Kenapa Orang dengan ADHD Gampang Marah?

Attention defisit hyperactivity disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan saraf yang menyebabkan kesulitan fokus, merencanakan dan mengatur tugas, serta mengendalikan impuls.
Gejala lainnya antara lain:
- Kesulitan dalam memperhatikan.
- Terlalu fokus pada topik yang menarik.
- Tidak mampu merasakan dan mengatur waktu.
- Kurangnya kontrol impuls.
- Ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas.
Meskipun kemarahan tidak "resmi" terdaftar sebagai gejala, tetapi gejala ADHD dapat memicu kemarahan pada banyak orang. Sekitar 70 persen orang dewasa dengan ADHD melaporkan bahwa merasa lebih tidak sabar dan cepat marah dibandingkan dengan orang tanpa ADHD (American Journal of Psychiatry, 2014).
Kenapa beberapa orang dengan ADHD mudah marah? Apa pemicunya? Bagaimana cara mengelola dan mencegah kemarahan pada orang dengan ADHD? Temukan jawabannya dengan membaca terus artikel ini, ya.
1. Hubungan antara ADHD dan kemarahan
Kesulitan mengelola emosi (disregulasi emosi) adalah bagian utama dari hidup dengan ADHD, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 70 persen penderita ADHD cenderung merasa lebih tidak sabar dibanding orang tanpa ADHD. Mereka juga mungkin merasa lebih frustrasi dibandingkan dengan orang tanpa kondisi tersebut.
Orang dewasa dan anak-anak dengan ADHD lebih mungkin untuk:
- Memiliki ledakan kemarahan.
- Merasa tidak sabar.
- Menentang otoritas.
- Mudah tersinggung.
- Mengalami konflik.
- Menjadi lebih bersemangat.
- Merasakan emosi lebih intens.
- Mengtasi stres dan kecemasan.
Kontrol impuls
Karena ADHD memengaruhi pengendalian impuls, ini dapat memengaruhi respons emosional seperti kemarahan. Menurut buku Attention-Deficit Hyperactivity Disorder: A Handbook for Diagnosis and Treatment, ini mungkin termasuk orang dengan ADHD yang mengalami kesulitan dengan:
- Mengatur respons terhadap frustrasi dan ketidaksabaran.
- Mengontrol emosi.
- Mengatur kemarahan dan respons marah.
- Berbicara sebelum berpikir.
Rasa kewalahan
Menurut Children and Adults with Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (CHADD), orang dengan ADHD dapat merasa terbebani oleh hal-hal seperti tanggung jawab sehari-hari, manajemen waktu, kesulitan dalam hubungan, dan lingkungan yang menstimulasi. Hal ini dapat menimbulkan frustrasi, yang terkait dengan ledakan emosi dan mudah tersinggung.
Obat-obatan
Sebuah tinjauan dari Yale tahun 2017 menemukan bahwa sebagian besar obat ADHD tidak meningkatkan iritabilitas. Namun, obat-obatan yang berasal dari amfetamin (Adderall) dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya iritabilitas.
Disregulasi emosi
Temuan pemindaian otak penderita ADHD menemukan bahwa:
- Meskipun otak non-ADHD dapat mengenali emosi positif dan negatif secara setara, tetapi otak orang dengan ADHD lebih cenderung memperhatikan emosi negatif.
- Otak orang dengan ADHD mungkin tidak memberi label pada emosi secepat dan seakurat otak non-ADHD.
- Otak orang dengan ADHD mungkin tidak terlalu terpengaruh oleh apakah pengalaman masa lalu itu positif atau negatif ketika bereaksi terhadap situasi saat ini.
- Otak penderita ADHD mungkin kurang mampu memberi label emosi pada suara dan wajah.
2. Pemicu kemarahan pada orang dengan ADHD

Untuk penderita ADHD, pemicu kemarahan bisa meliputi hal-hal di bawah ini:
- Berada di lingkungan yang terlalu merangsang.
- Diganggu.
- Harus berganti tugas.
- Penolakan.
- Frustrasi dengan pengaturan dan manajemen waktu.
- Masalah hubungan.
- Tokoh otoritas.
- Kegelisahan.
- Kelelahan.
- Situasi yang penuh emosi.
- Stres.
3. Cara mengelola kemarahan pada pasien ADHD
Ada beberapa cara untuk membantu orang dengan ADHD mengelola amarahnya. Ini dapat meliputi:
- Terapi perilaku kognitif (CBT): Bentuk psikoterapi yang berfokus pada pikiran yang mendorong perilaku ini dapat membantu orang dengan ADHD dan mengelola emosi dengan lebih baik.
- Mindfulness: Sebuah praktik yang mencakup kehadiran dan kesadaran akan emosi dan membiarkannya berlalu tanpa menghakimi. Mindfulness dapat membantu penderita ADHD mengendalikan emosinya, termasuk anak-anak berusia 7 tahun (Journal of Attention Disorders, 2017; Journal of Developmental & Behavioral Pediatrics, 2019).
- Tidur teratur: Tidur cukup dan menjaga jadwal tidur yang tetap dapat membantu mengelola amarah dan menurunkan kemungkinan ledakan kemarahan (Cureus, 2018).
- Olahraga: Olahraga dapat membantu mengatur reaksi negatif (Physiology & Behavior, 2018).
- Meditasi: Meditasi adalah serangkaian teknik mental yang digunakan untuk melatih perhatian dan kesadaran serta meningkatkan relaksasi. Bahkan meditasi singkat pun dapat membantu pengaturan emosi, konsentrasi, dan suasana hati (Behavioural Brain Research, 2019).
- Bernapas dalam-dalam: Tindakan sederhana seperti menghitung dan bernapas dapat membantu penderita ADHD dari segala usia untuk menjaga perasaan mereka agar tidak berlebihan.
- Terapi keterampilan sosial: Ini melibatkan kerja sama dengan terapis yang memahami dampak sosial ADHD dan dapat membantu mengelola emosi dan konflik. Bersikap terbuka untuk mempelajari keterampilan sosial sambil melihat kemunduran sosial sebagai kesempatan belajar juga dapat membantu mengatasi rasa marah terkait ADHD.
4. Cara mencegah kemarahan

Dilansir ADDept.org, kamu bisa coba strategi ini untuk mencegah ledakan kemarahan terkait ADHD:
- Memilih kata atau frasa, misalnya “rileks”, dan mengulanginya hingga kemarahan mereda.
- Kenali pemicu kemarahan.
- Menghindari situasi saat kamu mungkin terlalu terstimulasi.
- Menarik napas dalam-dalam.
- Meninggalkan ruangan atau situasi stres untuk istirahat.
- Aktivitas yang menenangkan dan berulang seperti merajut, berkebun, atau bermain dengan mainan fidget.
Gejala ADHD tertentu dapat menyebabkan kemarahan. Penolakan, rangsangan berlebihan, kelelahan, manajemen waktu, dan peralihan tugas dapat memicu kemarahan. Namun, ada cara untuk mengelolanya.
Terapi perilaku kognitif, mindfulness, cukup tidur, olahraga, dan terapi keterampilan sosial adalah pilihan untuk membantu mengelola amarah pada orang dengan ADHD. Menghitung, bernapas, menentukan pemicu rasa marah, dan meninggalkan situasi tertentu dapat membantu mencegah ledakan emosi.