Studi: Diet Karbo Mungkin Tingkatkan Risiko Kanker Kolorektal

- Studi menemukan hubungan antara diet rendah karbohidrat dan peningkatan risiko kanker kolorektal.
- Diet rendah karbo dapat membuat bakteri usus merusak sel-sel usus besar, memungkinkan racun bakteri perusak DNA mencapai sel-sel tersebut dan memicu mutasi genetik.
- Penurunan berat badan dari diet rendah karbo mungkin berasal dari kemampuannya untuk mengerem nafsu makan dan menstabilkan gula darah, tetapi dapat mengganggu kesehatan usus dalam jangka panjang.
Diet rendah karbohidrat (diet karbo), seperti diet keto, telah meningkat popularitasnya dalam beberapa tahun terakhir. Akan tetapi, banyak ahli bertanya-tanya apakah diet ini dapat memiliki konsekuensi negatif.
Sebuah penelitian baru-baru ini mengungkap kaitan yang mengkhawatirkan antara diet karbo dan peningkatan risiko kanker kolorektal, terutama bila dikombinasikan dengan bakteri usus tertentu. Penelitian menunjukkan bahwa diet karbo dan serat larut menciptakan lingkungan usus yang mendukung perkembangan kanker dengan memungkinkan racun bakteri perusak DNA mencapai sel-sel usus besar. Temuan ini menyoroti interaksi kompleks antara diet, komposisi mikrobioma, dan faktor genetik dalam karsinogenesis kolorektal.
Mari bahas lebih lanjut bagaimana isi dari studi ini.
1. Studi
Sebuah studi yang diadakan oleh Universitas Toronton mengungkapkan bahwa diet karbo dan rendah serat dapat meningkatkan kanker kolorektal dengan membuat bakteri usus yang berbahaya merusak sel-sel usus besar. Para peneliti menguji tiga diet: normal, rendah karbohidrat, dan gaya Barat pada tikus yang dikolonisasi dengan bakteri terkait kanker.
Hasilnya, hanya tikus yang menjalani diet karbo yang dikombinasikan dengan kolibaktin yang menghasilkan E. coli, suatu racun yang merusak DNA, yang mengembangkan tumor kolorektal. Diet tersebut mengencerkan lapisan lendir pelindung usus besar, yang memungkinkan kolibaktin menembus sel dan memicu mutasi genetik, terutama pada tikus dengan gen perbaikan DNA yang terganggu.
Menambahkan serat larut ke dalam diet akan mengurangi pertumbuhan tumor dan toksisitas bakteri. Temuan tersebut menunjukkan bahwa pembatasan karbohidrat jangka panjang tanpa serat yang cukup dapat meningkatkan risiko kanker, terutama pada individu yang rentan secara genetik. Para peneliti memperingatkan tentang diet rendah karbohidrat yang ekstrem dan menyoroti perlunya strategi diet yang dipersonalisasi, termasuk suplementasi serat, untuk kelompok berisiko tinggi (Nature Microbiology, 2024)
2. Bagaimana bakteri tertentu dapat menyebabkan kanker?

Kanker kolorektal, yang terjadi di usus besar dan rektum, merupakan salah satu kanker yang paling umum. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), kanker kolorektal memiliki tingkat kelangsungan hidup 5 tahun sebesar 64,4 persen. Meskipun tidak ada cara untuk menjamin bahwa seseorang dapat mencegah kanker kolorektal, tetapi ada beberapa cara untuk menurunkan risikonya, seperti:
- Tidak atau berhenti merokok.
- Membatasi asupan alkohol.
- Mengonsumsi banyak sayur, buah, dan biji-bijian utuh.
- Membatasi makanan olahan dan daging merah.
Karena para peneliti menduga bahwa pilihan makanan mungkin terkait dengan perkembangan kanker kolorektal, studi ini bertujuan untuk menentukan apakah ada hubungan antara jenis makanan tertentu yang dikombinasikan dengan jenis bakteri tertentu. Para peneliti berfokus pada tiga bakteri: Bacteroides fragilis, Helicobacter hepaticus, dan E. coli.
Mikroorganisme ini menyebabkan kerusakan DNA pada sel epitel usus baik secara langsung melalui produksi genotoksin atau secara tidak langsung melalui induksi mediator inflamasi yang merusak DNA. Penelitian ini berfokus pada tikus yang diberi makan makanan rendah karbohidrat dan rendah serat, makanan biasa, dan diet ala Barat yang tinggi lemak dan gula.
Kualitas karbohidrat juga penting. Makanan yang tinggi biji-bijian olahan atau gula tambahan meningkatkan risiko, sementara makanan yang kaya biji-bijian utuh dan kacang-kacangan mengurangi kejadian kanker usus besar dan hati.
3. Efek penurunan berat badan dari diet karbo
Diet karbo mampu menurunkan berat badan secara cepat dengan mengurangi lonjakan insulin dan meningkatkan pembakaran lemak. Namun, di sisi lain, diet karbo dapat menimbulkan risiko tersembunyi.
Para peneliti memperingatkan bahwa pembatasan karbohidrat yang ketat, terutama jika dipadukan dengan asupan serat yang rendah, dapat mengencerkan lapisan lendir pelindung usus besar. Hal ini memungkinkan bakteri usus yang terkait dengan kanker (seperti E. coli yang menghasilkan kolibaktin yang merusak DNA) merusak sel-sel usus besar, sehingga meningkatkan risiko kanker kolorektal, terutama pada orang dewasa yang lebih muda.
Penurunan berat badan dari diet ini berasal dari kemampuannya untuk mengerem nafsu makan dan menstabilkan gula darah, tetapi dalam jangka panjang ini dapat mengganggu kesehatan usus. Para ahli menyarankan untuk menyeimbangkan pembatasan karbohidrat dengan peningkatan serat larut untuk menjaga pertahanan mukosa dan mengurangi risiko. Moderasi dan memprioritaskan protein nabati daripada daging olahan adalah kunci untuk manajemen berat badan yang lebih aman.
4. Peran serat dan kualitas makronutrien

Diet karbo pada dasarnya tidak berbahaya, tetapi mengurangi makanan tinggi serat, seperti biji-bijian utuh dan kacang-kacangan memperburuk risiko. Namun, saat peneliti menambahkan serat larut ke dalam diet tikus, ini membalikkan pertumbuhan tumor dan peradangan, yang menunjukkan peran serat sebagai pelindung.
Studi pada manusia makin menguatkan hal ini: analisis terhadap 222.745 peserta menemukan bahwa diet karbo yang menekankan protein hewani dan lemak jenuh meningkatkan risiko penyakit gastrointestinal. Risiko kanker usus sebesar 11 persen, sedangkan pola makan rendah karbohidrat berbasis tanaman tidak menunjukkan hubungan tersebut (Gastroenterology, 2024).
5. Perubahan pola makan untuk menurunkan risiko kanker kolorektal
Berikut perubahan pola makan untuk mengurangi risiko kanker kolorektal:
- Batasi konsumsi daging merah dan olahan.
- Tingkatkan asupan bawang putih.
- Tingkatkan asupan magnesium.
- Batasi konsumsi alkohol.
- Tingkatkan asupan vitamin B6.
- Pertimbangkan konsumsi ikan dan asam lemak omega-3.
- Tingkatkan asupan buah dan sayur.
- Tingkatkan asupan susu, kalsium, dan vitamin D, terutama bagi orang dengan riwayat adenoma.
- Tingkatkan asupan selenium.
Studi menunjukkan bahwa diet rendah karbohidrat dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal dengan memungkinkan aktivitas bakteri yang berbahaya. Meskipun diet ini dapat membantu penurunan berat badan jangka pendek, tetapi keamanannya dalam jangka panjang masih dipertanyakan. Lebih baik, prioritaskan karbohidrat berkualitas tinggi dan protein nabati untuk mengurangi risiko.
Referensi
"Study Uncovers How Low-Carb Diet Drives Colorectal Cancer Development." Ecancer. Diakses April 2025.
Hou, N., Huo, D., & Dignam, J. J. (2013). "Prevention of colorectal cancer and dietary management." PubMed, 2(2), 13. https://doi.org/10.3978/j.issn.2304-3865.2013.04.03
" Low-Carb Diets & Low Fiber May Increase Colorectal Cancer Risk." Medical News Today. Diakses April 2025.
"This Popular Weight Loss Diet Is Raising Risk of Colon Cancer in Young." Times of India. Diakses April 2025.
Yiqing Wang et al., “48 LOW-CARBOHYDRATE DIET AND RISK FOR GASTROINTESTINAL CANCERS,” Gastroenterology 166, no. 5 (May 1, 2024): S-20, https://doi.org/10.1016/s0016-5085(24)00537-7.