Kenali Risiko Stroke Berdasarkan Usia, Siapa yang Rentan?

Artikel ini telah ditinjau secara medis oleh dr. Hadi Widjaja, MBiomed, SpN
Banyak orang mengira stroke hanya terjadi pada kelompok lansia, sehingga kelompok usia muda sering terlena dan memiliki gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, alkoholisme, kurang olahraga, dan bahkan kegemukan. Padahal, stroke bisa terjadi pada siapa saja tanpa memandang usia.
Dewasa ini, terjadi pergeseran epidemiologi stroke ke arah usia yang lebih muda dan bahkan usia produktif. Stroke saat usia muda akan memiliki dampak yang luas baik secara ekonomi, karena membuat seseorang kehilangan pekerjaan dan penghasilan maupun dampak sosial, dan menjadi beban bagi keluarga.
Kenali lebih jauh mengenai faktor risiko stroke dan cara pencegahannya.
Risiko stroke berdasarkan rentang usia
Tidak dapat disangkal bahwa risiko stroke meningkat seiring bertambahnya usia. Secara medis, keadaan yang meningkatkan risiko kejadian stroke dinamakan sebagai faktor risiko.
Ada faktor risiko stroke yang dapat dikendalikan, seperti kegemukan, tekanan darah tinggi, diabetes, kolesterol, konsumsi alkohol, merokok, penyakit jantung (kelainan irama jatung dan kerusakan struktur jantung). Di sisi lain, ada pula faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan, seperti bertambahnya usia, riwayat stroke sebelumnya, dan riwayat stroke dalam keluarga.
Kabar baiknya, stroke dapat dicegah. Dengan pengendalian faktor risiko yang optimal, maka lebih dari 90 persen kejadian stroke dapat dicegah.
Secara garis besar, risiko stroke tampaknya meningkat setelah usia 60 tahun. Statistik menyampaikan bahwa usia rata-rata penderita stroke adalah 74,3 tahun, menurut penelitian di Inggris.
Stroke yang terjadi pada orang berusia antara 30 hingga 74 tahun lebih sering terjadi pada laki-laki; dan stroke yang terjadi pada mereka yang berusia 75 tahun ke atas lebih sering dialami oleh perempuan.
Secara keseluruhan, usia paling umum untuk stroke adalah 71,4 tahun pada laki-laki dan 76,9 tahun pada perempuan, menurut sebuah studi tahun 2021. Laporan penelitian yang lebih lama juga berkesimpulan sama, sebuah laporan penelitian pada tahun 2009 memperkirakan bahwa risiko stroke meningkat sebesar 9 persen setiap tahun untuk laki-laki dan 10 persen untuk perempuan.
Berikut ini ulasan mengenai risiko stroke berdasarkan kelompok usia.
1. Stroke perinatal

Meskipun jarang, tetapi stroke dapat terjadi periode perinatal (sekitar kelahiran), artinya dapat terjadi pada bayi dan neonatus, dalam 28 hari pertama setelah kelahiran.
Mayoritas stroke perinatal disebabkan oleh terganggunya pasokan darah menuju ke otak yang disebabkan oleh emboli yang berasal dari kelainan jantung bawaan. Penting sekali pemeriksaan jantung pada kelompok usia ini.
2. Stroke pada anak-anak
Stroke yang terjadi antara usia 28 hari hingga 18 tahun dianggap sebagai stroke pada anak-anak, dan laki-laki di bawah usia 5 tahun adalah kelompok yang paling berisiko pada populasi ini.
Faktor risiko utama stroke pada anak-anak meliputi:
- Penyakit bawaan anemia sel sabit.
- Gangguan pembekuan darah.
- Penyakit jantung bawaan dan penyakit katup jantung dapatan karena infeksi.
- Kelainan pembuluh darah bawaan, yang dapat menyebabkan stroke sumbatan (stroke iskemik) dan termasuk stroke perdarahan (stroke hemoragik).
3. Stroke pada kelompok usia dewasa muda

Pada kelompok populasi dewasa muda atau usia produktif, stroke dapat terjadi karena kelainan bawaan dan gaya hidup yang tidak sehat.
Berdasarkan laporan prevalensi stroke pada kelompok orang dewasa muda mulai mengalami tren peningkatan.
Stroke sumbatan tetap lebih mendominasi dibandingkan dengan stroke perdarahan, yaitu sekitar 75 persen dari total penderita stroke di antara rentang usia 18 hingga 45 tahun, sedangkan sisanya adalah stroke hemoragik.
Faktor risiko tertentu pada kelompok populasi ini meliputi:
- Perilaku hidup tidak sehat, seperti: merokok, alkohol, kurang olahraga (gaya hidup sedenter) yang berakibat pada kegemukan/obesitas, stres berlebih yang menyebabkan naiknya tekanan darah.
- Penyakit metabolik bawaan yang tidak dikendalikan, seperti: diabetes, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi.
- "Bakat" dari keluarga yang diabaikan, seperti: riwayat stroke pada orang tua, riwayat diabetes dan darah tinggi dalam keluarga.
Pentingnya melakukan pemeriksaan penapisan (skrining) berkala dan memperbaiki gaya hidup pada kelompok populasi ini untuk menghindari kejadian stroke.
4. Lansia
Risiko stroke meningkat seiring bertambahnya usia, dengan usia rata-rata stroke sekitar 74 tahun.
Stroke iskemik sejauh ini merupakan yang paling umum terjadi pada kelompok lansia, dan sering kali terkait dengan masalah penyakit lain seperti penyakit arteri koroner dan gangguan irama jantung seperti fibrilasi atrium.
Sebagian besar waktu, stroke pada kelompok lansia merupakan kombinasi dari masalah kesehatan di bagian lain (diabetes, darah tinggi, penyakit jantung) dan gaya hidup tidak sehat yang terakumulasi sejak muda (merokok, alkohol, dan gemuk/obesitas).
Gejala stroke berdasarkan rentang usia

Pada prinsipnya, area otak memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda. Ada area otak yang bertanggung jawab untuk fungsi keseimbangan, ada yang berperan untuk penglihatan, ada yang berperan untuk kemampuan menelan, dan ada juga area otak yang berperan untuk penguasaan fungsi bahasa, berhitung, memori dan proses berpikir atau melakukan analisis. Jadi, gejala stroke dapat sangat bervariasi, tergantung area otak mana yang mengalami kerusakan akibat stroke tersebut, dan gejalanya tidak tergantung pada usia.
Namun, perbedaan yang paling nyata adalah stroke sumbatan yang terjadi akibat emboli (sumbatan kiriman) yang umumnya mencakup area yang cukup luas, maka gejala yang timbul pada stroke jenis ini umumnya fatal dan mematikan karena melibatkan banyak area otak. Sementara itu, pada stroke trombosis (sumbatan setempat), umumnya memiliki gejala yang lebih ringan karena melibatkan area kerusakan yang lebih sempit.
Analogi sederhana untuk memahami stroke sumbatan ini adalah bahwa pembuluh darah itu layaknya pipa air yang bisa mengalami sumbatan akibat kiriman dari tempat lain, yang kemudian menyumbat pada bagian pipa yang sempit (ini yang dinamakan emboli) atau bisa mengalami sumbatan akibat lumpur endapan setempat pada bagian tertentu dari pipa tersebut (ini yang dinamakan trombosis).
Namun, untuk memudahkan mengenal gejala stroke, maka diperkenalkan istilah "SeGeRa Ke RS", yang merupakan kumpulan gejala stroke:
- Se: Senyum yang tidak simetris secara tiba-tiba pada salah satu sisi wajah.
- Ge: Gerakan yang melemah secara tiba-tiba pada salah satu anggota tubuh.
- Ra: Bicara pelo atau bicara yang sulit dipahami secara tiba-tiba.
- Ke: Kebas atau kesemutan pada separuh tubuh secara tiba tiba.
- R: Rabun atau gangguan penglihatan secara tiba-tiba.
- S: Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dialami sebelumnya.
Stroke adalah keadaan darurat medis dan memerlukan perawatan segera untuk hasil yang optimal.
Prospek pasien setelah stroke
Salah satu bahaya terbesar pada penderita stroke adalah meningkatnya risiko stroke lagi di masa mendatang. Jadi, perlu dikenali faktor risiko yang melatarbelakangi kejadian stroke tersebut, lalu disusun strategi pencegahan yang tepat agar stroke tidak terjadi lagi.
Pada lansia, stroke serius dan fatal, termasuk komplikasi serius pasca stroke, sering terjadi dalam periode dua tahun setelah serangan pertama. Risiko ini sama pada bayi, anak-anak, dan orang dewasa muda, tetapi jumlah umur yang tersisa dengan risiko tersebut atau dengan efek stroke lebih panjang.
Bayi dan anak-anak yang penah mengalami stroke akan mengalami kerusakan otak permanen dan memiliki gejala neurologis ikutan setelah kejadian, seperti:
- Cerebral palsy.
- Gangguan kognitif.
- Gangguan bicara.
- Kejang berulang atau epilepsi.
Referensi
"Waspada Stroke di Usia Muda". Rumah Sakit Universitas Indonesia. Diakses November 2024.
"Stroke Tak Kenal Usia: Mitos dan Fakta Penting yang Perlu Kita Ketahui". Kemenkes RI Direktorat Jenderal P2P Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses November 2024.
Linxin Li, Catherine A. Scott, and Peter M. Rothwell, “Association of Younger vs Older Ages With Changes in Incidence of Stroke and Other Vascular Events, 2002-2018,” JAMA 328, no. 6 (August 9, 2022): 563.
Akyea, Ralph K., Yana Vinogradova, et al. “Sex, Age, and Socioeconomic Differences in Nonfatal Stroke Incidence and Subsequent Major Adverse Outcomes.” Stroke 52, no. 2 (January 25, 2021): 396–405.
Asplund, Kjell, Juha Karvanen, et al. “Relative Risks for Stroke by Age, Sex, and Population Based on Follow-Up of 18 European Populations in the MORGAM Project.” Stroke 40, no. 7 (June 12, 2009): 2319–26.
Ferriero, Donna M., Heather J. Fullerton, et al. “Management of Stroke in Neonates and Children: A Scientific Statement From the American Heart Association/American Stroke Association.” Stroke 50, no. 3 (January 28, 2019).
Jordan, Lori C., and Argye E. Hillis. “Hemorrhagic Stroke in Children.” Pediatric Neurology 36, no. 2 (February 1, 2007): 73–80.
Namaganda, Priscilla, Jane Nakibuuka, Mark Kaddumukasa, and Elly Katabira. “Stroke in young adults, stroke types and risk factors: a case control study.” BMC Neurology 22, no. 1 (September 6, 2022).
"Is Your Risk of Having a Stroke Different Based on Your Age Range?" Healthline. Diakses November 2024.