Cegah Hearing Loss saat Konser, Ikuti Panduan Ini

- Suara musik keras di tempat hiburan atau acara publik (konser musik, pertandingan olahraga, dll.), menggunakan headset/headphone dalam waktu lama secara rutin, dan lalu lintas (suara kendaraan bermotor) dapat menjadi penyebab gangguan pendengaran akibat bising (noise-induced hearing loss/NIHL).
- Banyak kasus gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan terjadi secara perlahan, seiring waktu, tetapi sering menghadiri acara dengan suara keras, seperti konser, bisa mempercepat prosesnya.
- Kalau kamu menonton konser, berhati-hatilah karena beberapa konser suaranya bisa melampaui 100 dB, dengan puncak hingga 117 dB. Ini dapat membahayakan pendengaran.
Konser Seventeen Right Here Jakarta, makin dekat! Grup penyanyi pria asal Korea Selatan itu, bersumber dari akun Instagram resmi promotor @mecimapro, rencananya akan menggelar konser pada 8 Februari 2025, berlokasi di Jakarta International Stadium, Jakarta Utara.
Menikmati konser, apalagi dari penyanyi, grup, atau band kesayangan tentu membawa kepuasan. Namun, kita harus hati-hati karena ada ancaman hearing loss atau gangguan pendengaran saat menikmati konser.
Gangguan pendengaran diklaim sebagai penyebab tertinggi keempat untuk disabilitas secara global. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2018 mencatat sekitar 6,1 persen orang di dunia mengalami gangguan pendengaran—terdiri dari 432 juta (93 persen) orang dewasa dan 34 juta (7 persen) anak-anak.
WHO memproyeksikan bahwa pada tahun 2050, hampir 2,5 miliar orang akan mengalami gangguan pendengaran, dan lebih dari 1 miliar orang dewasa muda usia 12–35 tahun berisiko mengalami gangguan pendengaran permanen karena praktik mendengarkan yang tidak aman, yaitu terpapar suara keras secara terus-menerus, atau disebut gangguan pendengaran akibat bising (noise-induced hearing loss/NIHL).
1. Apa yang terjadi pada telinga saat mendengarkan musik

Dari jajak pendapat Royal National Institute for Deaf People (RNID) terhadap 2.000 orang yang telah menghadiri, atau berencana untuk menghadiri, acara musik pada tahun 2024, ditemukan bahwa lebih dari separuh (58 persen) peserta telah mengalami tinitus (telinga berdenging) atau gangguan pendengaran sementara setelah mendengarkan musik keras. Sepertiga (33 persen) mengatakan mereka telah mengalaminya beberapa kali.
Yang mengkhawatirkan, mayoritas pencinta musik overestimasi berapa lama mereka dapat mendengarkan musik keras dengan aman tanpa pelindung pendengaran. Sebanyak 78 persen tidak menyadari bahwa konser, festival, pertunjukan, atau klub malam pada 100 dB dapat menyebabkan kerusakan pendengaran permanen setelah hanya 15 menit, dengan banyak yang secara keliru percaya bahwa mereka dapat mendengarkan dengan aman tanpa pelindung pendengaran hingga empat jam.
Saat mendengarkan musik, suara mengalir ke saluran telinga menuju gendang telinga, kemudian melewati tulang kecil di dalam tengah telinga untuk sampai ke telinga bagian dalam (koklea).
Koklea ditutupi ribuan rambut kecil yang biasanya berdiri tegak, siap bergetar dan mengubah suara menjadi arus listrik untuk ditafsirkan oleh otak. Rambut bagian atas, yang disebut stereocilia, bisa bengkok dan patah, membuatnya tidak berfungsi. Saat mendengarkan musik 85 dB atau lebih keras, rambut kecil ini bisa rusak yang sayangnya tidak akan tumbuh kembali. Kebanyakan kasus gangguan pendengaran akibat kebisingan disebabkan oleh kerusakan dan akhirnya kematian sel-sel rambut ini. Tidak seperti sel-sel rambut burung dan amfibi, sel-sel rambut manusia tidak tumbuh kembali—hilang untuk selamanya.
Banyak kasus gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan terjadi secara perlahan, seiring waktu, tetapi sering menghadiri acara dengan suara keras, seperti konser, bisa mempercepat prosesnya.
2. Mengenal gangguan pendengaran akibat bising

NIHL adalah gangguan pendengaran bersifat sensorineural yang terjadi akibat paparan kronis terhadap bising yang berlebihan. Derajat kerusakan pendengaran bergantung pada intensitas dan durasi paparan terhadap bising.
Intensitas suara diukur dengan skala logarithmic decibel (dB). Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA), nilai ambang batas intensitas suara yang aman adalah maksimal 85 dB selama 8 jam sehari.
Selain itu, menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, paparan bising lebih dari 140 dB tidak diperkenankan walaupun sesaat.
Setiap kenaikan intensitas kebisingan 5 dB akan menurunkan batas aman waktu paparan menjadi setengahnya. Bila terpapar kebisingan terlalu lama dan terus-menerus, misalnya secara rutin bekerja di tempat bising, maka akan terjadi gangguan pendengaran permanen.
NIHL dapat terjadi dengan segera atau butuh waktu lama untuk terlihat, dapat bersifat sementara atau permanen, serta dapat memengaruhi satu atau kedua telinga. Meskipun kamu tidak menyadari pendengaran rusak, tetapi kamu dapat mengalami masalah pendengaran di kemudian hari, seperti tidak dapat memahami orang lain saat mereka berbicara, terutama di telepon atau di ruangan yang bising.
Penyebab NIHL
Paparan terhadap bising mengganggu pendengaran karena merusak sel-sel rambut di koklea, bagian dari organ telinga dalam, juga dapat merusak saraf (nervus auditorius) yang menghantarkan impuls elektrik suara dari telinga dalam ke otak.
Secara umum, ada dua jenis faktor risiko NIHL, yaitu terkait aktivitas rekreasional (tidak terkait pekerjaan/non okupasi, atau sociacusis) dan terkait aktivitas kerja (okupasional/ ONIHL).
ONIHL lebih sering terjadi karena dua alasan ini: ancaman kehilangan pekerjaan mungkin menyebabkan orang tetap bertahan di lingkungan yang bising meskipun sudah merasa terganggu dan tidak nyaman, dan di tempat kerja paparan bising dengan intensitas tinggi terjadi secara rutin dan terus menerus.
Ada juga faktor lain yang menyebabkan kamu lebih berisiko mengalami gangguan pendengaranm, yaitu: predisposisi genetik, usia, penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi, paparan terhadap asap rokok, dan penggunaan obat ototoksik.
Berikut ini sumber bising yang umum dijumpai:
- Non okupasi: Suara musik keras di tempat hiburan (kafe, klub malam, bar, dll.) atau acara publik (konser musik, pertandingan olahraga, dll.); menggunakan headset/headphone dalam waktu lama secara rutin; lalu lintas (suara kendaraan bermotor).
- Okupasi: Pekerjaan yang berhubungan dengan alat atau lingkungan yang menimbulkan bising (operator alat berat, petugas bagian binatu, dll.).
Gejala NIHL
- Suara percakapan dan suara lainnya terdengar seperti teredam.
- Kesulitan mendengarkan atau suara bernada tinggi (contohnya kicauan burung, bel pintu, dering telepon, alarm jam, dll.).
- Kesulitan memahami percakapan di tempat yang bising.
- Kesulitan memahami percakapan via telepon.
- Kesulitan mendengar perbedaan konsonan dalam percakapan (misalnya membedakan s dan f, p dan t, sh dan th).
- Meminta orang berbicara lebih keras, lebih lambat, atau mengulangi perkataannya.
- Telinga berdenging.
- Hipersensitivitas atau nyeri di telinga bila terpapar suara tertentu.
3. Seberapa keras suara bisa didengar tanpa merusak pendengaran?

Suara selalu ada di sekitar, tetapi volumenya bervariasi. Percakapan normal biasanya pada 60 dB. Mesin bor sekitar 98 dB. Pesawat jet yang lepas landas pada 140 dB.
Secara keseluruhan, pada hari-hari normal hindari paparan suara lebih dari 85 dB. Kalau kamu menonton konser, berhati-hatilah karena beberapa konser suaranya bisa melampaui 100 dB, dengan puncak hingga 117 dB. Konser selama dua jam pasti dapat memberikan banyak tekanan pada telinga.
4. Tips mencegah hearing loss saat menghadiri konser

Praktikkan tips ini untuk meminimalkan risiko gangguan pendengaran saat menghadiri konser:
- Pakai penyumbat telinga (ear plug) adalah cara terbaik untuk melindungi telinga saat konser. Kalau kamu cukup sering menonton konser, pertimbangkan untuk membeli penyumbat telinga khusus yang sering dipakai oleh musisi dan tidak memengaruhi kualitas suara. Jangan menggunakan tisu atau kertas untuk menyumbat telinga karena itu tidak mampu melindungi telinga dari desibel tinggi.
- Jaga jarak yang lebih aman dari sumber pengeras suara, setidaknya 25 kaki atau 7,6 meter. Kamu bisa memilih tempat duduk lebih jauh dari pengeras suara atau panggung. Banyak arena konser besar memiliki tampilan video, jadi kamu tidak akan melewatkan apa pun.
- Ambil jeda istirahat dari area yang suara musiknya paling keras. Makin lama terpapar musik keras, makin besar risikonya. Kamu bisa pergi area makan atau area mana pun yang suara musiknya lebih pelan untuk mengistirahatkan telinga. Ini akan mengurangi kemungkinan kerusakan pendengaran konduktif atau permanen.
- Begitu merasa suara terdistorsi, atau mendengar suara berderak di telinga, segera menjauh dari suara tersebut atau segera pakai penyumbat telinga.
Sebagian besar penonton konser bisa mengalami beberapa efek jangka pendek pada pendengaran mereka tanpa pelindung telinga. Jika gejala seperti telinga berdenging, nyeri telinga, penurunan pendengaran, atau masalah pendengarannya terus berlanjut selama 2–3 hari setelah konser, temui dokter spesialis THT atau audiolog.
Dengan mempraktikkan langkah-langkah pencegahan hearing loss saat konser seperti yang dipaparkan di atas, kamu bisa meminimalkan risiko mengalami gangguan pendengaran.
Referensi
"WHO releases new standard to tackle rising threat of hearing loss." World Health Organization. Diakses Februari 2025.
"Concertgoers urged to protect ears as over half reveal signs of hearing damage." Royal National Institute for Deaf People. Diakses Februari 2025.
"Noise-Induced Hearing Loss." National Institute on Deafness and Other Communication Disorders. Diakses Februari 2025.
"Loud Noise Dangers." American Speech-Language-Hearing Association. Diakses Februari 2025.
Jessica, Carolina. "Noise-Induced Hearing Loss (Gangguan Pendengaran akibat Bising)." Warta K3 RSUP Dr Sardjito, Februari 2023 | Edisi 115.
"4 tips for protecting your hearing at concerts (+ tips for hearing aid users)" Widex. Diakses Februari 2025.
"Hearing Protection Tips for Summer Concerts." Sound Relief Tinnitus & Hearing Center. Diakses Februari 2025.