Studi: Diet Rendah Lemak Bantu Cegah Risiko Alzheimer

- Alzheimer adalah penyakit otak yang menyebabkan penurunan daya ingat dan kemampuan berpikir, umumnya terjadi pada usia di atas 60 tahun.
- Konsumsi daging berkorelasi kuat dengan peningkatan jumlah penderita Alzheimer, sementara pola makan Mediterania dapat mengurangi risiko hingga 46 persen.
- Pola makan tinggi nabati dapat mengurangi peradangan dan faktor risiko Alzheimer, sedangkan gaya hidup sehat juga penting dalam pencegahan demensia.
Alzheimer merupakan penyakit otak yang dapat menyebabkan penurunan daya ingat, kemampuan berpikir, hingga kemampuan dalam melakukan tugas sehari-hari. Kondisi ini umum terjadi pada orang-orang yang berusia di atas 60 tahun.
Alzheimer hingga saat ini belum dapat disembuhkan, namun tersedia obat-obatan yang dapat mengurangi gejalanya untuk sementara. Selain itu, gaya hidup juga merupakan salah satu faktor penting yang dapat mengurangi atau bahkan meningkatkan risiko terkena Alzheimer.
Dalam sebuah jurnal yang diterbitkan oleh The Journal of Alzheimer’s Disease, para peneliti telah mengidentifikasi jenis pola makan apa saja yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena Alzheimer, dan mana yang memiliki efek pencegahan.
1. Konsumsi daging merah dapat meningkatkan risiko Alzheimer

Dalam jurnal yang berjudul "Peran Pola Makan dalam Memodifikasi Risiko Penyakit Alzheimer: Sejarah dan Pemahaman Saat Ini", para peneliti melakukan studi ekologi multi-negara, yang mencari hubungan antara faktor-faktor dan penyakit dalam suatu populasi, dan studi observasional prospektif serta cross-sectional, di mana peserta dinilai tanpa intervensi apa pun dari peneliti, untuk menentukan dampak dari berbagai pola makan pada risiko Alzheimer.
Dalam studi ekologi, para peneliti menemukan bahwa konsumsi daging berkorelasi paling kuat dengan peningkatan jumlah penderita Alzheimer. Mereka menyimpulkan bahwa konsumsi daging adalah satu-satunya faktor risiko makanan yang berkontribusi penting bagi penyakit Alzheimer.
Dilansir Medical News Today, hal ini bisa terjadi karena daging merah dan daging olahan memiliki sejumlah mekanisme yang meningkatkan risiko Alzheimer, termasuk kandungan zat besi yang meningkatkan stres oksidatif.
2. Pola makan Mediterania dapat kurangi risiko Alzheimer

Sementara itu, studi observasional mengamati berbagai pola makan, termasuk:
- Pola makan orang Barat, yang ditandai dengan tingginya asupan makanan yang tinggi energi dan rendah nutrisi, seperti makanan cepat saji, minuman ringan, dan makanan olahan. Makanan ini juga tinggi gula tambahan, garam, dan lemak jenuh.
- Pola makan Mediterania, yang menekankan asupan biji-bijian, polong-polongan, sayur-sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan ikan, ditambah sedikit daging, telur, produk susu, dan alkohol.
- Pola makan DASH. Sama seperti Mediterania, namun pola makan ini juga menganjurkan asupan produk susu rendah lemak.
- Pola makan MIND, yang merupakan adaptasi dari pola makan Mediterania dan DASH, namun berfokus pada rekomendasi harian dan mingguan untuk kelompok makanan yang berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan Mediterania mampu mengurangi risiko Alzheimer paling tinggi, dengan risiko relatif sebesar 46 persen dibandingkan pola makan Barat. Untuk pola makan MIND, risiko relatifnya mencapai 47 persen, sementara DASH adalah 61 persen.
Asupan makanan yang kaya akan tumbuhan-tumbuhan juga diketahui bermanfaat bagi mikrobioma usus. Banyak penelitian menunjukkan bahwa bakteri yang hidup di usus mungkin memainkan peran penting dalam sistem kekebalan tubuh seseorang. Orang dengan tingkat beta-amiloid yang lebih tinggi di otaknya, yang merupakan ciri khas penyakit Alzheimer, cenderung memiliki jumlah bakteri yang lebih tinggi di ususnya yang berhubungan dengan peradangan otak.
3. Pola makan tinggi nabati juga cegah peradangan

Penelitian juga menunjukkan bahwa peradangan berkontribusi terhadap risiko berkembangnya Alzheimer. Peradangan sendiri dapat memicu akumulasi agregat plak beta amiloid dan hiperfosforilasi tau, yang mengakibatkan hilangnya neuron atau sel saraf. Namun, pola makan tinggi nabati terbukti dapat mengurangi peradangan.
Makanan seperti sayuran berdaun hijau, buah-buahan dan sayuran berwarna, polong-polongan, kacang-kacangan, asam lemak omega-3, dan biji-bijian mengandung komponen anti-inflamasi dan antioksidan, sehingga dapat membantu mengurangi faktor risiko yang terkait dengan Alzheimer.
Selain pola makan, faktor gaya hidup lainnya juga berperan penting dalam mengurangi risiko pengembangan bentuk demensia ini. Terus belajar dan rajin berolaraga merupakan beberapa kebiasaan yang dapat membantu meningkatkan kognisi. Para peneliti juga menekankan pentingnya berkonsultasi dengan ahli kesehatan terlebih dahulu sebelum melakukan perubahan pola makan dan gaya hidup.