Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Seseorang Bisa Merasa Depresi setelah Olahraga?

ilustrasi merasa depresi setelah berolahraga (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Intinya sih...
  • Depresi pasca olahraga digunakan dalam budaya populer untuk menggambarkan rasa sedih, melankolis, atau tertekan setelah berolahraga.
  • Penyebab depresi pasca olahraga di antaranya kurangnya asupan makanan, ekspektasi berlebihan, tingkat stres tinggi, dan kondisi kesehatan mental yang sudah ada.

Olahraga adalah kegiatan yang secara luas dikenal mampu meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Namun, tidak semua orang merasa senang setelah berolahraga, beberapa orang justru merasa depresi.

Perasaan ini bisa menimbulkan kebingungan dan frustrasi, terutama ketika harapan yang diinginkan adalah perasaan bahagia dan puas.

Apa saja penyebab seseorang bisa merasa depresi setelah berolahraga?

Depresi pasca olahraga bukan penyakit mental

Perlu dicatat bahwa depresi pasca olahraga bukanlah penyakit mental yang tercantum dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5). Namun, istilah ini mungkin digunakan dalam budaya populer untuk menggambarkan rasa sedih, melankolis, atau tertekan setelah berolahraga.

Ada berbagai penyebab kesedihan atau depresi setelah berolahraga atau melakukan aktivitas fisik dan latihan. Kesehatan fisik dan mental bisa sangat berkaitan. Apa yang memengaruhi tubuh kamu juga bisa memengaruhi pikiran dan suasana hati. 

1. Kurangnya asupan makanan

ilustrasi makan sehat (pexels.com/Nathan Cowley)

Asupan makanan yang cukup dan tepat sangat penting bagi tubuh sebelum dan sesudah olahraga. Saat seseorang berolahraga, tubuh menghabiskan banyak energi, dan nutrisi yang tersimpan mulai digunakan untuk mendukung aktivitas fisik tersebut.

Jika asupan makanan tidak mencukupi, tubuh tidak akan memiliki bahan bakar yang cukup untuk menjalani dan memulihkan diri dari aktivitas fisik. Kekurangan nutrisi, terutama karbohidrat dan protein, dapat menyebabkan kadar gula darah rendah, yang kemudian bisa memengaruhi suasana hati.

Hal yang bisa kamu lakukan adalah merencanakan latihan berikutnya dan memastikan kamu mengonsumsi makanan yang cukup sebelum latihan dimulai. Namun, hindari makanan yang terlalu berat, karena bisa membuat kamu mual atau kram saat berolahraga. 

2. Ekspektasi berlebihan

Banyak orang memulai rutinitas olahraga dengan harapan besar, baik itu penurunan berat badan, peningkatan kebugaran, atau perasaan bahagia. Namun, ketika hasil yang diharapkan tidak segera tercapai atau hasilnya tidak sesuai dengan yang dibayangkan, kekecewaan bisa muncul.

Harapan yang terlalu tinggi bisa menyebabkan stres emosional, yang berkontribusi terhadap perasaan tidak puas atau depresi.

Misalnya, kamu mungkin berharap bisa menurunkan berat badan dalam waktu singkat atau mencapai penampilan tubuh tertentu setelah beberapa minggu berolahraga. Ketika itu tidak terjadi, perasaan gagal dan frustrasi bisa berkembang, sehingga menimbulkan perasaan depresi.

3. Stres berlebihan

ilustrasi pria stres (freepik.com/freepik)

Aktivitas fisik bisa menjadi cara yang sehat untuk mengurangi tingkat stres atau dampak stres pada tubuh dan pikiran. Namun, untuk kasus stres berat atau kronis, fungsi mental dan fisik mungkin akan sangat menghabiskan energi. Olahraga bisa menguras sumber energi tubuh kamu yang sudah terbatas.

Beberapa orang mungkin percaya bahwa stres dan depresi adalah kondisi yang terpisah. Akan tetapi, stres bisa meningkatkan risiko depresi dan memperburuk gejala depresi, termasuk:

  • Perubahan siklus tidur, baik insomnia (kesulitan atau tidak bisa tidur) atau hipersomnia (rasa kantuk yang berlebihan di siang hari meskipun telah tidur cukup pada malam sebelumnya).
  • Peningkatan kelelahan.
  • Peningkatan iritabilitas.
  • Emosi negatif yang meningkat, seperti kecemasan atau kesedihan. 

Jika kamu sedang mengalami stres berat dan menyadari bahwa olahraga justru memperburuk stres, kamu mungkin ingin beralih sementara dari latihan intensitas tinggi ke pilihan yang lebih santai. Contohnya yoga, taici, qigong, jalan kaki, atau peregangan santai.

4. Latihan yang berlebihan

Latihan yang berlebihan atau overexertion dapat memiliki dampak negatif pada tubuh dan pikiran. Ketika seseorang berolahraga terlalu keras atau terlalu sering tanpa memberikan tubuh waktu untuk pulih, hal ini dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental.

Kondisi ini dikenal sebagai "overtraining syndrome," yang bisa menyebabkan berbagai gejala termasuk depresi, kelelahan kronis, dan gangguan tidur. Olahraga yang berlebihan juga dapat menguras sumber daya energi tubuh. 

5. Kondisi kesehatan mental yang sudah ada

Ilustrasi wanita merasa cemas (freepik.com/freepik)

Bagi mereka yang sudah memiliki kondisi kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan, olahraga bisa menjadi pedang bermata dua.

Di satu sisi, olahraga dapat membantu mengelola gejala, tetapi di sisi lain bisa memperburuk kondisi jika tidak dilakukan dengan bijak.

Seseorang dengan gangguan mental yang sudah ada mungkin lebih rentan terhadap fluktuasi suasana hati setelah berolahraga, terutama jika mereka sudah mengalami tekanan atau ketidakstabilan emosional.

Selain itu, jika olahraga dilakukan sebagai pelarian dari masalah mental tanpa pengawasan, ini bisa memicu perasaan depresi setelah selesai berolahraga. Dalam kasus ini, penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental sebelum memulai atau mengubah rutinitas olahraga.

Merasa depresi setelah berolahraga mungkin terdengar bertentangan dengan manfaat yang seharusnya didapatkan. Namun, memahami penyebab-penyebab yang mendasari perasaan ini bisa membantu kamu mengambil langkah-langkah untuk mencegahnya. 

Referensi

Ekinci, Gülseren Nur, and Nevin Sanlier. “The relationship between nutrition and depression in the life process: A mini-review.” Experimental Gerontology 172 (February 1, 2023). 
Mikkelsen, Kathleen, Lily Stojanovska, Momir Polenakovic, Marijan Bosevski, and Vasso Apostolopoulos. “Exercise and mental health.Maturitas 106 (December 1, 2017).
Tafet, Gustavo E., and Charles B. Nemeroff. “The Links Between Stress and Depression: Psychoneuroendocrinological, Genetic, and Environmental Interactions.Journal of Neuropsychiatry 28, no. 2 (April 1, 2016): 77–88.
Kreher, Jeffrey B., and Jennifer B. Schwartz. “Overtraining Syndrome.” Sports Health a Multidisciplinary Approach 4, no. 2 (January 31, 2012): 128–38.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
Rifki Wuda Sudirman
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us