[CERPEN] Sepakat Menyembuhkan Hati Bersama

Setelah pertemuan terakhir pada hari itu, terciptalah komunikasi – komunikasi kecil di antara kita yang cukup intens.
Berawal dari “hai, ini aku”, sampai dengan “kabari aku ya, kalau kamu sudah sampai”, dan pesan-pesan lain yang membuatku perlahan menyadari bahwa ada hati yang mulai terobati, ada ruang yang perlahan kembali hidup, dan ada pertahanan batin yang juga sebentar lagi akan runtuh.
Tiga ratus enam puluh lima hari menjadi waktu yang tidak sebentar untuk kita saling mengenal satu sama lain. Banyak hal telah kita bagi, dan banyak keadaan juga telah kita pahami. Berangkat dari luka yang sama, kita pun menyadari bahwa kita tidak bisa terus dihantui oleh hati yang patah. Kita berhak bahagia dengan segala kekurangan yang kita punya.
Dan dengan segala pembicaraan tidak berarti, akhirnya kita sepakat untuk membangun kembali rasa yang pernah hilang, menjemput kembali bahagia yang pernah dibunuh, dan juga rindu-rindu yang telah mengabu.
Ya, kita sepakat untuk menyembuhkan hati bersama.
Terima kasih, karena telah mengembalikan kepercayaanku pada bahagia. Karenamu, aku kembali mempercayai bahwa bahagia tidak memiliki batas. Sederas apapun tangis yang terurai, sebanyak apapun luka yang menguntai, mereka akan tetap terbentuk. Entah dengan cara yang sama, ataupun berbeda. Yang jelas, mereka akan tetap menjadi satu untaian indah yang merekat. Yaitu, bahagia.