Mengenal Terapi Perilaku Dialektis untuk Mengatasi Gangguan Mental

Selena Gomez pernah menjalani terapi ini

Masalah kesehatan mental telah menjadi isu krusial yang butuh penanganan tepat dan segera. Setelah diagnosis, ahli kejiwaan akan menentukan berbagai bentuk perawatan yang akan dijalani pasien. Nah, salah satunya adalah terapi perilaku dialektis (dialectical behavior therapy atau DBT). Kabarnya, selebritas Selena Gomez juga pernah menjalani terapi perilaku ini untuk mengatasi gangguan emosional yang dialaminya.

DBT ialah terapi yang berfokus pada pengelolaan emosi dan hubungan interpersonal. Terapi perilaku adalah bentuk pendekatan terapi yang awalnya diterapkan untuk mengatasi seseorang dengan gangguan kepribadian ambang atau borderline personality disorder.

Saat ini, terapi tersebut sudah banyak digunakan untuk mengobati gangguan mental lain seperti depresi, penyalahgunaan zat, gangguan makan, serta keinginan untuk menyakiti diri sendiri.

Bila kamu tertarik ingin menjalani terapi perilaku dialektis, berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui.

1. Sejarah singkat kemunculan terapi perilaku dialektis

Mengenal Terapi Perilaku Dialektis untuk Mengatasi Gangguan Mentalunsplash.com/Toa Heftiba

Melansir Verywell Mind, DBT diketahui dikembangkan oleh Dr. Marsha Linehan dan rekannya di akhir tahun 1980-an. Latar belakangnya adalah dikarenakan terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy atau CBT) tidak bekerja dengan optimal pada pasien penderita gangguan kepribadian ambang. Dr. Linehan dan rekan kemudian menambahkan teknik dan mengembangkan pengobatan untuk pasien tersebut. 

Melansir Good Therapy, DBT menggabungkan proses filosofi yang disebut dialektika dan praktik kesadaran Buddhisme Zen. Dialektika didasarkan pada konsep bahwa segala sesuatu terdiri dari hal yang berlawanan dan perubahan dapat terjadi ketika ada "dialog" antara kekuatan yang berlawanan. Sementara, Buddhisme Zen digunakan untuk membantu menilai situasi secara objektif dan tenang.

Teknik lain yang ditawarkan adalah validasi. Dijelaskan bahwa ketika validasi digunakan bersamaan dengan dorongan untuk perubahan, pasien lebih mungkin tidak mengalami stres dan mampu bekerja sama dalam gagasan perubahan.

Dalam praktiknya, seorang pasien dan terapis berusaha menyelesaikan kontradiksi yang tampak antara penerimaan diri dan perubahan untuk membawa perubahan positif pada pasien.

Studi dalam Mental Health Clinician tahun 2016 menjelaskan jika mekanisme DBT memuat tiga asumsi dasar, yakni:

  • Semua hal saling berhubungan.
  • Perubahan adalah hal konstan dan tidak bisa dihindari.
  • Lawan dapat diintegrasikan untuk membentuk perkiraan yang lebih dekat tentang kebenaran.

2. Tahapan terapi perilaku dialektis

Mengenal Terapi Perilaku Dialektis untuk Mengatasi Gangguan Mentalpexels.com/mentatdgt

American Psychological Association mendefinisikan terapi perilaku dialektis sebagai fleksibilitas psikoterapi yang terdiri dari unsur terapi perilaku kognitif, terapi perilaku, dan mindfulnessGagasan awalnya adalah penerimaan realitas kehidupan dan perilaku seseorang. 

Melansir Medical News Today, DBT merupakan salah satu jenis terapi berbasis tahapan. Tahapan tersebut terdiri dari:

  • Tahap 1: melibatkan intervensi krisis dan menjaga orang dari masalah bunuh diri, menyakiti diri sendiri, atau kecanduan. Jadi, fokus pada tahap 1 adalah menstabilkan dan membantu pasien mengendalikan perilaku.
  • Tahap 2: pasien akan mengatasi rasa sakit emosional dan pengalaman traumatis. Terapis membantu pasien mengidentifikasi pikiran, perilaku, dan keyakinan yang tidak membantu.
  • Tahap 3: melibatkan pemecahan masalah yang diasosiasikan pasien dengan kehidupan sehari-hari. Terapi berfokus pada pertahanan kemajuan dan menetapkan tujuan yang dapat dicapai, sehingga pasien dapat menemukan kebahagiaan dalam hidup.
  • Tahap 4: pasien bekerja untuk memajukan kehidupan dan mencapai pemenuhan spiritual.

Baca Juga: Mengenal Reiki, Terapi Alternatif dari Jepang yang Bisa Cegah Depresi 

3. Kondisi yang dapat ditangani dengan terapi perilaku dialektis

Mengenal Terapi Perilaku Dialektis untuk Mengatasi Gangguan Mentalunsplash.com/Ethan Sykes

Dr. Marsha Linehan dan para rekan mengembangkan terapi perilaku dialektis untuk mengobati gangguan kepribadian ambang, yaitu gangguan kesehatan mental yang membuat penderitanya merasa takut akan pengabaian, masalah citra diri, kesulitan mengelola emosi, dan hubungan.

Selain itu, gangguan kepribadian ambang juga erat kaitannya dengan potensi menyakiti diri sendiri dan perilaku bunuh diri.

Pernyataan tersebut didukung oleh sebuah studi dalam jurnal Medicina tahun 2019, yang menunjukkan bahwa potensi bunuh diri penderita gangguan kepribadian ambang mencapai 10 persen. 

Organisasi kesehatan National Alliance on Mental Illness dan sebuah penelitian dalam jurnal Borderline Personality Disorder and Emotion Dysregulation tahun 2014 memaparkan dukungan DBT untuk pengobatan gangguan kepribadian ambang.

Seiring perkembangannya, para ahli kejiwaan menyesuaikan terapi perilaku dialektis untuk mengobati masalah kesehatan mental lainnya, seperti:

  • Gangguan makan.
  • Gangguan suasana hati seperti depresi dan gangguan bipolar.
  • Gangguan stres pasca trauma (PTSD).
  • Penyalahgunaan zat.

Sementara itu, melansir Medical News Today, manfaat DBT adalah mengurangi potensi perilaku bunuh diri (merugikan diri sendiri), mengurangi pikiran dan perilaku maladaptif, sarana belajar untuk menetapkan tujuan yang masuk akal, meningkatkan kualitas hidup, kepercayaan diri dan harga diri, meningkatan toleransi dan regulasi emosi, serta mengurangi gejala kecemasan, depresi, trauma, dan stres.

4. Keterampilan yang dikembangkan terapi perilaku dialektis

Mengenal Terapi Perilaku Dialektis untuk Mengatasi Gangguan Mentalpexels.com/Gustavo Fring

Dengan DBT, pasien akan belajar menggunakan empat keterampilan inti (modul) untuk mengatasi tekanan emosional dengan cara positif dan produktif.

Dr. Linehan menyebut adalah empat keterampilan tersebut sebagai "bahan aktif" DBT. Melansir Healthline, keterampilan tersebut di antaranya adalah:

  • Mindfulness: tentang menyadari dan menerima situasi yang terjadi. Mindfulness dapat membantu pasien belajar untuk memperhatikan dan menerima pikiran dan perasaan tanpa menghakimi.
  • Distress tolerance: keterampilan ini membantu pasien melewati masa sulit tanpa beralih ke teknik coping yang berpotensi merusak.
  • Interpersonal effectiveness: dapat membantu memperjelas hal-hal seperti emosi intens dan perubahan suasana hati yang cepat, sehingga menyebabkan kesulitan berhubungan dengan orang lain. Keterampilan ini menggabungkan keterampilan mendengarkan, keterampilan sosial, dan pelatihan ketegasan untuk membantu pasien mempelajari cara mengubah situasi sembari tetap teguh pada nilai-nilai. 
  • Emotion regulation: keterampilan regulasi emosi membantu pasien belajar menghadapi reaksi emosional primer sebelum mengarah ke reaksi sekunder yang menyedihkan, seperti emosi utama "kemarahan" dapat menyebabkan rasa bersalah, tidak berharga, malu, bahkan depresi.

5. Teknik terapi perilaku dialektis untuk mencapai pengobatan yang maksimal

Mengenal Terapi Perilaku Dialektis untuk Mengatasi Gangguan Mentalunsplash.com/Anthony Tran

Teknik yang digunakan dalam terapi perilaku dialektis di antaranya adalah terapi one-on-one, terapi individu, konsultasi melalui telepon, skills training group, dan therapist consultation team

Meskipun DBT menawarkan banyak manfaat, tetapi terapi tersebut mungkin tidak bekerja optimal pada beberapa orang. Kritik dan potensi keterbatasan DBT pun muncul, yang meliputi:

  • DBT butuh komitmen waktu (kehadiran dan pekerjaan rumah).
  • Tidak semua orang menerima atau mampu menyelesaikan pekerjaan rumah secara teratur.
  • Beberapa orang lebih berpikiran spiritual dan mungkin tidak menghargai gaya logis serta akademis DBT.
  • Banyak penelitian tentang DBT melibatkan ukuran sampel kecil dan tidak semua penelitian mencakup tindak lanjut pasca pengobatan.

Di samping itu, beberapa opsi terapi selain DBT mungkin bisa menjadi pertimbangan seperti CBT, terapi psikodinamik, terapi humanistik, terapi yang melibatkan pasangan atau keluarga, dan psikoterapi interpersonal.

Untuk mengetahui apakah terapi perilaku dialektis baik untuk diterapkan ke pasien, satu-satunya cara adalah konsultasi dengan ahli kejiwaan profesional yang memang terlatih melakukan terapi tersebut. Riwayat pengobatan, gejala, dan tujuan terapi pasien akan dievaluasi untuk melihat kemungkinan kecocokan DBT.

Baca Juga: 6 Hubungan Seni dan Kesehatan Mental, Bisa Kurangi Depresi Seseorang

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya