Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Fakta Rabies alias Penyakit Anjing Gila, Belum Ada Obatnya

Seorang laki-laki membawa anjingnya untuk mendapatkan vaksinasi rabies.
ilustrasi pemberian vaksin rabies ke hewan (IDN Times/Rohmah Mustaurida)
Intinya sih...
  • Rabies disebabkan oleh virus rabies yang menyebar melalui air liur hewan terinfeksi, termasuk kelelawar, anjing, dan hewan liar lainnya.
  • Gejala rabies mungkin mirip flu pada awalnya, tetapi kemudian berkembang menjadi disfungsi serebral, kecemasan, halusinasi, dan insomnia.
  • Tidak ada pengobatan untuk rabies setelah gejala muncul. Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi hewan peliharaan secara rutin dan tindakan pencegahan setelah digigit hewan penular rabies.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Rabies tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat serius di lebih dari 150 negara dan wilayah, terutama di kawasan Asia dan Afrika. Penyakit ini disebabkan oleh virus, bersifat zoonosis (menular dari hewan ke manusia), dan termasuk dalam kategori penyakit tropis terabaikan.

Setiap tahun, rabies merenggut puluhan ribu nyawa, dengan sekitar 40 persen korbannya adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun.

Hampir 99 persen kasus rabies pada manusia ditularkan melalui gigitan atau cakaran anjing. Padahal, penularan ini sebenarnya dapat dicegah melalui vaksinasi anjing secara rutin dan edukasi pencegahan gigitan.

Namun, begitu virus rabies mencapai sistem saraf pusat dan gejala klinis mulai muncul, penyakit ini selalu berakibat fatal, dengan tingkat kematian 100 persen.

Di Indonesia, dari 38 provinsi, 26 provinsi teridentifikasi sebagai daerah endemis rabies.

Data terbaru menunjukkan 185.359 kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR) dan 122 kematian akibat rabies pada manusia dilaporkan pada tahun 2024. Hingga 7 Maret 2025, terdapat 13.453 kasus GHPR dan 25 kematian, menurut Kementerian Kesehatan RI.

Untuk mewaspadai penyakit ini, ketahui apa itu rabies, gejala dan penyebabnya, komplikasi yang bisa terjadi, hingga penanganannya.

Penyebab dan faktor risiko

Rabies disebabkan oleh virus rabies. Virus rabies termasuk dalam ordo Mononegavirales, virus dengan genom RNA beruntai negatif yang tidak tersegmentasi. Dalam kelompok ini, virus berbentuk "peluru" yang berbeda diklasifikasikan dalam keluarga Rhabdoviridae, yang mencakup setidaknya tiga genera virus hewan, Lyssavirus, Ephemerovirus, dan Vesiculovirus. Genus Lyssavirus termasuk virus rabies, kelelawar Lagos, virus Mokola, virus Duvenhage, virus kelelawar Eropa 1 dan 2, dan virus kelelawar Australia.

Virus menyebar melalui air liur hewan yang terinfeksi. Kemudian, hewan yang terinfeksi bisa menyebarkan virus dengan menggigit hewan lain atau menusia.

Dalam kasus yang jarang, rabies dapat menyebar ketika air liur yang terinfeksi masuk ke luka terbuka atau selaput lendir, seperti mulut atau mata. Ini bisa terjadi jika hewan yang terinfeksi menjilat luka terbuka di kulit.

Setiap mamalia dapat menyebarkan virus rabies. Hewan yang paling mungkin menyebarkan virus rabies ke manusia antara lain:

Hewan peliharaan dan hewan ternak:

  • Kucing
  • Sapi
  • Anjing
  • Musang
  • Kambing
  • Kuda

Hewan liar:

  • Kelelawar
  • Berang-berang
  • Anjing hutan (coyote)
  • Rubah
  • Monyet
  • Rakun
  • Sigung
  • Marmot tanah (woodchuk atau groundhog

Dalam kasus yang sangat jarang, virus telah menyebar ke jaringan dan penerima transplantasi organ dari organ yang terinfeksi.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena rabies antara lain:

  • Melakukan perjalanan atau hidup di negara berkembang di mana rabies umum terjadi.
  • Melakukan aktivitas yang meningkatkan kemungkinan kamu bersentuhan dengan hewan liar yang mungkin mengidap rabies, seperti menjelajahi gua tempat kelelawar tinggal atau berkemah tanpa melakukan tindakan pencegahan untuk menjauhkan hewan liar.
  • Bekerja sebagai dokter hewan.
  • Bekerja di laboratorium dengan virus rabies.
  • Luka di kepala atau leher, yang dapat membantu virus rabies menyebar ke otak lebih cepat.

Gejala

Setelah terpapar rabies, virus rabies harus melakukan perjalanan ke otak sebelum bisa menimbulkan gejala. Waktu antara paparan dan kemunculan gejala adalah masa inkubasi. Ini bisa berlangsung selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.

Masa inkubasi dapat bervariasi berdasarkan:

  • Lokasi tempat paparan atau gigitan (seberapa jauh dari otak).
  • Jenis virus rabies.
  • Imunitas yang dimiliki.

Gejala pertama rabies mungkin mirip flu, termasuk kelemahan atau rasa tidak nyaman, demam, atau sakit kepala. Mungkin juga ada rasa tidak nyaman, tusukan, atau sensasi gatal di tempat gigitan. Gejala ini dapat berlangsung selama berhari-hari.

Gejala kemudian berkembang menjadi disfungsi serebral, kecemasan, kebingungan, dan agitasi. Seiring perkembangan penyakit, seseorang mungkin mengalami delirium, perilaku abnormal, halusinasi, hidrofobia (takut air), dan insomnia.

Periode akut penyakit biasanya berakhir setelah 2–10 hari. Begitu tanda-tanda klinis rabies muncul, penyakit ini hampir selalu berakibat fatal, dan pengobatan biasanya bersifat suportif. Kurang dari 20 kasus kelangsungan hidup manusia dari rabies klinis telah didokumentasikan. Hanya sedikit yang selamat yang tidak memiliki riwayat profilaksis sebelum atau sesudah pajanan.

Tanda, gejala, dan dampak rabies pada hewan dapat bervariasi. Gejala pada hewan sering kali mirip dengan yang terjadi pada manusia. Ini termasuk gejala non spesifik awal, gejala neurologis akut, dan akhirnya kematian.

Diagnosis

Seorang pasien rabies terbaring di rumah sakit.
ilustrasi pasien rabies (phil.cdc.gov)

Tidak seperti kebanyakan penyakit, kamu tidak boleh menunggu gejala untuk mendiagnosis rabies. Kalau kamu baru digigit atau dicakar oleh hewan liar atau hewan peliharaan yang mungkin memiliki rabies, segera cari bantuan medis. Tenaga kesehatan akan memeriksa luka dan mengajukan pertanyaan untuk menentukan apakah kamu perlu dirawat karena rabies.

Pengujian tanda-tanda rabies juga bisa dilakukan. Dokter mungkin menanyakan ini:

  • Bagaimana kamu bisa terluka atau tergigit.
  • Hewan apa yang mencakar atau menggigit.
  • Apakah mereka bisa menguji atau memeriksa hewan tersebut.

Jika hewan tersebut terkena rabies, tanda-tandanya akan diawasi atau diuji, jika memungkinkan. Biasanya hewan akan "ditidurkan" (dibunuh secara manusiawi) untuk mengujinya.

Tes yang akan dilakukan untuk mendiagnosis kondisi ini antara lain:

  • Tes air liur: Kamu akan meludah ke dalam tabung. Sampelnya akan dikirim ke laboratorium untuk mencari tanda-tanda rabies.
  • Biopsi kulit: Dokter akan mengambil sampel kecil kulit dari bagian belakang leher. Sampel kulit akan dikirim ke laboratorium untuk mencari tanda-tanda rabies.
  • Tes cairan serebrospinal (pungsi lumbal): Dokter akan menggunakan jarum untuk mengambil cairan serebrospinal dari punggung bawah. Sampel ini akan dikirim ke laboratorium untuk mencari tanda-tanda rabies.
  • Tes darah: Dokter akan menggunakan jarum untuk mengambil darah dari lengan. Darah akan dikirim ke laboratorium untuk mencari tanda-tanda rabies.
  • MRI: Kamu akan berbaring di mesin yang memotret otak. Dokter akan menggunakan gambar untuk membantu menentukan apa yang menyebabkan gejala.

Komplikasi yang bisa terjadi

Berikut ini berbagai komplikasi rabies yang bisa terjadi pada manusia:

  • Kejang.
  • Fasikulasi (adalah kedutan otot individu yang terlihat dan tidak disengaja).
  • Psikosis (gangguan mental yang menyebabkan seseorang memandang atau menginterpretasikan sesuatu secara berbeda dari orang-orang di sekitarnya).
  • Afasia (kehilangan sebagian atau seluruh kemampuan bicara karena penyakit, cacat, atau cedera pada otak).
  • Ketidakstabilan otonom (terjadi ketika sistem saraf otonom, yang mengontrol fungsi yang bertanggung jawab untuk kesejahteraan dan menjaga keseimbangan, tidak diatur dengan benar).
  • Paralisis (kelumpuhan).
  • Koma.
  • Kematian.

Pertolongan pertama

Berikut ini langkah-langkah pertolongan pertama untuk mencegah rabies yang harus dilakukan setelah kamu digigit atau dicakar hewan yang dicurigai terjangkit rabies.

  1. Mencuci bekas luka gigitan atau cakaran sampai bersih menggunakan air hangat dan sabun, serta tekan area bekas luka untuk membantu membersihkan kuman.

  2. Setelah dilakukan pencucian luka sebaiknya diberikan antiseptik untuk membunuh virus rabies yang masih tersisa di sekitar luka gigitan. Antiseptik yang dapat diberikan di antaranya povidone iodine, alkohol 70%, dan zat antiseptik lainnya.

  3. Jika luka terasa sangat nyeri, minum obat pereda nyeri seperti parasetamol.

  4. Segera periksakan ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan. Nantinya tenaga kesehatan dapat memberikan vaksin antirabies (VAR) atau serum antirabies (SAR).

VAR dan SAR bisa didapat di rumah sakit. Tujun pemberian VAR dan SAR adalah untuk membangkitkan sistem imunitas dalam tubuh terhadap virus rabies dan diharapkan antibodi yang terbentuk akan menetralkan virus rabies.

VAR diberikan pada hari ke-0 sebanyak dua dosis (di lengan kanan dan kiri), hari ke-7 sebanyak satu dosis (di lengan kanan dan kiri) dan hari ke-21 sebanyak satu dosis (di lengan kanan dan kiri). Sementara itu, SAR diberikan bersamaan dengan pemberian VAR pada hari ke-0 secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin, lalu sisanya disuntikkan.

Namun, jika virus rabies telah mencapai susunan saraf pusat, pemberian VAR tidak akan memberikan manfaat.

Pemberian VAR dan SAR perlu mempertimbangkan kondisi hewan saat paparan terjadi, hasil observasi hewan, hasil pemeriksaan laboratorium spesimen otak hewan, serta kondisi luka yang ditimbulkan.

Ada dua kondisi luka akibat rabies:

  • Luka risiko tinggi, yaitu jilatan atau luka pada mukosa, luka di atas area bahu (leher, muka dan kepala), luka pada jari tangan dan jari kaki, luka di area genitalia, luka yang lebar atau dalam, atau luka lebih dari satu (multiple wound). Untuk kategori ini perlu diberikan VAR dan SAR.

  • Luka risiko rendah, seperti jilatan pada kulit terbuka atau cakaran atau gigitan kecil yang menimbulkan luka lecet di area badan, tangan, dan kaki yang tidak banyak persyaratan. Untuk kategori ini hanya diberikan VAR.

Setelah mengetahui beberapa pertolongan pertama untuk mencegah rabies di atas, diharapkan kamu akan tahu apa yang harus dilakukan saat digigit hewan penular rabies, sehingga jumlah korban akibat rabies dapat diminimalkan.

Rabies memang mematikan, tetapi bisa dicegah. Bagi pemilik, pastikan hewan peliharaan kamu sehat dan divaksinasi secara rutin.

Bagaimana dengan hewan penular rabies yang menggigit manusia?

Jika terjadi kasus gigitan hewan penular rabies, sebisa mungkin hewan tersebut ditangkap dan diserahkan atau dilaporkan kepada petugas kesehatan hewan di dinas yang membidangi kesehatan hewan setempat, untuk diobservasi selama 14 hari.

Pengobatan

Dokter dan paramedis membawa pasien dalam kondisi gawat darurat melewati lorong rumah sakit.
ilustrasi kondisi gawat darurat (freepik.com/wavebreakmedia_micro)

Setelah terjadi gejala rabies, tidak ada pengobatan yang dapat membantu. Pada titik ini, infeksi hampir selalu fatal.

Pengobatan dilakukan untuk meredakan gejala dan membuat pasien merasa senyaman mungkin. Jarang, pasien rabies yang diberi pertolongan di unit perawatan intensif untuk waktu yang lama dapat bertahan hidup.

Pencegahan

Cara mencegah rabies adalah dengan:

  • Mengikat atau mengandangkan hewan penular rabies.
  • Jika hewan penular rabies dibawa ke luar rumah maka perlu dilengkapi pengaman mulut.
  • Vaksinasi hewan penular rabies secara berkala
  • Jika manusia terlanjur tergigit, lakukan cuci luka dengan sabun atau detergen menggunakan air mengalir selama 15 menit sesegera mungkin, lalu segera ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapat tatalaksana penanganan kasus gigitan hewan penular rabies sesuai prosedur.
  • Untuk kelompok risiko tinggi tertular rabies, seperti petugas laboratorium berhubungan dengan virus rabies, vaksinator, dokter/perawat yang merawat pasien rabies, dokter hewan dan setiap orang yang mempunyai potensi kontak langsung dengan hewan penular rabies, maka dapat diberikan imunisasi/kekebalan terhadap virus rabies (pre-exposure immunization).

Tips waspada rabies:

  • Ikat dan berikan kalung tanda kepemilikan untuk hewan peliharaan.
  • Kandangkan anjing atau kucing peliharaan, jangan dibiarkan berkeliaran.
  • Vaksinasi anjing atau kucing peliharaan secara teratur ke dokter hewan.
  • Hindari atau jangan terlalu dekat dengan anjing, kucing, atau kera jika kamu berada di wilayah endemik rabies.

Rabies adalah penyakit serius yang hampir selalu berakibat fatal. Untungnya, penyakit ini sepenuhnya dapat dicegah jika individu yang terpapar virus rabies segera mendapat perawatan. Kalau kamu pernah digigit atau dicakar hewan penular rabies atau khawatir kamu terpapar rabies, segera cari perhatian medis ke rumah sakit terdekat.

Referensi

"Surat Edaran Kewasadaan terhadap Kasus Rabies di Indonesia - 19 Maret 2025." Kementerian Kesehatan RI. Diakses September 2025.

"Rabies." World Health Organization. Diakses September 2025.

"Rabies." Mayo Clinic. Diakses September 2025.

"About Rabies." Centers for Disease Control and Prevention. Diakses September 2025.

"Rabies." Cleveland Clinic. Diakses September 2025.

Helena M. Swinkels, Ron Koury, and Steven J. Warrington, “Rabies,” StatPearls - NCBI Bookshelf, March 28, 2025, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448076/.

"Bahaya Penyakit Rabies." Kementerian Kesehatan RI. Diakses September 2025.

"Buku Saku Rabies Petunjuk Teknis Penatalaksaan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies di Indonesia (2018)." Kementerian Kesehatan RI. Diakses September 2025.

"Pertolongan Pertama untuk Mencegah Infeksi Rabies." Kementerian Kesehatan RI. Diakses September 2025.

"Ini yang Harus Dilakukan jika Digigit Hewan Penular Rabies." Kementerian Kesehatan RI. Diakses September 2025.

"Rabies." Manual MSD Versi Konsumen. Diakses September 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bayu D. Wicaksono
Nuruliar F
3+
Bayu D. Wicaksono
EditorBayu D. Wicaksono
Follow Us

Latest in Health

See More

Ciri-ciri Seseorang Menjadi Korban Bullying, Sering Tidak Disadari

08 Nov 2025, 16:27 WIBHealth