Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Thought Blocking: Ketika Bicara Terhenti Tiba-tiba

ilustrasi laki-laki sedang berpikir (Pexels.com/Athena)

Thought blocking atau pemblokiran pikiran ditandai dengan perilaku seseorang yang berbicara lalu tiba-tiba berhenti tanpa alasan yang jelas. Kondisi ini umumnya wajar menimpa siapa saja dan biasanya tidak perlu dikhawatirkan.

Namun, thought blocking yang terjadi secara intens dan berlaka tidak boleh diabaikan. Pasalnya hal ini bisa menjadi gejala dari kondisi kesehatan mental tertentu, contohnya psikosis. Dalam beberapa kasus, thought blocking dapat menyebabkan seseorang mengalami periode berpikir dan berbicara tidak teratur disertai delusi dan halusinasi.

Merangkum dari Medical News Today, berikut adalah fakta thought blocking yang menarik untuk dipahami.

1. Apa itu thought blocking?

ilustrasi perempuan melamun (Pexels.com/cottonbro)

Seperti yang telah disinggung di atas, thought blocking merupakan penggambaran dari kondisi yang menyebabkan seseorang tiba-tiba berhenti berbicara, termasuk berhenti berpikir di tengah-tengah aktivitas tersebut.

Orang-orang yang mengalami thought blocking mungkin mencoba mengingat detail tertentu selama menyampaikan gagasannya dalam sesi pembicaraan. Karenanya mereka terkadang berhenti sejenak ketika berbicara.

Sementara bagi sebagian orang, thought blocking terasa seolah-olah gagasan yang ada di pikiran mereka lenyap seketika secara permanen dari otak. Dalam kasus ini, individu yang mengalaminya mungkin tidak dapat kembali mengingat gagasan yang pernah terpikirkan sebelumnya.

2. Faktor risiko thought blocking

ilustrasi perempuan berpikir keras untuk mengutarakan pendapat (Pexels.com/João Jesus)

Peristiwa yang melibatkan fisik atau emosi secara sadar maupun tidak sadar dapat menyebabkan terhalanginya kemampuan mengingat hal tertentu. Kemungkinan lain yang menjadi faktor risiko thought blocking meliputi:

  • Trauma, termasuk pelecehan atau perasaan kehilangan yang sangat membekas
  • Cedera dan penyakit fisik, seperti stroke, cedera kepala, atau demam yang sangat tinggi
  • Mengalami gangguan kecemasan ekstrem
  • Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
  • Mengonsumsi obat-obatan terlarang, seperti kokain, heroin, dan ganja
  • Mengonsumsi obat tertentu, seperti antidepresan dan kortikosteroid
  • Menjalani pola hidup tidak sehat yakni merokok

3. Kondisi thought blocking kaitannya dengan kesehatan mental

ilustrasi wanita yang mengalami depresi (Pexels.com/EKATERINA BOLOVTSOVA)

Thought blocking bisa juga terjadi karena gangguan pikiran atau psikosis. Dalam kasus ini melibatkan kesehatan mental seseorang yang mencakup:

  • Psikosis: terjadi ketika seseorang mempersepsikan realitas dengan sangat berbeda dari yang sebenarnya terjadi. Psikosis dapat menyebabkan periode halusinasi, delusi, serta ucapan dan pemikiran yang tidak teratur (seperti thought blocking).
  • Skizofrenia: selain psikosis, skizofrenia juga memiliki kaitan yang erat dengan thought blocking. Skizofrenia sendiri dijelaskan sebagai kondisi yang memengaruhi perkembangan saraf bersifat kronis kemudian berdampak pada cara seseorang merasakan, berpikir, dan bertindak.
  • Kondisi lain: thought blocking dapat hadir dengan kondisi kesehatan mental lain yang terkait dengan jenis psikosis seperti depresi berat, depresi pascapersalinan, gangguan kepribadian tertentu, gangguan delusi, atau cedera otak traumatis.

4. Pengobatan dan perawatan thought blocking

ilustrasi sesi terapi untuk meminimalkan gejala masalah kesehatan mental (Pexels.com/Polina Zimmerman)

Ketika thought blocking terdiagnosis sebagai gejala dari masalah kesehatan mental seperti psikosis dan skizofrenia, maka jalur pengobatan yang biasa ditempuh ialah mengonsumsi obat tertentu, misalnya obat antipsikotik.

Adapun bentuk perawatan lain yang dapat membantu mengelola gejala di antaranya adalah:

  • Psikoterapi, sering kali ahli kesehatan mental menawarkan terapi perilaku kognitif
  • Terapi kelompok atau konseling sebaya
  • Terapi keluarga
  • Terapi stimulasi listrik
  • Rehabilitasi
  • Mengoptimalkan peran kelompok illness management skill
  • Melakukan perubahan gaya hidup yang lebih sehat

5. Segera konsultasi pada dokter apabila thought blocking diikuti dengan gejala ekstrem lainnya

ilustrasi penderita psikosis yang berpikir untuk bunuh diri (Pexels.com/Polina Zimmerman)

Pada dasarnya thought blocking yang disertai dengan gejala masalah kesehatan mental (psikosis atau skizofrenia) tidak bisa dianggap remeh. Individu tersebut bisa menunjukkan beberapa indikasi yang signifikan, seperti mengembangkan kepercayaan yang tidak masuk akal. Selain itu, tidak menutup kemungkinan juga dapat menunjukkan perilaku ganjil dan bertindak secara berlebihan.

Dalam kasus yang parah, thought blocking karena masalah kesehatan mental bisa memicu pemikiran ekstrem mengakhiri hidup. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya individu yang bersangkutan segera mendapatkan perawatan yang tepat oleh para ahli baik psikolog atau pun psikiater.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Indri yani
EditorIndri yani
Follow Us