Ia pernah berdiri paling depan
Dengan langkah yang membuat banyak orang kagum
Namun sorak yang dulu menguatkannya
Kini berbalik menjadi beban yang tak lagi terpikul

Ia berhenti, bukan karena kalah di arena
Melainkan karena jiwanya mencari kelapangan
Menyerah bukan tanda ia rapuh
Hanya cara paling jujur untuk tetap bernapas

Dukungan itu palsu, jika ia merasa terpenjara
Kebebasan sejati tak bisa dibeli oleh pujian
Maka ia lepaskan semua yang dunia tuntut
Mahkota, tepuk tangan, dan topeng yang mengikat napasnya