Eka Hospital Berkomitmen Tingkatkan Layanan IGD dan Ambulans

Pada Rabu (24/8/2022), Eka Hospital menandatangani perjanjian kerja sama dengan salah satu rumah sakit terbaik asal Los Angeles, California, Amerika Serikat (AS), Cedars-Sinai Hospital. Dalam perjanjian 3 tahun tersebut, Eka Hospital ingin meningkatkan kemampuan tenaga kesehatannya dalam penanganan kegawatdaruratan.
Selain penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan Cedars-Sinai Hospital, Eka Hospital memaparkan berbagai rencana yang akan dilakukannya dalam beberapa bulan dan tahun ke depannya. Apa saja inovasi yang telah dipersiapkan oleh Eka Hospital?
1. Peningkatan IGD sebagai frontline di rumah sakit

Berbicara dalam acara tersebut, Chief Operation Officer Eka Hospital, drg. Rina Setiawati, menjelaskan bahwa instalasi gawat darurat/IGD adalah komponen sangat penting dalam sistem kesehatan sebagai "gerbang" rumah sakit. Karena peningkatan populasi lansia, pertambahan penduduk, dan perubahan pola penyakit, peningkatan IGD amat diperlukan.
"Banyak pasien yang banyak dalam kondisi yang butuh pertolongan gawat darurat, tetapi tak sedikit yang datang dalam kondisi tidak gawat darurat. Meski begitu, mereka memilih IGD agar mendapatkan pelayanan cepat," ujar drg. Rina.
Dokter Rina mengatakan bahwa IGD Eka Hospital sempat mengalami overcrowded. Akibatnya, banyak perawatan pasien yang tidak adekuat, pasien harus menunggu lama, terjadi infeksi nosokomial, hingga pasien tidak tertangani dengan baik.
Selain itu, akibat lainnya adalah naiknya angka unplanned return ke IGD yang disebabkan karena kondisi tidak kronis. Hal ini menyebabkan kacaunya kualitas dan keamanan pasien serta staf rumah sakit, dan sebagainya. Bukan hanya itu, kepercayaan masyarakat ikut tergerus akibat pasien tidak ditangani dengan baik.
2. Tim yang berpengalaman bisa menjamin pasien
Oleh karena itu, drg. Rina mengatakan bahwa Eka Hospital tengah mengantisipasi dan mengatasi masalah tersebut sambil membentuk dasar IGD yang baik. Hal ini demi mewujudkan IGD kelas dunia, bukan hanya di Eka Hospital, melainkan rumah sakit lainnya juga.
“Apa yang kita dapatkan dari teman-teman di Cedars-Sinai kita bisa bagikan juga ke teman-teman lain sebagai pengalaman atau sharing knowledge, supaya kita bisa tumbuh bersama-sama,”
Berkolaborasi dengan Cedars-Sinai Hospital, Eka Hospital membuka babak baru dengan collaboration learning process. Dengan begitu, ada bantuan dan bimbingan untuk mewujudkan dukungan teknis dan implementasi praktik IGD terbaik.
Salah satu elemen yang diprioritaskan adalah tim yang berpengalaman. Menurut drg. Rina, penting untuk membangun kepercayaan pasien bahwa mereka akan ditangani oleh tim tenaga kesehatan yang berpengalaman.
"Bagaimana membentuk pengalaman tersebut? Pelatihan, sharing knowledge selama bertahun-tahun, juga saling bertukar pengalaman satu tempat dengan tempat yang lain. Inilah tujuan kerja sama antara Eka Hospital dengan Cedars-Sinai," tutur drg. Rina.
3. Fasilitas IGD di Eka Hospital
Tidak main-main, drg. Rina mengatakan bahwa per harinya, IGD Eka Hospital kedatangan rata-rata 60 sampai 75 pasien per hari. Oleh karena itu, penting untuk menyediakan layanan terbaik, seperti:
- Area drop-off: Untuk menurunkan dan menaikkan pasien.
- Area triage: Di semua IGD Eka Hospital, ada setidaknya satu perawat yang memakai headset untuk mempercepat penanganan pasien IGD.
- Ruang perawatan pribadi: Eka Hospital menyediakan ruang perawatan pribadi yang bersih dan nyaman untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
- Ruang resusitasi yang berfasilitas lengkap.
- Ruang Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK): Dengan fasilitas lengkap sesuai dengan standar pemerintah Indonesia.
- Akses langsung ke MRI dan CT scan, OT, serta cath lab.
- Nurse station yang ditempatkan untuk memudahkan dokter serta perawat dalam memantau pasien.
- Staf admin ditempatkan di IGD.
- Ruang tunggu yang bersih dan nyaman untuk keluarga pasien.
- Ruang isolasi tekanan negatif.
- Panggulan follow-up dalam waktu 24 jam untuk pasien IGD yang dipulangkan.
- Door to CT scan/MRI kurang dari 30 menit untuk pasien stroke.
- Door to wire untuk pasien ST-elevation myocardial infarction (STEMI) kurang dari 0- menit.
- Komputer di setiap ruang IGD Eka Hospital untuk memasukkan riwayat medis secara elektronik.
- IGD berdekatan dengan lobi utama.

Banyak pasien yang berobat ke IGD. Namun, ada juga yang tidak pulih. Oleh karena itu, drg. Rina mengatakan bahwa Eka Hospital akan terus mengevaluasi berapa banyak pasien yang kembali mengunjungi IGD dalam waktu 24 jam, dan bukan disebabkan oleh penyakit kronis.
Selain itu, penilaian oleh dokter umum (GP) selalu jadi dilema karena satu pasien umumnya ditemui oleh satu dokter jaga IGD dan memakan waktu cukup lama. Oleh karena itu, drg. Rina mengatakan bahwa dalam 5 menit setelah pasien masuk triage, mereka harus bertemu dengan dokter jaga.
"Kami menambahkan dokter jaga di setiap lini, minimal dua," imbuh drg. Rina.
Lalu, bagaimana jika dokter spesialis tidak ditemukan? Dokter gigi Rina meyakinkan bahwa setiap pasien yang masuk IGD, terutama sampai ke triage 1 dan 2, dokter spesialis diharuskan datang dalam waktu 30 menit sejak tibanya pasien.
4. Mewujudkan pelayanan kelas dunia yang merakyat
Sejak 2008 sampai saat ini, Eka Hospital telah mengoperasikan empat rumah sakit swasta tipe B di Indonesia. Empat rumah sakit tersebut terletak di BSD, Pekanbaru, Cibubur, dan Bekasi.
Eka Hospital Pekanbaru telah melayani BPJS. Kabar baiknya, Eka Hospital Cibubur, Bekasi, serta BSD juga akan bekerja sama dengan BPJS demi membawa layanan kesehatan kelas dunia untuk masyarakat Indonesia.
"Intinya, kita ingin menolong lebih banyak pasien," kata drg. Rina.
Memandang ke depan, drg. Rina mengatakan bahwa pada 2023 dan 2024, Eka Hospital akan membuka empat rumah sakit lagi. Pada 2023, Eka Hospital akan buka di Depok dan Deltamas; pada 2024, Eka Hospital juga mendirikan dua rumah sakitnya di M. T. Haryono dan Juanda.

Pada 2025, drg. Rina memaparkan bahwa Eka Hospital akan membuka expansion di BSD dan rumah sakit baru di PIK 2. Untuk BSD Expansion, akan dibuka dua tower baru, yaitu untuk pusat perawatan pasien kanker dan untuk ortopedi.
Dengan nama Eka Tjipta Widjaja Cancer Center, drg. Rina membeberkan bahwa Eka Hospital BSD Expansion akan bekerja sama dengan RS Kanker Dharmais. Akan membuka 400 bed di BSD Expansion, layanan perawatan kanker ini akan menerima BPJS.
“Kami ingin membuka akses seluas-luasnya untuk masyarakat agar mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan harga terjangkau,” tambah drg. Rina.
Sejalan dengan misi pemerintah Indonesia untuk merawat pasien dalam dan luar negeri, Eka Hospital diketahui telah mengantongi izin dari Kemenkes RI untuk mendirikan pusat kanker dengan proton center.
Pertama di Indonesia, Eka Hospital membuka pintu proton center tersebut bukan hanya untuk perawatan, tetapi juga untuk pembelajaran dan penelitian. Dokter gigi Rina memprakirakan bahwa akhir layanan proton center ini bisa digunakan pada 2024 atau awal 2025.
“Bukan soal prestise, tetapi agar pasien tidak ke luar negeri. Di Singapura sudah ada tiga, di Thailand ada satu, dan India ada dua. Indonesia dan Malaysia belum ada. Proton center ini bisa menjadi tempat belajar mahasiswa kedokteran agar para residen terpapar ilmunya,” kata drg. Rina.
5. Layanan ambulans yang tersentralisasi

Selain IGD, drg. Rina mengatakan bahwa ambulans juga menjadi perhatian Eka Hospital Group saat ini. Menurutnya, tidak jarang pasien mengeluhkan proses memesan ambulans yang memakan waktu cukup lama. Oleh karena itu, Eka Hospital menciptakan satu nomor yang tersentralisasi untuk memesan layanan ambulansnya.
Nomor yang akan digunakan adalah 1500-352 (sesuai dengan kode dialpad 352 yang berarti "EKA"). Saat ditelepon, perawat senior telah dipersiapkan dengan pertanyaan terstruktur untuk mengetahui kondisi pasien.
Begitu telepon ditutup, perawat tersebut menekan sirene sesuai dengan daerah Eka Hospital terdekat dengan pasien. Dokter gigi Rina menekankan bahwa call center ini akan memiliki wewenang untuk menunjuk ambulans mana yang berangkat.
Dalam waktu 3 menit setelah telepon berakhir, drg. Rina memastikan ambulans sudah akan berangkat. Agar tidak membuat pasien panik, ambulans tersebut akan menghubungi pasien atau keluarga pasien mengenai keberangkatannya.
“Pada 1 September [2022], kita akan luncurkan,” kata drg. Rina.