Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Catat! 5 Hal yang Harus Kamu Pertimbangkan Sebelum Berani Ikut Full Marathon

ilustrasi lari marathon (pexels.com/RUN 4 FFWPU)
ilustrasi lari marathon (pexels.com/RUN 4 FFWPU)
Intinya sih...
  • Evaluasi kondisi medis pribadi.
  • Memiliki jadwal dan program latihan.
  • Memiliki pengalaman jarak menengah.

Full marathon bukan sekadar lari biasa, melainkan ujian ketahanan fisik dan mental yang membutuhkan persiapan matang. Banyak pelari pemula tergoda mencoba full marathon sebagai pencapaian pribadi, tapi tanpa persiapan yang tepat. Mereka mendaftar karena euforia semata, tanpa menyadari komitmen dan risiko yang akan dihadapinya.

Full marathon berbeda drastis dengan lomba lari jarak pendek seperti 5K atau 10K. Jarak 42 km bisa berdampak serius pada tubuh jika diikuti tanpa persiapan yang tepat. Sebelum memutuskan untuk mendaftar, berikut lima aspek yang wajib dipertimbangkan secara menyeluruh.

1. Evaluasi kondisi medis pribadi

ilustrasi cek tekanan darah (pexels.com/Thirdman)
ilustrasi cek tekanan darah (pexels.com/Thirdman)

Langkah awal yang paling penting sebelum mendaftar ke full marathon adalah mengevaluasi kondisi medis secara menyeluruh. Pemeriksaan kesehatan, terutama fungsi jantung, tekanan darah, dan sistem pernapasan, wajib dilakukan terlebih jika memiliki riwayat penyakit tertentu. Marathon memberikan tekanan luar biasa pada tubuh, dan tanpa pemantauan medis yang memadai, risiko seperti pingsan, serangan jantung, hingga dehidrasi parah bisa terjadi.

Selain itu, penting juga melihat riwayat cedera, khususnya di bagian lutut, pinggul, dan pergelangan kaki. Cedera lama yang belum pulih sepenuhnya bisa kambuh dan memperburuk kondisi saat lomba. Konsultasi dengan fisioterapis atau dokter olahraga yang bisa menentukan apakah tubuh cukup siap untuk menempuh jarak 42K.

2. Memiliki jadwal dan program latihan

ilustrasi wanita yang sedang jogging (pexels.com/Tirachard Kumtanom)
ilustrasi wanita yang sedang jogging (pexels.com/Tirachard Kumtanom)

Persiapan untuk full marathon memerlukan jadwal latihan jangka panjang yang terstruktur dan tidak bisa dilakukan secara spontan. Umumnya, program latihan berlangsung antara 16 hingga 20 minggu, dengan porsi lari bervariasi dari jarak pendek, sedang, hingga long run setiap pekan. Konsistensi sangat penting, karena tubuh membutuhkan waktu untuk membangun daya tahan dan adaptasi terhadap stres fisik yang meningkat.

Latihan juga mencakup variasi seperti interval, tempo run, hingga long run. Tidak kalah penting, waktu istirahat harus diberikan cukup agar pemulihan otot optimal. Jika terlalu banyak melewatkan sesi latihan atau memaksakan tanpa istirahat, risiko overtraining dan cedera bisa meningkat. Mengatur jadwal latihan dengan disiplin adalah kunci untuk menghadapi marathon.

3. Memiliki pengalaman jarak menengah

ilustrasi lari marathon (pexels.com/RUN 4 FFWPU)
ilustrasi lari marathon (pexels.com/RUN 4 FFWPU)

Sebelum mencoba full marathon, idealnya sudah pernah mengikuti lomba jarak menengah seperti 10K atau half marathon. Pengalaman ini penting untuk memahami bagaimana tubuh bereaksi saat lomba, bagaimana mengatur pace, dan seberapa kuat mental kamu. Pelari yang langsung loncat ke full marathon tanpa pengalaman lomba sebelumnya biasanya rentan membuat kesalahan strategi saat lomba.

Selain itu, mengikuti lomba-lomba lebih pendek juga memberi kesempatan berlatih mekanisme lomba, seperti penggunaan nomor dada, hidrasi di water station, hingga menghadapi kerumunan peserta. Semua elemen ini bisa jadi sumber stres jika pertama kali dihadapi saat full marathon. Dengan pengalaman lomba sebelumnya, pelari bisa lebih percaya diri dan tenang saat menghadapi tantangan 42K.

4. Menyiapkan biaya event hingga perlengkapan

ilustrasi sepatu lari (unsplash.com/Kristian Egelund)
ilustrasi sepatu lari (unsplash.com/Kristian Egelund)

Mengikuti full marathon bukan hanya soal fisik, tapi juga kesiapan dari sisi finansial. Ada banyak biaya yang perlu disiapkan, mulai dari pendaftaran event, sepatu lari yang tepat, pakaian lari, hingga perlengkapan seperti jam tangan GPS, sabuk lari, hingga gel energi. Semua ini penting untuk menunjang performa dan kenyamanan saat berlari.

Selain itu, jika event marathon diadakan di luar kota atau luar negeri, maka perlu dipikirkan biaya transportasi, akomodasi, hingga pengeluaran tambahan lainnya. Tanpa anggaran yang terencana, bisa saja persiapan terganggu atau malah mengorbankan kebutuhan penting. Menyiapkan dana khusus sejak awal masa latihan akan sangat membantu dalam menjalani proses ini dengan tenang dan terorganisir.

5. Memiliki mental yang kuat

ilustrasi lari marathon (pexels.com/RUN 4 FFWPU)
ilustrasi lari marathon (pexels.com/RUN 4 FFWPU)

Mental menjadi faktor penentu dalam full marathon, terutama ketika fisik mulai melemah menjelang akhir lomba. Rasa sakit, kelelahan ekstrem, dan keraguan bisa muncul tiba-tiba di kilometer 30 ke atas. Dalam kondisi ini, kekuatan pikiran akan sangat menentukan apakah bisa terus melangkah atau justru menyerah di tengah jalan. Oleh karena itu, membangun mental tangguh sejak latihan sangat disarankan.

Manajemen emosi dan motivasi personal yang kuat bisa membantu bertahan dalam kondisi sulit. Marathon adalah pertarungan panjang antara niat awal dan kenyataan di lintasan. Tanpa kesiapan mental, bahkan pelari dengan fisik kuat bisa gagal mencapai finish. Mental yang stabil memberi peluang besar untuk menyelesaikan lomba dengan rasa bangga dan puas.

Menghadapi full marathon memerlukan persiapan menyeluruh, dari tubuh yang terlatih, perlengkapan yang tepat, hingga mental yang kuat. Jarak 42 km akan menguji banyak aspek dalam diri kita. Dengan mempertimbangkan lima hal penting di atas, kamu bisa menentukan apakah sudah benar-benar siap, atau perlu waktu lebih untuk mempersiapkan diri secara optimal.


This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us