Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Fakta Toilet Umum, Sekotor Apa sih?

Bilik toilet umum.
ilustrasi toilet umum (vecteezy.com/roberto muratore)
Intinya sih...
  • Toilet umum bisa menjadi sumber penyakit karena berpotensi menjadi sarang mikroba, termasuk bakteri dari usus dan kulit, virus seperti norovirus dan rotavirus, serta telur parasit.
  • Dudukan toilet bukan bagian paling kotor di toilet umum, tetapi area lain seperti gagang pintu, keran wastafel, atau tombol penyiram toilet dapat memiliki jumlah kuman lebih banyak.
  • Kuman bisa menyebar melalui kontak kulit langsung serta percikan air toilet. Tips aman menggunakan toilet umum antara lain gunakan pelapis dudukan toilet, cuci tangan dengan sabun minimal 20 detik, hindari menggunakan pengering tangan elektronik.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kalau kamu memiliki kondisi kesehatan tertentu yang membuatmu harus sering atau cepat-cepat ke kamar mandi saat sedang tidak berada di rumah, kamu tentu akan langsung mencari toilet umum. Namun, kadang saat sudah menemukannya, kamu terpaksa harus menggunakan toilet umum yang kondisinya seperti kurang bersih atau kurang layak. Kamu pun ragu, apakah tetap menggunakannya atau lebih baik menahan diri dan mencari toilet umum lain yang lebih layak.

Sayangnya, bahkan ketika toilet umum tampak cukup bersih, banyak orang yang masih khawatir akan kebersihan toilet. Apakah toilet umum bisa menjadi sumber penyakit?

"Isi" toilet umum

Orang dewasa sehat rata-rata menghasilkan lebih dari satu liter urine dan sekitar 100 gram feses setiap hari. Di dalam feses maupun urine, ada berbagai bakteri dan virus yang secara alami ikut keluar dari tubuh. Nah, sebagian dari mikroorganisme ini pasti berakhir di dalam toilet setiap kali kamu menggunakannya.

Bagi sebagian orang, terutama yang sedang diare, jumlah kuman berbahaya yang dilepaskan bisa jauh lebih banyak. Inilah yang membuat toilet umum berpotensi menjadi sarang mikroba, tempat bercampurnya berbagai bakteri dan virus, apalagi jika digunakan banyak orang dan tidak dibersihkan sesering yang seharusnya.

Mikroba penghuni toilet umum

Banyak jenis mikroba yang bisa ditemukan di dudukan toilet maupun area sekitarnya. Di antaranya:

  • Bakteri dari usus seperti E. coli, Klebsiella, dan Enterococcus, juga virus seperti norovirus dan rotavirus. Mikroba ini bisa memicu gastroenteritis, yaitu peradangan pada saluran cerna yang ditandai dengan muntah dan diare berulang.
  • Bakteri dari kulit, misalnya Staphylococcus aureus. Bahkan, mungkin ada juga strain berbahaya seperti Staphylococcus aureus yang resistan/kebal terhadap banyak antibiotik, serta bakteri lain seperti Pseudomonas dan Acinetobacter yang bisa menimbulkan infeksi serius.
  • Telur parasit (cacing) yang terbawa bersama feses, serta organisme bersel satu seperti protozoa yang dapat memicu nyeri perut.

Selain itu, ada juga biofilm, yaitu lapisan tipis berisi campuran kuman yang menempel di bawah pinggiran kloset atau di permukaan toilet. Biofilm ini sulit dibersihkan dan bisa menjadi rumah nyaman bagi mikroba.

Apakah dudukan toilet bagian yang paling kotor?

Seseorang membuka dudukan toilet sebelum menggunakannya.
ilustrasi dudukan toilet (vecteezy.com/Rattanakun thongbun)

Banyak orang mengira dudukan toilet adalah bagian yang paling kotor di toilet umum. Ternyata, tidak. Studi terbaru menunjukkan bahwa dudukan toilet umum sering kali justru memiliki jumlah kuman lebih sedikit dibanding area lain di kamar mandi, seperti gagang pintu, keran wastafel, atau tombol penyiram toilet. Alasannya, benda-benda itu sering disentuh, bahkan oleh tangan yang belum dicuci.

Toilet umum di lokasi ramai bisa digunakan ratusan hingga ribuan kali setiap minggu. Beberapa memang dibersihkan secara rutin, tetapi ada juga yang hanya dibersihkan sekali sehari, atau bahkan lebih jarang, seperti toilet di taman kota atau halte bus. Tak heran jika kuman cepat menumpuk. Tanda-tanda toilet jarang dibersihkan biasanya mudah dikenali, seperti bau pesing, lantainya kotor, atau noda yang tampak jelas di permukaan.

Namun, masalah terbesar bukan sekadar duduk di toilet, melainkan apa yang terjadi setelah tombol flush ditekan. Jika kamu flush tanpa menutup kloset, muncul fenomena yang disebut toilet plume, yaitu percikan berisi bakteri dan virus yang dapat melayang hingga 2 meter ke udara. Partikel ini bisa menempel di permukaan sekitarnya, tak terkecuali tangan, pakaian, bahkan wajah kamu.

Hal lain yang sering luput adalah pengering tangan elektrik. Jika kamu tidak mencuci tangan dengan benar lalu mengeringkannya, alat ini justru bisa membantu menyebarkan kuman ke seluruh ruangan. Udara yang ditiupkan bisa membawa mikroba ke tubuh kamu, orang lain, maupun permukaan kamar mandi.

Cara kuman menyebar di toilet umum

Ada banyak cara kuman bisa berpindah dari toilet umum ke tubuh kamu.

Kontak kulit langsung misalnya, terjadi saat kamu duduk di dudukan toilet yang kotor atau menyentuh gagang pintu dan tombol flush. Kulit sehat sebenarnya merupakan pelindung alami, tetapi jika ada luka atau lecet, kuman akan lebih mudah masuk.

Selain itu, kebiasaan seperti menyentuh wajah sebelum mencuci tangan juga berisiko. Apabila tangan yang terkontaminasi menyentuh mata, mulut, atau makanan, kuman bisa langsung masuk ke dalam tubuh.

Ada juga risiko dari udara. Di dalam toilet umum yang kecil dan ramai, kamu bisa menghirup partikel halus dari toilet plume atau semburan pengering tangan. Partikel ini membawa kuman. Bahkan, percikan air toilet pun bisa menjadi sumber penularan, karena kuman dapat bertahan di dalam air meski sudah beberapa kali disiram.

Tips aman menggunakan toilet umum

Meski toilet umum sering menjadi sumber kecemasan soal kebersihan dan penularan penyakit, tetapi ada beberapa langkah mudah yang bisa kamu lakukan untuk melindungi diri.

Pertama, gunakan pelapis dudukan toilet. Jika tidak ada, letakkan tisu toilet sebagai pengganti sebelum duduk. Untuk toilet yang memiliki penutup, bersihkan permukaannya dengan tisu alkohol bila memungkinkan, lalu tutup sebelum menyiram agar percikan toilet plume tidak menyebar terlalu jauh, walaupun cara ini belum sepenuhnya bisa mencegah penyebaran.

Setelah selesai, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir minimal 20 detik. Kalau tidak ada sabun, pakai hand sanitizer atau tisu antibakteri untuk membersihkan tangan. Jadi, pastikan kamu selalu membawa salah satu atau keduanya di tas. Sebisa mungkin hindari penggunaan hand dryer karena bisa menyebarkan kuman ke udara. Pilih tisu kertas untuk mengeringkan tangan.

Terakhir dan tak kalah penting, bersihkan HP kamu secara rutin dan biasakan tidak menggunakannya di toilet. HP kamu sangat mungkin menjadi sarana kuman berpindah karena sering kamu bawa ke mana pun, termasuk ke kamar mandi.

Bagi orang tua, selalu lap area ganti popok bayi sebelum dan sesudah digunakan, serta cuci tangan dengan baik setelahnya.

Bagi kebanyakan orang sehat, duduk di toilet umum sebenarnya risikonya rendah. Jika ingin lebih tenang, kamu bisa mengelap dudukan toilet dengan tisu alkohol atau gunakan penutup dudukan.

Sebagian besar infeksi bukan berasal dari kursi toilet, melainkan dari tangan kotor, gagang pintu, cipratan saat flush, atau HP yang dibawa ke kamar mandi.

Alih-alih khawatir soal duduk di toilet umum, lebih baik fokus pada kebersihan, seperti cuci tangan dengan benar, gunakan kertas alih-laih pengering elektronik untuk mengeringkan tangan, bersihkan dudukan bila perlu, dan sering-sering membersihkan HP.

Referensi

Cunrui Huang, Wenjun Ma, and Susan Stack, “The Hygienic Efficacy of Different Hand-Drying Methods: A Review of the Evidence,” Mayo Clinic Proceedings 87, no. 8 (May 31, 2012): 791–98, https://doi.org/10.1016/j.mayocp.2012.02.019.

"The Truth About Public Toilets, According to Science." Science Alert. Diakses September 2025.

Charles P. Gerba et al., “Bacterial Contamination of Public and Household Restrooms, and Implications for the Potential Risk of Norovirus Transmission,” Hygiene 5, no. 3 (July 2, 2025): 27, https://doi.org/10.3390/hygiene5030027.

Javad Nematian et al., “A Survey of Public Restrooms Microbial Contamination in Tehran City, Capital of Iran, During 2019,” Journal of Family Medicine and Primary Care 9, no. 6 (January 1, 2020): 3131, https://doi.org/10.4103/jfmpc.jfmpc_300_20.

Hossein Akhondi, Jennifer Goldin, and Kari A. Simonsen, “Bacterial Diarrhea,” StatPearls - NCBI Bookshelf, January 21, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551643/.

C. Rose et al., “The Characterization of Feces and Urine: A Review of the Literature to Inform Advanced Treatment Technology,” Critical Reviews in Environmental Science and Technology 45, no. 17 (February 25, 2015): 1827–79, https://doi.org/10.1080/10643389.2014.1000761.

David L Johnson et al., “Persistence of Bowl Water Contamination During Sequential Flushes of Contaminated Toilets,” October 1, 2017, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5890808/.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

3 Kelebihan Bedah Robotik Ginekologi, Solusi Baru Kesehatan Perempuan

28 Sep 2025, 19:19 WIBHealth