Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bukan Cuma Serviks, Vaksin HPV Juga Melindungi Vulva dan Vagina

Suasana vaksinasi pada siswa SD di seluruh sekolah Kota Medan.
Suasana vaksinasi pada siswa SD di seluruh sekolah Kota Medan (Dok. Istimewa)
Intinya sih...
  • Selain kanker serviks, vaksin HPV menurunkan risiko lesi prakanker vulva dan vagina hingga 57 persen, menurut studi terbaru.
  • Manfaat paling besar terlihat jika vaksin diberikan sebelum usia 17 tahun.
  • Temuan studi ini memperkuat peran vaksin HPV sebagai pencegahan kanker lintas organ.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Selama bertahun-tahun, vaksin human papillomavirus (HPV) dikenal luas sebagai perlindungan utama terhadap kanker serviks. Namun, riset terbaru menunjukkan bahwa perlindungannya ini ternyata lebih luas! Studi tersebut menunjukkan bahwa vaksin HPV juga terbukti mampu menurunkan risiko lesi prakanker pada vulva dan vagina.

Temuan ini datang dari Swedia, melalui studi berskala nasional yang dipublikasikan dalam jurnal JAMA Oncology. Dengan mengikuti ratusan ribu perempuan selama lebih dari satu dekade, para peneliti menemukan imunisasi HPV memberi perlindungan nyata terhadap perubahan sel yang berpotensi berkembang menjadi kanker.

Risiko turun 37 persen, lebih besar jika mendapat vaksinasi dini

Studi yang dipimpin peneliti dari Karolinska Institute ini melibatkan sekitar 770.000 perempuan yang lahir antara 1985–1998 dan tinggal di Swedia pada periode 2006–2022. Data kesehatan mereka ditelusuri melalui registri nasional, memungkinkan pemantauan jangka panjang yang sangat detail.

Temuannya jelas, bahwa perempuan yang menerima setidaknya satu dosis vaksin HPV memiliki risiko 37 persen lebih rendah mengalami lesi prakanker vulva atau vagina dibanding mereka yang tidak divaksinasi. Manfaatnya bahkan lebih besar pada kelompok yang menerima vaksin sebelum usia 17 tahun—risiko mereka turun hingga 57 persen!

Selama masa tindak lanjut, tercatat 98 kasus lesi prakanker tingkat tinggi pada kelompok yang divaksinasi, dibanding 547 kasus pada kelompok yang tidak divaksinasi. Secara statistik, ini diterjemahkan sebagai incidence rate ratio (IRR) sebesar 0,63, dan 0,43 pada mereka yang divaksinasi pada usia 10–16 tahun.

Mengapa vaksinasi HPV pada usia remaja awal sangat penting?

Vaksinasi HPV remaja.
ilustrasi vaksinasi HPV remaja (freepik.com/freepik)

HPV adalah virus yang menyebar melalui kontak kulit ke kulit, termasuk aktivitas seksual. Hampir 80 persen perempuan dan 90 persen laki-laki yang aktif secara seksual akan terpapar HPV setidaknya sekali seumur hidup. Sebagian besar infeksi memang hilang dengan sendirinya, tetapi sebagian kecil dapat menetap dan memicu kanker.

Mendapatkan vaksinasi sebelum terpapar HPV, yakni sebelum terjadi aktivitas seksual, memberi peluang terbaik bagi sistem imun untuk membangun perlindungan maksimal. Itulah sebabnya manfaat paling besar dalam studi ini terlihat pada mereka yang divaksinasi pada usia remaja awal.

Kanker terkait HPV adalah ancaman bagi perempuan dan laki-laki

Selain kanker serviks, HPV juga diketahui berperan dalam setidaknya enam jenis kanker, termasuk kanker vulva, vagina, anus, penis, serta kanker kepala dan leher (orofaring).

Pada laki-laki dan perempuan, kanker orofaring kini menjadi salah satu kanker terkait HPV yang paling cepat meningkat.

Yang membuat temuan studi ini makin penting adalah kenyataan bahwa lesi prakanker vulva dan vagina sering kali sulit dideteksi dini. Pengobatannya kerap melibatkan laser atau pembedahan jaringan, yang bisa menyakitkan dan berdampak pada citra tubuh. Dalam konteks ini, pencegahan menjadi jauh lebih penting dibanding pengobatan.

Vaksin HPV terbukti aman dan efektif

Vaksin NusaGard, vaksin HPV.
Vaksin NusaGard (IDN Times/Rifki Wuda Sudirman)

Ratusan juta dosis vaksin HPV telah diberikan di seluruh dunia, dan keamanannya dipantau secara ketat.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan, efek samping serius sangat jarang, serta tidak ditemukan kaitan dengan gangguan kehamilan, penyakit autoimun, atau masalah kesehatan jangka panjang.

Yang justru terlihat konsisten di banyak negara adalah penurunan tajam infeksi HPV, lesi prakanker, dan kanker pascavaksinasi. Di Skotlandia, misalnya, para ahli bahkan menyebut mulai muncul “generasi tanpa kanker serviks” berkat cakupan vaksin HPV yang tinggi.

Walaupun bukti ilmiah makin kuat, tetapi tantangannya masih banyak.

Sebagai contoh, di Indonesia, manfaat vaksin HPV sudah mulai diakui, tetapi cakupan vaksinasi masih belum merata. Program vaksin HPV memang telah masuk ke dalam layanan imunisasi di beberapa daerah, tetapi implementasinya belum menjangkau semua wilayah secara konsisten.

Tantangan utamanya beragam, mulai keterbatasan akses layanan kesehatan, perbedaan kapasitas daerah, hingga keraguan masyarakat terhadap vaksin yang masih dipengaruhi stigma, minimnya informasi, dan anggapan keliru bahwa vaksin HPV hanya relevan bagi orang dewasa yang sudah aktif secara seksual.

Padahal, seperti ditunjukkan oleh berbagai studi global, termasuk riset terbaru dari Swedia ini, vaksin HPV paling efektif jika diberikan sebelum remaja terpapar virus. Artinya, memperluas cakupan vaksinasi sejak usia sekolah adalah bentuk perlindungan jangka panjang terhadap kanker serviks dan kanker lainnya yang terkait HPV, termasuk kanker vulva dan vagina.

Berbagai organisasi profesi merekomendasikan vaksin HPV mulai usia 9–12 tahun, saat respons antibodi paling optimal.

Bertambah lagi bukti perlindungan dari vaksin HPV. Bukan cuma mencegah kanker serviks, tetapi juga memberi perlindungan terhadap lesi prakanker vulva dan vagina, yang mana ini adalah sebuah langkah besar dalam pencegahan kanker pada perempuan.

Dengan vaksinasi yang tepat waktu, satu generasi dapat terhindar dari penyakit yang menyakitkan, prosedur medis yang invasif, dan kehilangan kualitas hidup. Vaksin HPV bukan sekadar pilihan, melainkan investasi kesehatan jangka panjang.

Referensi

"HPV vaccines prevent precancerous lesions in vulva and vagina, study finds." CIDRAP. Diakses Desember 2025.

Yunyang Deng et al., “Quadrivalent Human Papillomavirus Vaccine and High-Grade Vulvovaginal Lesions,” JAMA Oncology, December 18, 2025, https://doi.org/10.1001/jamaoncol.2025.5511.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

5 Tips Plank untuk Pemula, Awas Salah Gerakan!

22 Des 2025, 14:15 WIBHealth