Mengenal Afasia, Gangguan Berbahasa akibat Kerusakan pada Otak

- Aktris China Zhao Lusi menjadi sorotan setelah fotonya di rumah sakit tersebar di media sosial. Dalam foto itu, ia duduk di kursi roda tampak lemah dan mengenakan selang oksigen. Ia dikabarkan mengalami kondisi yang disebut afasia.
- Afasia adalah gangguan berbahasa yang memengaruhi komunikasi verbal dan tertulis, disebabkan oleh kerusakan pada sisi otak yang dominan berbahasa, seperti stroke, cedera kepala, atau tumor otak.
- Gejala afasia bervariasi dari kesulitan berbicara hingga kesulitan memahami ucapan orang lain.
Aktris China Zhao Lusi menjadi sorotan setelah fotonya di rumah sakit tersebar di media sosial. Dalam foto itu, ia duduk di kursi roda tampak lemah dan mengenakan selang oksigen.
Foto tersebut menimbulkan kekhawatiran dari para penggemar, sebab sebelumnya ia baik-baik saja dan tengah syuting drama terbaru. Sahabat Zhao Lusi yang juga seorang aktris, Wei Xiao, buka suara dan mengatakan bahwa bintang drama "Hidden Love" tersebut mengalami afasia, tetapi kondisinya sudah membaik dan sedang dalam pemulihan, dilansir Voi.
Zhao disebut-sebut sempat mengalami kelelahan berat akibat kesibukannya. Kondisi tersebut membuatnya sulit bergerak dan berbicara, sehingga ia berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya menggunakan teks di ponselnya.
Karena kondisinya itu, pihak studio mengumumkan bahwa sang aktris akan menghentikan sementara seluruh aktivitasnya mulai 28 Desember 2024. Akun Weibo milik Zhao Lusi juga dinonaktifkan untuk sementara.
Pernahkah kamu mendengar gangguan berbahasa yang bernama afasia? Gangguan ini tidak hanya memengaruhi kemampuan berkomunikasi, tetapi juga kualitas hidup seseorang.
Orang dengan afasia akan mengalami gangguan dalam komunikasi verbal, komunikasi tertulis, atau keduanya. Orang dengan gangguan ini sering memiliki masalah dengan:
- Membaca.
- Menulis.
- Berbicara.
- Mendengarkan.
- Memahami ucapan orang lain.
Afasia sering dialami pasien stroke akut, tumor, demensia, dan orang yang mengalami cedera kepala. Tingkat keparahan afasia berbeda-beda, tergantung penyebab dan level keparahan pada otak.
Untuk memahami afasia lebih lanjut, yuk, simak baik-baik penjelasannya berikut ini!
1. Penyebab afasia
Afasia disebabkan oleh kerusakan pada sisi otak yang dominan berbahasa, biasanya sisi kiri. Kondisi ini dapat disebabkan oleh:
- Stroke.
- Cedera kepala.
- Tumor otak.
- Infeksi otak.
- Demensia atau penyakit Alzheimer.
Saat ini belum diketahui apakah afasia menyebabkan hilangnya struktur bahasa secara menyeluruh, atau menyebabkan masalah dalam cara mengakses dan menggunakan bahasa.
2. Jenis-jenis afasia

Gejala yang ditimbulkan oleh afasia beragam, dari ringan hingga berat. Namun, gejala umum afasia adalah kesulitan dalam berkomunikasi.
Gejala afasia terbagi menjadi dua, yaitu gejala yang memengaruhi komunikasi ekspresif dan yang memengaruhi komunikasi reseptif.
Gejala yang memengaruhi komunikasi ekspresif meliputi:
- Berbicara dalam kalimat atau frasa yang pendek dan tidak lengkap.
- Berbicara dalam kalimat yang tidak mampu dipahami oleh orang lain.
- Menggunakan kata-kata yang kurang tepat atau bahkan tidak masuk akal.
- Menggunakan kata-kata dalam ejaan yang salah.
Sementara itu, gejala yang memengaruhi komunikasi reseptif meliputi:
- Kesulitan memahami ucapan orang lain.
- Kesulitan dalam mengikuti ucapan yang serba cepat.
- Salah paham terhadap ucapan kiasan.
Secara umum, afasia terbagi dalam dua kategori:
- Non-fluent aphasia. Seseorang mampu memproduksi ucapan, tetapi tersendat-sendat dan penuh usaha dalam melakukannya. Tata bahasanya buruk, tetapi makna kata masih dapat dipahami.
- Fluent aphasia. Seseorang masih mampu menghasilkan kalimat yang utuh, tetapi kurang memiliki makna.
3. Diagnosis afasia
Biasanya afasia tidak memerlukan diagnosis khusus. Namun, jika memang diperlukan, maka dokter akan meminta pasien menjalankan beberapa tes atau melakukan pemeriksaan CT scan dan MRI untuk mencari tahu kerusakan otak.
Beberapa tes tersebut di antaranya adalah mengikuti perintah, menyebutkan nama objek, ikut berpartisipasi dalam sebuah pembicaraan, menjawab pertanyaan, dan menulis kata-kata.
Jika telah diketahui bahwa pasien mengidap afasia, langkah yang akan diambil selanjutnya adalah mengidentifikasi ketidakmampuan pasien dalam berkomunikasi secara spesifik.
Selama pemeriksaan berlangsung, pasien akan diuji kemampuannya dalam berbicara secara jelas, mengekspresikan ide, berinteraksi dengan orang lain, membaca, menulis, memahami bahasa lisan dan tulisan, dan menggunakan bentuk komunikasi alternatif (seperti bahasa tubuh).
4. Afasia dan dampaknya terhadap kualitas hidup

Afasia dapat menciptakan sejumlah masalah yang memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Itu karena bahasa dan komunikasi adalah hal yang paling krusial dalam kehidupan sehari-hari.
Tentunya ini juga akan memengaruhi kemampuan dalam menjalin relasi dengan orang lain yang juga memerlukan keahlian dalam berkomunikasi. Menjalin relasi dengan orang lain tidak melulu soal cinta, tetapi juga hubungan dengan rekan kerja, manajer, sahabat, dan lingkungan sekitar.
Bayangkan saja, bagaimana jika kita tidak mampu dalam mengutarakan pendapat atau bahkan mempresentasikan materi kita pada sebuah rapat penting? Tentu dapat timbul rasa malu dan tidak percaya diri. Maka dari itu, gangguan ini tidak boleh disepelekan.
5. Pengobatan afasia
Jika kerusakan pada otak masih tergolong ringan, maka biasanya seseorang bisa memulihkan keterampilan berbahasa tanpa tindakan khusus. Akan tetapi, jika diperlukan ada beberapa hal yang bisa dilakukan, meliputi:
- Rehabilitasi keterampilan bicara dan berbahasa
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan memulihkan bahasa sebanyak-banyaknya, mengajarkan bagaimana caranya melengkapi kemampuan bahasa yang hilang dan mencari metode lain dalam berkomunikasi.
- Obat-obatan
Dalam hal ini, obat-obatan tersebut adalah yang dapat meningkatkan aliran darah ke otak, menggantikan senyawa kimia yang habis di otak, dan meningkatkan pemulihan sel-sel otak. Meskipun hal ini memungkinkan untuk membantu kesembuhan pasien afasia, tetapi penelitian lebih lanjut dibutuhkan terkait dengan penggunaan terapi ini.
- Perawatan lainnya
Stimulasi otak akhir-akhir ini diteliti untuk perawatan terhadap pasien afasia dan dapat membantu meningkatkan kemampuan untuk menyebutkan sesuatu. Namun, penelitian dalam jangka panjang terhadap hal ini belum diselesaikan.
Ada dua tipe perawatan, yang pertama adalah transcranial magnetic stimulation (TMS) dan transcranial direct current stimulation (tDCS). TMS menggunakan medan magnet dalam pengaplikasiannya, sedangkan tDCS menggunakan arus lemah melalui elektroda yang ditempatkan di atas kepala.
Nah, itulah informasi sekitar afasia. Bila kamu mengalami salah satu dari beberapa tanda dan gejalanya, segera periksakan diri ke dokter, ya.
Referensi
"Aphasia". National Health Service. Diakses Januari 2025.
"Aphasia". Johns Hopkins Medicine. Diakses Januari 2025.
"Aphasia". Mayo Clinic. Diakses Januari 2025.