkunjung 
Hingga aku hanya bisa bersimpuh pilu 
Di sini, di peristirahatan terakhirmu