Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tak Kasatmata, Ini Bahaya Mikroplastik untuk Kesehatan

Ilustrasi sampah plastik dan mikroplastik di laut.
ilustrasi mikroplastik (IDN Times/Aditya Pratama)
Intinya sih...
  • Mikroplastik berpotensi berbahaya bagi kesehatan manusia, termasuk dapat memicu kanker, demensia, obesitas, autisme, gangguan endokrin, dan fibrosis paru.
  • Mikroplastik bisa masuk ke tubuh manusia melalui makanan dan minuman, udara yang dihirup, serta kontak dengan kulit.
  • Langkah-langkah untuk melindungi diri dari mikroplastik antara lain mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, memilih saringan teh stainless steel, dan hindari produk kosmetik beraroma.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bicara tentang polusi udara, pikiran biasanya langsung tertuju pada asap kendaraan, pabrik, atau produk rumah tangga. Namun, ada satu ancaman lain yang jauh lebih kecil, nyaris tak terlihat mata, tetapi bisa masuk ke dalam tubuh setiap hari, yaitu mikroplastik.

Mikroplastik adalah partikel plastik berukuran sangat kecil, kurang dari 5 milimeter. Mikroplastik bisa terbentuk dari pecahan plastik yang terurai di lingkungan, atau dari proses pemanasan dan pembakaran plastik yang kemudian terlepas ke atmosfer. Karena ukurannya yang mikroskopis, partikel ini bisa dengan mudahnya terbawa angin, menempel di udara yang kamu hirup, dan akhirnya masuk ke dalam tubuh.

Yang membuatnya mengkhawatirkan, mikroplastik tidak mengenal batas ruang. Ini bisa ditemukan di udara perkotaan yang padat, di dalam rumah, bahkan di tempat-tempat yang umum dianggap bersih sekalipun.

Berita buruknya, paparan mikroplastik berpotensi menimbulkan dampak serius bagi kesehatan. Dari gangguan pernapasan, peradangan, hingga kemungkinan memengaruhi sistem metabolisme, partikel kecil ini menyimpan risiko yang tidak bisa diabaikan.

Seiring temuan berbagai penelitian, yuk, ketahui apa saja risiko mikroplastik bagi kesehatan.

Bahaya mikroplastik

Mikroplastik kemungkinan besar berbahaya, meskipun sejauh mana dampaknya terhadap kesehatan manusia masih terus diteliti. Sangat mungkin bahwa partikel plastik yang masuk ke dalam tubuh dapat memengaruhi kesehatan dengan berbagai cara.

Karena struktur kimianya, nanoplastik (lebih kecil dari mikroplastik, ukurannya kurang dari 1 mikrometer atau 1.000 nanometer) berpotensi untuk berinteraksi dengan mesin seluler di dalam tubuh. Berikut beberapa contoh bagaimana hal itu bisa terjadi:

  • Usus dapat menyerap nanoplastik dari makanan, yang kemudian masuk ke aliran darah dan berakhir di hati atau ginjal. Partikel ini bisa menumpuk seiring waktu.
  • Debu plastik yang terhirup ke paru-paru dapat menimbulkan iritasi dan merusak sel di sana.
  • Bakteri dan mikroorganisme lain dapat hidup menempel pada mikroplastik, sehingga lebih mudah menghindari sistem kekebalan tubuh. Hal ini dapat mengganggu mikrobioma manusia dan bahkan memicu infeksi.
  • Nanoplastik dapat menembus hingga ke otak dan menumpuk di sana, menyebabkan kerusakan pada sistem saraf.
  • Bahan kimia dalam plastik dapat keluar (leaching), terutama ketika plastik dipanaskan. Proses ini dapat memicu peradangan yang berpotensi merusak sel-sel tubuh.

Para ilmuwan masih mempelajari bagaimana mikroplastik memengaruhi tubuh manusia. Sebagian besar penelitian sejauh ini dilakukan pada hewan, meskipun ada beberapa studi pada manusia. Bukti awal menunjukkan bahwa mikroplastik mungkin berkaitan dengan kanker serta sejumlah masalah kesehatan lainnya.

1. Diduga dapat memicu kanker

Sejumlah studi awal pada manusia, serta penelitian di laboratorium dan hewan, menunjukkan paparan mikroplastik bisa berkontribusi pada perkembangan kanker. Partikel plastik berukuran sangat kecil ini dapat menumpuk di jaringan tubuh, kemudian memicu kerusakan DNA, peradangan kronis, proliferasi sel berlebihan, hingga pertumbuhan tumor.

Hingga kini, mikroplastik telah ditemukan pada jaringan manusia maupun hewan, termasuk di paru-paru, hati, plasenta, dan arteri. Partikel kecil ini juga terbukti menimbulkan berbagai dampak negatif yang terkait dengan kanker, antara lain:

  • Menyebabkan peradangan kronis.
  • Menekan fungsi kekebalan tubuh yang seharusnya melawan kanker.
  • Mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan pembelahan sel.
  • Mengganggu kadar hormon, termasuk hormon reproduksi.
  • Memengaruhi pembentukan plak di arteri.
  • Menyebabkan kerusakan DNA.
  • Mengacaukan keseimbangan antara mikroba dan lapisan lendir di usus, sehingga sel-sel usus lebih rentan terhadap kerusakan.
  • Membawa polutan beracun yang berpotensi meningkatkan risiko kanker.

Namun, bidang penelitian ini masih sangat awal. Jumlah studi yang ada masih relatif sedikit. Masih dibutuhkan banyak penelitian pada jaringan manusia dan studi yang meneliti bagaimana mikroplastik memengaruhi penyakit seperti kanker.

2. Terkait dengan demensia

Ilustrasi mikroplastik di telapak tangan.
ilustrasi mikroplastik (IDN Times/Novaya)

Sejumlah penelitian terkini menunjukkan bahwa partikel plastik sangat kecil, yakni mikroplastik dan nanoplastik, dapat menembus sistem saraf manusia dan ditemukan dalam cairan serebrospinal maupun jaringan otak.

Satu studi, misalnya, menemukan bahwa pada orang dengan demensia, kadar mikroplastik dalam otak bisa tiga hingga lima kali lebih tinggi dibandingkan orang tanpa demensia.

Studi lain menunjukkan bahwa dalam cairan serebrospinal (CSF), ditemukan jenis-mikroplastik seperti polietilen (PE) dan PVC, dan keberadaan mereka berkaitan dengan biomarker penyakit Alzheimer, seperti Aβ42 dan skor kognitif yang lebih rendah.

Penelitian menunjukkan beberapa mekanisme biologis yang mungkin terlibat: mikroplastik dapat melewati sawar darah otak, mengakibatkan stres oksidatif, aktivasi sel microglia (sel kekebalan otak), peradangan kronis, dan bahkan mempercepat agregasi amyloid-β—protein yang terkait dengan Alzheimer.

Walaupun demikian, tetapi para peneliti menegaskan bahwa belum ada bukti sebab-akibat langsung bahwa mikroplastik menyebabkan demensia. Yang ditemukan hanyalah korelasi. Misalnya, demensia itu sendiri mungkin mengganggu mekanisme pembersihan otak sehingga akumulasi mikroplastik menjadi lebih besar

3. Mungkin dapat menyebabkan obesitas

Plastik dapat memengaruhi tubuh manusia lewat bahan kimia yang disebut endocrine-disrupting chemical (EDC). Zat ini bisa mengganggu sistem hormon, terutama yang mengatur metabolisme dan berat badan.

Peneliti menemukan bahwa banyak bahan tambahan plastik, termasuk yang ada di botol minum, wadah makanan, hingga kemasan sehari-hari, mengandung EDC seperti bisphenol A (BPA) dan ftalat. Kedua zat ini dapat berpindah ke makanan atau minuman, lalu masuk ke tubuh. Di sana, mereka meniru atau memblokir kerja hormon alami, terutama hormon yang mengatur nafsu makan, penyimpanan lemak, dan kadar gula darah.

Paparan EDC dapat:

  • meningkatkan pembentukan dan penyimpanan lemak,
  • mengubah metabolisme glukosa,
  • serta menyebabkan resistensi insulin dan gangguan tekanan darah.

Lebih buruknya lagi, bahan kimia ini menumpuk dalam jaringan tubuh selama bertahun-tahun, sehingga efeknya berlangsung lama bahkan jika seseorang sudah menjaga pola makan atau rajin berolahraga.

Artinya, kenaikan berat badan tak selalu soal kalori dan gaya hidup. Paparan jangka panjang dari bahan kimia mikroplastik bisa menjadi faktor tersembunyi yang membuat tubuh lebih mudah menyimpan lemak.

4. Terkait dengan autisme

Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa paparan mikroplastik sejak masa kehamilan dapat berdampak pada perkembangan otak. Studi tahun 2022 menemukan partikel mikroplastik menumpuk di otak tikus dan mengubah ekspresi gen yang berhubungan dengan fungsi saraf, hingga memicu perilaku mirip autisme.

Riset lainnya pada tahun 2025 menunjukkan bahwa nanoplastik juga bisa mengganggu pembentukan neuron dan menyebabkan gangguan kognitif, bahkan pada human brain organoid—mini otak buatan dari sel manusia.

Selain itu, mikroplastik dapat mengubah mikrobioma usus, yang berperan penting dalam komunikasi otak–usus. Efek ini bisa terjadi sejak janin karena partikel plastik berukuran sangat kecil mampu melewati plasenta.

Meski temuan pada manusia masih terbatas, tetapi para ilmuwan menilai risiko ini perlu diteliti lebih lanjut.

5. Dapat menyebabkan gangguan endokrin

Ilustrasi sampah plastik dan mikroplastik.
ilustrasi mikroplastik (IDN Times/Aditya Pratama)

Penelitian awal menunjukkan bahwa mikroplastik dan bahan kimia terkait seperti BPA, phthalates, PFAS, dan flame retardants dapat mengganggu sistem hormon tubuh (EDC).

EDC bisa meniru atau memblokir hormon alami, mengacaukan fungsi kelenjar tiroid dan sistem reproduksi. Akibatnya, paparan jangka panjang dikaitkan dengan risiko gangguan tiroid, infertilitas, PCOS, endometriosis, hingga gangguan metabolik seperti obesitas dan resistansi insulin.

Meskipun penelitian pada manusia masih terbatas, tetapi studi pada hewan dan sel menunjukkan bahwa mikroplastik dapat terakumulasi di jaringan endokrin, memicu stres oksidatif, dan mengubah regulasi hormon.

6. Mungkin bisa menyebabkan fibrosis paru

Penelitian laboratorium pada tikus menunjukkan bahwa paparan mikroplastik melalui pernapasan berulang kali dapat merusak sel paru-paru dan memicu fibrosis paru, kondisi ketika jaringan paru menjadi menebal dan kaku akibat luka (scarring).

Partikel mikroplastik yang terhirup dapat menyebabkan stres oksidatif, peradangan kronis, dan kerusakan jaringan paru, yang lama-kelamaan berujung pada penurunan fungsi pernapasan. Studi juga menemukan bahwa mikroplastik dapat menumpuk di alveolus (kantung udara paru) dan mengganggu proses pertukaran oksigen.

Meskipun data pada manusia masih terbatas, tetapi temuan ini menimbulkan kekhawatiran terhadap risiko jangka panjang paparan udara tercemar mikroplastik, terutama pada pekerja industri plastik dan masyarakat di area urban dengan polusi tinggi.

Cara mikroplastik masuk ke dalam tubuh

Ada tiga jalur utama di mana mikroplastik bisa masuk ke tubuh manusia, yaitu melalui makanan dan minuman, udara yang dihirup, serta kontak dengan kulit.

  • Tertelan lewat makanan dan minuman

Mikroplastik dapat masuk ke tubuh melalui makanan dan minuman yang kamu konsumsi setiap hari. Partikel ini bisa terlepas dari kemasan plastik, lalu tertelan bersama makanan atau air minum. Tanaman pangan pun dapat menyerap mikroplastik dari tanah atau pupuk yang terkontaminasi. Selain itu, alat masak berbahan plastik dan peralatan antilengket juga berpotensi mencemari makanan ketika digunakan pada suhu tinggi.

  • Terhirup lewat udara

Karena ukurannya sangat kecil, mikroplastik bisa terbawa oleh udara dan terhirup masuk ke paru-paru. Sumbernya antara lain debu perkotaan, gesekan rem kendaraan, erosi tempat pembuangan sampah, serta semprotan air laut. Beberapa penelitian bahkan menemukan mikroplastik di atmosfer perkotaan dan di dalam paru manusia, menunjukkan bahwa polusi plastik kini menjadi bagian dari udara yang kamu hirup.

  • Menembus kulit

Meski kulit berfungsi sebagai pelindung alami tubuh, tetapi studi menunjukkan bahwa mikroplastik dapat menembus melalui folikel rambut, kelenjar keringat, atau luka kecil di kulit. Zat kimia berbahaya dalam mikroplastik, seperti BPA dan zat tahan api PFAS, juga bisa meresap ke dalam tubuh melalui kontak kulit, menimbulkan potensi gangguan hormonal dan kesehatan jangka panjang.


Sumber mikroplastik dan nanoplastik

Baik mikroplastik maupun nanoplastik berasal dari bahan buatan manusia, yaitu plastik. Plastik menjadi komponen utama atau sebagian dari banyak produk rumah tangga dan benda yang kamu gunakan sehari-hari, seperti:

  • Peralatan rumah tangga
  • Mainan
  • Perkakas
  • Wadah penyimpanan
  • Ban kendaraan
  • Pakaian

Kamu bisa mengenali suatu benda terbuat dari plastik jika pada labelnya tercantum bahan seperti:

  • Polistirena (styrofoam)
  • Polietilena
  • Nilon
  • Politetrafluoroetilena (teflon)
  • Polivinil klorida
  • Polipropilena
  • Poliester

Cara melindungi diri dari paparan mikroplastik

Ilustrasi sampah plastik dan mikroplastik di laut.
ilustrasi mikroplastik (IDN Times/Aditya Pratama)

Tidak mungkin untuk sepenuhnya menghindari mikroplastik. Akan tetapi, ada beberapa langkah yang dapat bisa kamu lakukan untuk membatasi jumlah plastik yang diserap tubuh. Ini beberapa contohnya:

  • Kurangi penggunaan plastik sekali pakai. Contoh: kantong belanja plastik, pembungkus makanan, botol plastik. Pilih alternatif seperti tas kain, botol stainless steel.
  • Kurangi penggunaan air kemasan: Penelitian menunjukkan dalam satu liter air kemasan bisa terdapat ratusan ribu partikel mikroplastik.
  • Hindari memanaskan makanan dalam wadah plastik. Panas dapat menyebabkan plastik melepaskan partikel mikroplastik ke dalam makanan. Gunakan wadah kaca atau porselen untuk memanaskan.
  • Hati-hati dengan minuman panas dalam kemasan plastik atau gelas berlapis plastik. Cairan panas bisa mempercepat pelepasan plastik ke dalam minuman. Gunakan mug atau gelas yang bebas plastik.
  • Pilih saringan teh stainless steel dibanding kantong teh biasa. Studi menunjukkan kantong teh plastik menglepaskan mikroplastik saat diseduh dengan air panas.
  • Ganti talenan dan alat masak berbahan plastik dengan bahan lain. Wadah plastik dan alat masak plastik bisa menjadi sumber mikroplastik ke makanan.
  • Utamakan makanan yang sedikit diproses dan hindari kemasan plastik berlebih. Produk yang diproses dan dikemas plastik memiliki konsentrasi mikroplastik yang lebih tinggi.
  • Hindari produk kosmetik beraroma. Produk kecantikan beraroma sering mengandung mikroplastik untuk menstabilkan wangi. Partikel kecil ini bisa masuk lewat pori-pori kulit dan berisiko bagi tubuh. Karena itu, para ahli menyarankan memilih produk tanpa pewangi.
  • Bersihkan debu dalam rumah dan lepaskan sepatu sebelum masuk rumah. Mikroplastik bisa terhirup di rumah melalui debu, serat pakaian sintetis, dan mesin pengering. Gunakan penyedot debu dengan filter HEPA, lepas sepatu di pintu sebelum masuk rumah, bersihkan saringan pengering langsung di tempat sampah, dan kurangi pakaian berbahan sintetis untuk mengurangi paparan.

Referensi

"Microplastics and Cancer: Your Questions Answered." Dana-Farber Cancer Institute. Diakses Oktober 2025.

Eliasz Dzierżyński et al., “Microplastics in the Human Body: Exposure, Detection, and Risk of Carcinogenesis: A State-of-the-Art Review,” Cancers 16, no. 21 (November 1, 2024): 3703, https://doi.org/10.3390/cancers16213703.

Jun Hyung Park et al., “Polypropylene Microplastics Promote Metastatic Features in Human Breast Cancer,” Scientific Reports 13, no. 1 (April 17, 2023), https://doi.org/10.1038/s41598-023-33393-8.

Sohini Goswami et al., “The Alarming Link Between Environmental Microplastics and Health Hazards With Special Emphasis on Cancer,” Life Sciences 355 (August 3, 2024): 122937, https://doi.org/10.1016/j.lfs.2024.122937.

"What Are Microplastics, and Are They Harmful?" GoodRx. Diakses Oktober 2025.

"UNM Researchers Find Alarmingly High Levels of Microplastics in Human Brains – and Concentrations are Growing Over Time." University of New Mexico. Diakses Oktober 2025.

Ping He et al., “Association of Microplastics in Human Cerebrospinal Fluid With Alzheimer’s Disease-related Changes,” Journal of Hazardous Materials 494 (May 26, 2025): 138748, https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2025.138748.

"Dementia: Are microplastics accumulating in our brains a risk factor?" Medical News Today. Diakses Oktober 2025.

"Accumulation of Microplastics in the Brain: A Link to Dementia?" Observatoire de la prévention de l'Institut de Cardiologie de Montréal. Diakses Oktober 2025.

Elif Gecegelen, Mete Ucdal, and Burcu Balam Dogu, “A Novel Risk Factor for Dementia: Chronic Microplastic Exposure,” Frontiers in Neurology 16 (May 30, 2025), https://doi.org/10.3389/fneur.2025.1581109.

"Is Plastic Making Us Obese?" Earth Day. Diakses Oktober 2025.

Javeria Zaheer et al., “Pre/Post-natal Exposure to Microplastic as a Potential Risk Factor for Autism Spectrum Disorder,” Environment International 161 (February 3, 2022): 107121, https://doi.org/10.1016/j.envint.2022.107121.

Yi Guo et al., “Perinatal Exposure to Polystyrene Nanoplastics Alters Socioemotional Behaviors via the Microbiota–gut–brain Axis in Adult Offspring Mice,” Brain Behavior and Immunity, April 1, 2025, https://doi.org/10.1016/j.bbi.2025.04.002.

Fangfang Huang et al., “Early-life Exposure to Polypropylene Nanoplastics Induces Neurodevelopmental Toxicity in Mice and Human iPSC-derived Cerebral Organoids,” Journal of Nanobiotechnology 23, no. 1 (July 1, 2025), https://doi.org/10.1186/s12951-025-03561-1.

Natasha Chitakwa et al., “Plastic-related Endocrine Disrupting Chemicals Significantly Related to the Increased Risk of Estrogen-dependent Diseases in Women,” Environmental Research 252 (April 18, 2024): 118966, https://doi.org/10.1016/j.envres.2024.118966.

Hanna J. Tyc et al., “Micro- and Nanoplastics as Disruptors of the Endocrine System—A Review of the Threats and Consequences Associated With Plastic Exposure,” International Journal of Molecular Sciences 26, no. 13 (June 26, 2025): 6156, https://doi.org/10.3390/ijms26136156.

Sabrina Bossio et al., “Endocrine Toxicity of Micro- and Nanoplastics, and Advances in Detection Techniques for Human Tissues: A Comprehensive Review,” Endocrines 6, no. 2 (May 14, 2025): 23, https://doi.org/10.3390/endocrines6020023.

"Inhaling Microplastics, a Pollutant, Linked to Higher PF Risk in Mice." Bionews. Diakses Oktober 2025.

"Microplastics: Sources, health risks, and how to protect yourself." Penn State - Institute of Energy and the Environment. Diakses Oktober 2025.

"Microplastics and Nanoplastics: Differences, Sources, and Health Impacts." Healthline. Diakses Oktober 2025.

"9 Ways to Trim Microplastics from Your Life." AARP. Diakses Oktober 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Alfonsus Adi Putra
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

7 Cara Mencapai Runner’s High, Sensasi Bahagia saat Lari

16 Nov 2025, 09:37 WIBHealth