Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kehamilan Tingkatkan Risiko Vaginosis Bakterialis, Kenapa?

ilustrasi ibu hamil (freepik.com/yanalya)
Intinya sih...
  • Vaginosis bakterialis adalah infeksi akibat ketidakseimbangan pada mikroorganisme vagina.
  • Gejala vaginosis bakterialis meliputi bau yang kuat, perubahan pada keputihan, serta rasa terbakar atau gatal di vagina.
  • Vaginosis bakterialis bisa dialami siapa pun, tetapi perempuan hamil memiliki risiko lebih tinggi mengalami kondisi ini karena beberapa alasan, seperti perubahan pada hormon dan sistem kekebalan tubuh.

Vaginosis bakterialis adalah infeksi vagina yang terjadi akibat ketidakseimbangan pada mikroorganisme vagina. Pada vaginosis bakterialis, jumlah bakteri "jahat" lebih banyak daripada bakteri "baik" yang biasanya hidup di vagina. Vaginosis bakterialis dapat dialami semua perempuan, tetapi perempuan hamil lebih berisiko mengalami hal ini.

Gejala vaginosis bakterialis yang paling mencolok adalah keluarnya cairan berbau amis yang kuat dan peningkatan jumlah cairan vagina. Vaginosis bakterialis sebenarnya mudah diobati dengan antibiotik, tetapi jika tidak diobati selama kehamilan, ini dapat meningkatkan risiko berbagai komplikasi kehamilan. Di bawah ini dijelaskan kenapa kehamilan meningkatkan risiko vaginosis bakterialis.

1. Gejala

Terkadang vaginosis bakterialis tidak menimbulkan gejala apa pun. Bagi sebagian perempuan, gejalanya datang dan pergi. Namun, bila ada gejala, yang paling umum meliputi:

  • Bau yang kuat: Vaginosis bakterialis sering kali disertai dengan keputihan yang berbau menyengat. Bau ini mungkin lebih kuat setelah berhubungan seksual atau menstruasi.
  • Perubahan pada keputihan: Vaginosis bakterialis juga dapat menyebabkan perubahan pada keputihan. Keputihan jadi lebih banyak dan biasanya berwarna abu-abu, kehijauan, kuning, atau putih encer, dan terkadang berbusa.

Gejala vaginosis bakterialis yang kurang umum meliputi:

  • Rasa terbakar atau gatal di vagina.
  • Rasa terbakar saat buang air kecil.
  • Gatal di sekitar bagian luar vagina.
  • Pendarahan setelah hubungan seksual.

2. Mengapa risiko vaginosis bakterialis meningkat pada ibu hamil

ilustrasi perempuan hamil (pexels.com/Leah Newhouse)

Vaginosis bakterialis bisa dialami siapa pun, tetapi perempuan hamil memiliki risiko lebih tinggi mengalami kondisi ini. Berikut alasannya:

  • Perubahan hormon: Alasan utama kehamilan meningkatkan risiko vaginosis bakterialis adalah perubahan dramatis kadar hormon, khususnya estrogen. Estrogen memainkan peran penting dalam menjaga lingkungan vagina yang sehat. 
  • Perubahan sistem kekebalan tubuh: Kehamilan secara alami menyebabkan penekanan aspek-aspek tertentu dari sistem kekebalan tubuh untuk mencegah tubuh ibu menolak janin. Respons kekebalan tubuh yang berubah ini dapat membuat perempuan hamil lebih rentan terhadap infeksi.
  • Perubahan mikrobioma vagina: Kehamilan dapat menyebabkan perubahan jenis dan jumlah bakteri yang ada di vagina. Perubahan ini dapat mengganggu keseimbangan yang rapuh dan meningkatkan kemungkinan berkembangnya vaginosis bakterialis.
  • Perubahan aktivitas seksual: Perubahan aktivitas seksual atau bergonta-ganti pasangan dapat membawa bakteri baru ke dalam lingkungan vagina.
  • Penggunaan antibiotik: Antibiotik dapat membunuh bakteri baik dan jahat, yang berpotensi mengganggu keseimbangan vagina.
  • Vaginosis bakterialis yang sudah ada sebelumnya: Perempuan dengan riwayat vaginosis bakterialis lebih mungkin mengalaminya lagi selama kehamilan.

3. Pengaruh vaginosis bakterialis terhadap kehamilan

Kabar baiknya, kebanyakan perempuan dengan vaginosis bakterialis memiliki kehamilan yang normal. Bahkan, sekitar setengah dari kasus vaginosis bakterialis pada perempuan hamil sembuh dengan sendirinya. Namun, penelitian menunjukkan bahwa mengalami vaginosis bakterialis saat hamil meningkatkan risiko ini:

  • Kelahiran prematur.
  • Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah.
  • Ketuban pecah dini.
  • Infeksi rahim setelah melahirkan.
  • Keguguran pada trimester kedua.
  • Endometriosis pascapersalinan.

4. Bagaimana vaginosis bakterialis diobati selama kehamilan

ilustrasi obat (pexels.com/Pixabay)

Kendati gejala vaginosis bakterialis umumnya ringan dan mungkin dapat sembuh dengan sendirinya, tetapi penting untuk mencari pengobatan untuk mencegah komplikasi. Selama kehamilan, vaginosis bakterialis biasanya diobati dengan salah satu antibiotik berikut:

  • Metronidazole.
  • Clindamycin.

Dokter mungkin meresepkan pil untuk diminum atau dimasukkan ke dalam vagina. Pengobatan antibiotik untuk vaginosis bakterialis biasanya diresepkan selama lima hingga tujuh hari. Sebaiknya hindari hubungan seksual hingga akhir pengobatan dan gejala telah mereda.

5. Cara mencegah vaginosis bakterialis

Vaginosis bakterialis sebenarnya bukan infeksi menular seksual (IMS), tetapi penyakit ini dapat ditularkan selama aktivitas seksual. Berikut ini tips untuk mengurangi risiko terkena vaginosis bakterialis yang terkait dengan aktivitas seksual:

  • Gunakan alat penghalang seperti kondom dan dental dam.
  • Tidak bergonta-ganti pasangan seksual.
  • Hindari kontak vagina dengan apa pun yang telah menyentuh anus.
  • Bersihkan mainan seks setelah setiap penggunaan.

Tips ini juga dapat mengurangi risiko terkena vaginosis bakterialis:

  • Hindari sabun, semprotan, atau produk kebersihan kewanitaan yang beraroma.
  • Hindari vaginal douching.
  • Kenakan pakaian dalam yang menyerap keringat yang terbuat dari kain seperti katun.
  • Setelah buang air, bersihkan dari depan ke belakang.
  • Tidak merokok.

Meskipun vaginosis bakterialis umum terjadi, tetapi mengalaminya selama kehamilan bisa jadi menakutkan. Untungnya, kondisi ini mudah diobati dengan antibiotik yang aman selama kehamilan dan saat menyusui. Jika kamu mengalami gejala apa pun, segera hubungi dokter karena diagnosis dan pengobatan dini akan mengurangi risiko infeksi.

Referensi 

"Bacterial Vaginosis During Pregnancy." American Pregnancy Association. Diakses Februari 2025. 
"Bacterial Vaginosis (BV) during Pregnancy." Baby Center. Diakses Februari 2025. 
Jin, J. (2020). "Screening for bacterial vaginosis during pregnancy." JAMA, 323(13), 1324. https://doi.org/10.1001/jama.2020.3690
Trabert, B., & Misra, D. P. (2007). "Risk factors for bacterial vaginosis during pregnancy among African American women." American Journal of Obstetrics and Gynecology, 197(5), 477.e1-477.e8. https://doi.org/10.1016/j.ajog.2007.03.085
"Bacterial Vaginosis and Pregnancy." Verywell Health. Diakses Februari 2025. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
Eka Amira Yasien
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us