Batuk saat Puasa Ramadan? Ini Cara Meredakannya!

Gejala batuk bisa datang kapan saja. Seseorang biasanya akan langsung minum obat atau air untuk meredakannya. Namun, apabila sedang menjalankan puasa Ramadan, kita tidak diperbolehkan untuk makan atau minum dari berakhirnya waktu sahur sampai berbuka.
Batuk di saat berpuasa tidak hanya memicu rasa tidak nyaman, tetapi juga akan membuat tenggorokan terasa kering dan sakit. Apalagi jika batuk berlangsung secara terus-menerus, tentunya akan mengganggu kelancaran ibadah puasa dan bahkan bisa membuat orang di sekitar menjadi tidak nyaman.
Meskipun kendala batuk saat berpuasa mungkin saja terjadi, tidak perlu khawatir. Ada banyak cara untuk mengatasinya tanpa harus membatalkan puasa. Memahami penyebab dan menerapkan beberapa cara alami seperti selektif dalam memilih makanan saat berbuka dan sahur, menjaga tenggorokan tetap lembap, hingga mengonsumsi minuman herbal bisa menjadi langkah yang efektif.
Artikel ini akan membahas penyebab batuk saat berpuasa, serta solusi efektif yang bisa dilakukan untuk meredakannya. Melalui metode yang tepat, kamu dapat menjaga tenggorokan tetap sehat dan fokus menjalankan puasa tanpa terganggu oleh batuk. Simak ulasan selengkapnya berikut ini.
1. Penyebab batuk saat puasa

Batuk merupakan salah satu refleks yang dianggap normal dan sehat. Batuk dapat membantu tubuh dalam membersihkan saluran napas dari lendir, asap, maupun iritan lainnya. Namun, jika batuk terjadi secara terus-menerus tentunya akan masalah yang serius. Batuk dapat mengganggu tidur, beraktivitas, bahkan berpuasa.
Batuk saat berpuasa dapat diakibatkan karena tenggorokan kurang terhidrasi dengan baik. Selama berpuasa tubuh tidak mendapatkan cairan yang cukup selama berjam-jam. Hal ini memicu produksi lendir di saluran pernapasan berkurang dan menyebabkan tenggorokan kering serta mudah teriritasi.
Sebuah studi dalam jurnal Pediatric Allergy, Immunology, and Pulmonology yang dipublikasikan tahun 2020 menyatakan, menjaga kelembapan saluran pernapasan sangat penting untuk menjaga fungsi pertahanan tubuh dari infeksi dan iritasi. Jika tubuh tidak mendapatkan cairan yang cukup, saluran pernapasan akan lebih rentan terhadap iritasi yang memicu batuk.
Selain dehidrasi, perubahan pola makan saat berpuasa juga dapat memicu batuk. Konsumsi makanan pedas, berminyak, atau terlalu panas saat berbuka maupun sahur dapat menyebabkan iritasi pada tenggorokan dan naiknya refluks asam lambung (gastroesophageal reflux disease atau GERD).
Menurut penelitian yang dipublikasian dalam Journal of Clinical Medicine tahun 2025 menyebutkan bahwa penyakit refluks gastroesofageal (GERD) dapat memicu batuk kronis karena asam lambung yang naik ke kerongkongan dapat merangsang refleks batuk. Oleh karena itu, selektif dalam memilih makanan saat berbuka dan sahur sangat penting untuk mencegah munculnya batuk saat berpuasa.
Faktor lainnya yang dapat menyebabkan batuk saat puasa adalah adanya paparan alergen dan polusi udara. Selama bulan Ramadan, aktivitas di luar ruangan tentunya tetap berjalan seperti biasa, yang berarti bahwa paparan iritan seperti debu, asap kendaraan, asap rokok, polutan, dan aerosol tetap tinggi.
Penelitian dalam International Journal of Enviromental Research and Public Health tahun 2021 menunjukkan bahwa paparan alergen dan polutan udara dapat menjadi pemicu iritasi pada saluran pernapasan, yang pada gilirannya berdampak pada batuk kering dan berdahak. Bagi penderita alergi atau asma, kondisi ini bisa menjadi lebih buruk selama puasa karena terbatasnya waktu untuk mengonsumsi obat atau air untu hidrasi tubuh dengan baik.
2. Cara mengatasi batuk kering saat puasa

Salah satu cara untuk mengatasi batuk kering disaat puasa adalah dengan menjaga tenggorokan tetap lembap. Meskipun tidak bisa minum di siang hari. Namun dengan memastikan asupan cairan yang cukup di waktu yang diperbolehkan menjadi sangat penting.
Asupan air putih yang cukup dapat membantu menjaga produksi lendir alami di saluran penapasan, sehingga akan mengurangi risiko iritasi yang menyebabkan batuk kering. Disarankan agar mengonsumsi air putih minimal delapan gelas per hari, dengan pembagian waktu saat berbuka, sebelum tidur dan saat sahur.
Selain menjaga tubuh tetap terhidrasi, menghindari makanan dan minuman pemicu iritasi juga dapat membantu mencegah dan mengatasi batuk kering. Makanan asam dan pedas, serta minuman bersoda dan berkafein dapat merangsang produksi asam lambung berlebih.
Studi dalam jurnal Frontiers in Physiology tahun 2022 menyatakan bahwa refluks asam lambung dapat menyebabkan iritasi kerongkongan dan merangsang refleks batuk. Oleh karena itu, bijak dalam memilih makanan seperti makanan yang lebih lembut, seperti sup hangat, kurma dan buah-buahan kaya air bisa menjadi solusi efektif untuk mencegah batuk kering saat berpuasa.
Cara lain yang bisa diterapkan adalah dengan menggunakan bahan alami sebagai pereda batuk, misalnya madu. Madu telah terbukti secara ilmiah memiliki efek antitusif atau pereda batuk. kandungan dalam madu akan membantu melapisi tenggorokan dan menggurangi iritasi, sehingga efektif untuk menganggani batuk kering. Selain itu, menghirup uap air hangat atau menggunakan humidifier di dalam ruangan juga bisa membantu menjaga kelembapan udara disekitar.
3. Mengatasi batuk berdahak saat puasa

Penanganan batuk berdahak juga tidak terlepas dari menjaga asupan cairan yang cukup. Konsumsi cairan yang cukup akan membantu melarutkan lendir di saluran pernapasan, sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan.
Penelitian dalam International Journal of Molecular Sciences tahun 2024 menyebutkan, dehidrasi akan membuat lendir menjadi lebih kental dan sulit untuk dikeluarkan, pada akhirnya dapat memperburuk batuk berdahak. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan konsumsi air putih dalam jumlah yang cukup atau minuman hangat seperti air jahe dan teh herbal baik saat berbuka maupun sahur untuk membantu mengencerkan dahak.
Selain itu, mengonsumsi makanan tinggi antioksidan seperti jeruk, madu dan jahe diketahui memiliki efek positif terhadap antiinflamasi yang dapat membantu meredakan peradangan di saluran pernapasan. Studi yang diterbitkan tahun 2022 dalam jurnal Molecules menyebutkan, jahe memiliki kandungan gingerol yang terbukti efektif dalam membantu mengurangi produksi lendir dan melemaskan otot-otot di saluran pernapasan, sehingga batuk berdahak lebih cepat reda. Di samping itu, menghindari makanan yang bisa meningkatkan produksi lendir, seperti susu dan gorengan juga dianjurkan agar batuk tidak semakin parah.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan teknik alami untuk membantu mengeluarkan dahak. Salah satu metode yang sering diterapkan adalah dengan menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkan batuk dengan tekanan terkontrol untuk mengeluarkan lendir.
Selain itu, menghirup uap air hangat atau mandi air hangat juga membantu dalam melembapkan saluran pernapasan dan membuat dahak lebih mudah untuk dikeluarkan. Namun, jika batuk berlangsung lama dan disertai gejala lain seperti demam dan sesak napas, ada baiknya untuk segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan lebih tepat.
4. Obat alami untuk batuk dan cara penggunaannya

Mencegah batuk saat puasa dapat dimulai dengan memastikan tubuh tetap terhidrasi dengan baik saat berbuka dan sahur. Selain itu, menghindari pemicu batuk seperti makanan berminyak, pedas, dan berpengawet. Makanan tersebut dapat memicu peradangan dan menstimulasi produksi lendir di saluran pernapasan, yang pada gilirannya dapat menyebabkan batuk. Sebagai gantinya, memilih makanan sehat seperti buah-buahan yang kaya vitamin C, sayuran hijau, dan makanan berserat tinggi dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh dan mencegah infeksi yang berpotensi menyebabkan batuk.
Salah satu obat batuk alami yang aman dikonsumsi saat puasa adalah madu, yang telah terbukti memiliki sifat antitusif (pereda batuk) dan antiinflamasi. Selain itu, madu juga memiliki efek antimikroba yang dapat membantu melawan infeksi bakteri atau virus yang menyebabkan batuk. Cara konsumsinya cukup mudah, yaitu dengan mencampurkan satu sendok makan madu dengan air hangat atau teh herbal dan diminum saat sahur atau setelah berbuka untuk meredakan batuk tanpa mengganggu puasa.
Selain madu, jahe juga dikenal sebagai obat batuk alami yang efektif karena mengandung senyawa aktif seperti gingerol dan shogaol, yang memiliki sifat antiinflamasi dan ekspektoran (pengencer dahak). Jahe bisa dikonsumsi dalam bentuk teh jahe hangat atau dicampurkan dengan madu untuk efek yang lebih optimal. Selain membantu mengatasi batuk, jahe juga bermanfaat dalam meningkatkan daya tahan tubuh selama puasa.
Obat batuk alami lain yang dapat dikonsumsi adalah larutan air garam untuk berkumur, yang terbukti efektif dalam meredakan batuk akibat iritasi tenggorokan. Studi yang dipublikasikan dalam Scientific Reports tahun 2021, menyatakan bahwa berkumur dengan air garam dapat membantu membersihkan lendir, mengurangi peradangan, serta membunuh bakteri dan virus di tenggorokan.
Cara penggunaannya cukup mudah, yaitu dengan melarutkan setengah sendok teh garam dalam segelas air hangat, lalu berkumur selama 30 detik sebelum dibuang. Metode ini aman dilakukan setelah berbuka puasa dan sebelum tidur untuk menjaga kesehatan tenggorokan serta mencegah batuk semakin parah.
5. Kapan harus berhenti puasa karena batuk?

Batuk saat puasa pada umumnya tidak menyebabkan permasalahan yang serius dan dapat diatasi dengan perawatan alami. Namun, ada kondisi tertentu yang mengharuskan seseorang untuk mempertimbangkan berhenti berpuasa demi kesehatan. Salah satu alasannya karena batuk disertai dengan sesak napas atau kesulitan bernapas. Hal ini dikhawatirkan sebagai indikasi infeksi saluran pernapasan serius seperti bronkitis, pneumonia, atau asma yang kambuh.
Menurut penelitian dalam Biosensors tahun 2025, infeksi pernapasan yang tidak ditangani dengan cepat dapat memperburuk kondisi tubuh, terutama jika tidak mendapatkan hidrasi yang cukup dan obat selama puasa. Jika batuk semakin parah dan menyebabkan gangguan pernapasan yang signifikan, maka sebaiknya mempertimbangkan untuk mengentikan puasa sementara dan segera mencari bantuan medis.
Selain gangguan saluran pernapasan, demam tinggi disertai batuk juga menjadi pertimbangan untuk berhenti puasa. Demam mengindikasikan bahwa tubuh sedang melawan infeksi, dan dalam kondisi berpuasa bisa memperburuk dehidrasi serta melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Sebuah studi tahun 2004 dalam jurnal The BMJ menyatakan bahwa tubuh membutuhkan hidrasi yang cukup untuk membantu melawan infeksi, serta diimbangi istirahat yang optimal agar proses pemulihan lebih cepat. Jika batuk disertai demam tinggi (>38 derajat Celsius), tubuh menggigil dan lemas, atau nyeri dada, maka sebaiknya beristirahat dan mengonsumsi cukup cairan serta obat-obatan lebih penting daripada memaksakan diri untuk tetap berpuasa.
Terakhir, jika batuk berlangsung lebih dari dua minggu tidak kunjung membaik, maka ada kemungkinan kondisi medis yang lebih serius, seperti infeksi bakteri, tuberkulosis (TBC), atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Batuk yang berlangsung lama dapat menjadi indikasi gangguan paru-paru yang memerlukan penanganan medis segera. Oleh karena itu, jika batuk tidak kunjung sembuh meskipun sudah menerapkan berbagai cara pengobatan alami, sebaiknya konsultasikan dengan dokter dan pertimbangkan untuk menghentikan puasa demi kesehatan jangka panjang.
Referensi
Murgia V, Manti S, Licari A, De Filippo M, Ciprandi G, Marseglia GL. Upper Respiratory Tract Infection-Associated Acute Cough and the Urge to Cough: New Insights for Clinical Practice. Pediatr Allergy Immunol Pulmonol. 2020 Mar;33(1):3-11.
Lim, C.Y.; Khan, S.W.; Alsibai, T.; Sathiyamoorthy, G. Examining Cough’s Role and Relief Strategies in Interstitial Lung Disease. J. Clin. Med. 2025, 14, 291.
Lee YG, Lee PH, Choi SM, An MH, Jang AS. Effects of Air Pollutants on Airway Diseases. Int J Environ Res Public Health. 2021 Sep 20;18(18):9905.
Wu J, Ma Y, Chen Y. GERD-related chronic cough: Possible mechanism, diagnosis and treatment. Front Physiol. 2022 Oct 20;13:1005404.