Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Hal tentang Gangguan Kepribadian Paranoid yang Perlu Kamu Tahu

pexels.com/Jeswin Thomas

Manusia pasti pernah memiliki ketakutan maupun rasa curiga terhadap orang lain. Namun, rasa curiga atau takut yang berlebihan dapat memengaruhi kepribadian seseorang. Kondisi ini disebut sebagai gangguan kepribadian paranoid.

Gangguan kepribadian tersebut adalah kondisi psikologis yang menyebabkan seseorang memiliki kecurigaan atau takut berlebihan terhadap orang lain tanpa alasan yang jelas.

Menjadi orang yang sensitif, penuh kecurigaan, dan tidak percaya siapa pun bisa memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Tak heran orang-orang yang memiliki gangguan kepribadian paranoid sulit berinteraksi atau dekat dengan orang lain.

Seperti apa kondisi gangguan kepribadian paranoid, apa saja gejalanya, bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan penderitanya, serta apakah bisa disembuhkan? Simak ulasannya berikut ini, ya!

1. Kecurigaan yang berlebihan

unsplash.com/Natasha Brazil

Melansir Healthline, gangguan kepribadian paranoid atau paranoid personality disorder (PPD) adalah salah satu tipe gangguan kepribadian eksentrik. Artinya, perilaku penderitanya terlihat aneh, mencolok, atau tak biasa bagi orang lain di sekitarnya.

Orang-orang dengan PPD memiliki rasa curiga yang berlebihan terhadap orang lain, bahkan ketika tidak ada alasan untuk mencurigainya sekalipun. Mereka tidak memercayai siapa pun dan meyakini bahwa orang lain ingin menyakiti mereka.

2. Tidak percaya orang lain

unsplash.com/Artur Rutkowski

Orang-orang dengan PPD sangat sulit untuk percaya terhadap orang lain. Melansir Healthline dan Cleveland Clinic, mereka akan selalu waspada dan yakin bahwa orang lain akan terus mencoba untuk merendahkan, menyakiti, atau mengancam mereka. Mereka dengan PPD akan bersikap keras kepala.

Kondisi medis lain yang mungkin dialami penderita juga bisa memengaruhi PPD. Misalnya, depresi dan kecemasan dapat mengubah suasana hati atau mood. Perubahan mood tersebut akan membuat penderita merasa terisolasi dan takut terhadap sekelilingnya.

Beberapa ciri atau gejala lainnya pada gangguan kepribadian paranoid meliputi:

  • Percaya bahwa orang lain memiliki motif tersembunyi dan ingin menyakiti mereka.
  • Meragukan loyalitas orang lain.
  • Menjadi terlalu sensitif terhadap kritikan.
  • Memiliki masalah dalam bekerja dengan orang lain.
  • Cepat marah, bermusuhan, dan argumentatif.
  • Merasa terisolasi dari lingkungan sosial.
  • Sulit memaafkan dan cenderung menyimpan dendam.
  • Memiliki rasa curiga terus-menerus, tanpa alasan, bahkan merasa pasangan mereka tidak setia.
  • Umumnya sering bersikap dingin dan menjauh dari hubungan dengan orang lain, mungkin menjadi pengatur atau pencemburu.
  • Kesulitan memahami masalah sendiri.
  • Kesulitan untuk bersantai.

Beberapa gejala dari PPD bisa terlihat mirip dengan gejala gangguan lainnya seperti skizofrenia dan gangguan kepribadian ambang (borderline personality disorder). Oleh sebab itu, diperlukan pemeriksaan oleh ahli untuk diagnosis gangguan ini secara tepat.

3. Sulit bersosialisasi dengan lingkungan sekitar

pexels.com/Andrew Neel

Melansir Verywell Mind, berbagai gejala yang dialami para pasien PPD tentu saja dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari, terutama dalam beradaptasi dan bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya. Mereka bisa cepat marah dan bermusuhan dengan orang lain.

Perilaku curiga dan takut berlebihan membuat penderitanya sulit menjalin hubungan yang baik dan juga bisa mengganggu berbagai aspek dalam hidup, termasuk di rumah, sekolah, dan tempat kerja.

4. Apa penyebab seseorang mengalami gangguan kepribadian paranoid?

pexels.com/Pixabay

Melansir Cleveland Clinic, PPD sering kali dimulai sejak masa kanak-kanak atau awal remaja. Gangguan ini lebih sering ditemukan pada kaum laki-laki ketimbang perempuan.

Penyebab PPD belum diketahui secara pasti. Namun, para ahli meyakini bahwa kombinasi antara faktor biologis dan psikologis bisa memicunya. Gangguan kepribadian ini lebih sering terjadi pada orang yang memiliki keluarga atau kerabat dekat dengan skizofrenia. Selain itu, masa kecil yang suram, seperti pernah mengalami trauma fisik dan emosional juga bisa berperan dalam perkembangan PPD.

Berdasarkan sebuah laporan dalam The American Journal of Psychiatry Residents' Journal tahun 2016, prevalensi PPD bervariasi antara 2,4 hingga 4,41 persen.

Biasanya, mereka tidak merasa memiliki masalah. Penderita PPD juga jarang mencari pengobatan atas kemauannya sendiri, tetapi mereka mungkin akan melakukannya atas permintaan dari keluarga atau orang-orang terdekatnya. Sifat kecurigaan terhadap orang lain, termasuk dokter, dapat memengaruhi pengobatan mereka.

5. Psikoterapi dan obat-obatan membantu mengobati gangguan kepribadian paranoid

pexels.com/Cottonbro

Ketidakpercayaan penderita kepada orang lain menjadi tantangan tersendiri bagi dokter atau terapis dalam melakukan perawatan. Pengobatan untuk penderita gangguan kepribadian paranoid terdiri dari:

  • Psikoterapi: metode ini membantu penderita untuk belajar mengatasi kondisinya, bersosialisasi dengan orang lain dalam situasi sosial, dan mengurangi perasaan paranoid. Terapi ini akan fokus dalam membangun rasa empati dan kepercayaan serta meningkatkan interaksi sosial.
  • Obat-obatan: dokter mungkin akan diresepkan jika gejala PPS cukup parah atau mengalami depresi dan gangguan kecemasan. Obat-obatan yang diberikan seperti antidepresan, anticemas, dan antipsikotik.

Itulah hal-hal seputar gangguan kepribadian paranoid. Kenalilah gejalanya sedini mungkin. Bila kamu mengalami gejala-gejala di atas, sebaiknya periksakan sebelum kondisinya memburuk, apalagi bila ada riwayat PPD atau kondisi mental lainnya di keluarga. Bila ada kenalanmu yang menunjukkan gejala gangguan kepribadian ini, jangan dijauhi, ya. Kamu bisa mencoba membujuk mereka agar mau mendapatkan perawatan medis yang tepat dari dokter.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us