Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Henti Jantung Dapat Terjadi saat Berolahraga?

ilustrasi henti jantung saat olahraga (freepik.com/stockking)
ilustrasi henti jantung saat olahraga (freepik.com/stockking)

Artikel ini telah ditinjau secara medis oleh dr. Anggoro Budi Hartopo, M.Sc., Ph.D., SpPD., SpJP (K)

Kita disarankan untuk berolahraga minimal 30 menit setiap harinya untuk menjaga kesehatan jantung dan tubuh secara keseluruhan. Jantung yang sehat juga dikaitkan dengan usia yang lebih panjang.

Namun, ada beberapa kasus orang yang mengalami henti jantung mendadak saat olahraga. Mirisnya lagi, ada kemungkinan orang yang mengalami henti jantung mendadak tidak dapat bertahan hidup. 

Apa yang membuat henti jantung bisa terjadi saat berolahraga?

1. Insiden henti jantung mendadak pada atlet

Olahraga dapat menjadi pedang bermata dua. Meskipun aktivitas fisik meningkatkan kesehatan, tetapi aktivitas fisik yang berat dapat dikaitkan dengan kematian mendadak.

Risiko kematian tertinggi terjadi pada mereka yang tidak berolahraga secara teratur, tetapi tetap berpartisipasi dalam aktivitas berat. Namun, kemungkinan kematian berkurang seiring dengan peningkatan frekuensi olahraga yang dilakukan orang tersebut.

Sebuah penelitian tahun 2015 melaporkan tentang insiden henti jantung mendadak pada atlet kompetitif berkisar hampir 1 dari 5.000 atlet per tahun. Dari semua kasus henti jantung mendadak saat berolahraga, sebanyak 56–80 persen di antaranya dialami oleh atlet muda. 

Beberapa variabel, termasuk jenis kelamin, ras, dan jenis olahraga dapat meningkatkan risiko henti jantung mendadak. Atlet laki-laki mengalami risiko lebih tinggi dibanding atlet perempuan. Atlet kulit hitam juga memiliki risiko lebih tinggi daripada atlet kulit putih.

2. Penyebab henti jantung saat berolahraga

ilustrasi nyeri dada (freepik.com/Racool_studio)
ilustrasi nyeri dada (freepik.com/Racool_studio)

Pada individu berusia di bawah 35 tahun, henti jantung mendadak paling sering disebabkan oleh kondisi jantung bawaan, seperti sindrom Brugada, sindrom QT panjang, kardiomiopati hipertrofi, atau kardiomiopati aritmogenik. Kondisi ini menyebabkan lemak dan jaringan parut menggantikan sel-sel jantung yang sehat, sehingga terjadi gangguan kelistrikan jantung atau aritmia yang fatal. Orang dengan kondisi ini mungkin tidak menyadari bahwa mereka memiliki masalah jantung bawaan.

Sementara itu, pada orang berusia di atas 35 tahun, henti jantung mendadak terutama disebabkan oleh serangan jantung akibat penyakit arteri koroner aterosklerotik. Pada kondisi ini, pembuluh darah tersumbat, yang menyebabkan menurunnya aliran darah ke jantung dan menyebabkan aritmia fatal, yang disebut takikardi ventrikel tanpa nadi atau fibrilasi ventrikel. 

Pada kasus yang jarang terjadi, seseorang dapat mengalami henti jantung setelah terkena pukulan keras di dada misalnya karena bola bisbol, hoki, atau kontak dengan pemain lain. Fenomena ini dikenal sebagai commotio cordis.

3. Yang harus dilakukan jika melihat orang mengalami henti jantung saat olahraga

Henti jantung harus secepatnya ditangani agar peluang kesembuhannya besar. Sebaliknya, peluang kesembuhan akan terus menurun jika pengobatan ditunda.

Henti jantung mendadak dapat berakibat fatal jika berlangsung lebih dari 8 menit tanpa resusitasi jantung paru (RJP). Kerusakan otak dapat terjadi hanya setelah 5 menit.

Jika kamu melihat seseorang diduga mengalami henti jantung mendadak, segera lakukan hal berikut:

  1. Segera hubungi ambulans.
  2. Sambil menunggu ambulans datang, segera lakukan RJP. RJP dapat menyelamatkan nyawa dengan menggunakan kompresi dada untuk menggantikan aksi pemompaan jantung. RJP menjaga darah dan oksigen tetap bersirkulasi hingga bantuan datang.
  3. Gunakan automated external defibrillator (AED) jika tersedia. AED adalah peluang terbaik untuk membantu seseorang dengan henti jantung untuk bertahan hidup.

4. Dapatkah henti jantung dicegah?

ilustrasi berkonsultasi dengan dokter tentang masalah jantung (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi berkonsultasi dengan dokter tentang masalah jantung (pexels.com/cottonbro studio)

Henti jantung dapat dicegah. Jika di dalam keluargamu ada riwayat irama jantung abnormal, sebaiknya lakukan pemeriksaan jantung. Dokter dapat memberi tahu siapa yang mungkin berisiko atau perlu diuji.

Pengujian dapat memberi tahu apakah kamu berisiko mengalami henti jantung mendadak. Selain itu, minta saran dari dokter perihal olahraga apa yang aman dan apa saja yang perlu dihindari.

5. Jangan takut berolahraga

Meskipun ada beberapa kasus henti jantung mendadak terjadi saat olahraga, tetapi bukan berarti kamu harus menghindari olahraga. Pasalnya, olahraga teratur sangat penting karena telah terbukti menurunkan risiko serangan jantung, diabetes, dan hipertensi. Kesehatan tulang dan kesejahteraan umum juga akan meningkat.

Mulailah olahraga perlahan dan tingkatkan secara bertahap. Misalnya, mulailah berjalan kaki 30 menit lima kali seminggu. Setelah tubuh mulai terbiasa, kamu bisa meningkatkan durasi atau menambah kecepatan.

Jadi, henti jantung mendadak saat olahraga biasanya terjadi pada orang yang sudah memiliki masalah jantung. Hanya saja, terkadang orang tersebut tidak tahu akan kondisi jantung yang diidapnya. Henti jantung mendadak juga lebih mungkin terjadi saat melakukan olahraga berat.

Meskipun begitu, jangan sampai ini menjadi alasan untuk menghindari olahraga. Olahraga rutin penting untuk menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan, asalkan kamu tahu kapasitasmu dan tidak memforsir diri.

Referensi

"Cardiac Arrest." Cleveland Clinic. Diakses Agustus 2024. 
Harmon, Kimberly G., Irfan M. Asif, dkk. “Incidence, Cause, and Comparative Frequency of Sudden Cardiac Death in National Collegiate Athletic Association Athletes.” Circulation 132, no. 1 (7 Juli 2015): 10–19. 
"Sudden Death During Exercise." Singapore Heart Foundation. Diakses Agustus 2024. 
"What to do if someone collapses (or crumples) during exercise." University of Texas Southwestern Medical Center. Diakses Agustus 2024. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Eka Amira Yasien
3+
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us