Mengenal Orthorexia Nervosa, Terlalu Terobsesi dengan Makanan Sehat

Apakah kamu salah satunya?

Makan makanan sehat seperti buah dan sayur sangat dianjurkan bagi kesehatan. Akan tetapi, terlalu terobsesi dengan makanan sehat justru tidak dianjurkan karena bisa berkembang menjadi gangguan makan yang dikenal sebagai orthorexia nervosa.

Mari mengenal orthorexia nervosa lebih dekat, mulai dari definisi, penyebab, gejala, dan penanganannya. Here we go! 

1. Apa itu orthorexia nervosa?

Mengutip Healthline, orthorexia nervosa merupakan gangguan makan yang melibatkan obsesi berlebihan dengan makanan sehat. Yang pertama kali mencetuskan istilah ini adalah Steve Bratman, dokter asal Amerika Serikat, pada tahun 1997.

Pengidap orthorexia nervosa cenderung fokus pada kualitas makanan, bukan kuantitas. Fokus mereka bukan menurunkan berat badan atau ingin menjadi ramping seperti pengidap anoreksia dan bulimia. Mereka memiliki pandangan ekstrem mengenai "kebersihan" atau "kemurnian" makanan serta terobsesi dengan manfaatnya bagi tubuh.

2. Seperti apa tanda atau gejalanya?

Mengenal Orthorexia Nervosa, Terlalu Terobsesi dengan Makanan Sehatilustrasi orthorexia nervosa (pexels.com/Anna Shvets)

Menurut beberapa studi, jika seseorang memiliki tanda-tanda ini, mungkin mereka mengidap orthorexia nervosa:

  • Mengalami ketakutan yang intens terhadap makanan yang mereka anggap tidak sehat dan akan menghindarinya.
  • Memiliki obsesi berlebihan dengan makanan sehat, nutrisi, dan manfaatnya.
  • Memeriksa label nutrisi dan komposisi makanan secara obsesif.
  • Sangat strict menjalani pola makan yang mereka anggap sehat.
  • Sangat menghindari jenis makanan tertentu, seperti gluten, karbohidrat, gula, lemak, atau produk hewani.
  • Menghabiskan terlalu banyak waktu untuk merencanakan, membeli, dan menyiapkan makanan yang mereka anggap sehat.
  • Mengkritik kebiasaan makan orang lain.
  • Menghindari acara sosial karena tidak yakin dengan kualitas dan kebersihan makanan yang dihidangkan di sana. Kalau terpaksa datang, mereka akan membawa makanan sendiri atau justru tidak makan sama sekali!
  • Tanpa disengaja mengalami malnutrisi dan penurunan berat badan sebagai imbas dari pembatasan makanan yang ketat.
  • Merasa makanan sehat adalah segala-galanya untuk mencegah dan menyembuhkan penyakit.
  • Merasa tertekan, stres, dan cemas jika makan makanan yang tidak sehat.

3. Apa penyebab dan faktor risikonya?

Para peneliti tidak yakin apa penyebab pasti orthorexia nervosa. Tetapi, ada beberapa faktor risiko yang mungkin memengaruhi perkembangannya. Salah satunya adalah pernah atau masih memiliki kecenderungan obsesif-kompulsif dan gangguan makan.

Bisa juga karena faktor individu seperti mempunyai kecenderungan perfeksionis, kecemasan tinggi, dan keinginan agar segala sesuatu berada dalam kontrol. Menariknya, mahasiswa yang mengambil jurusan yang berhubungan dengan kesehatan cenderung menunjukkan gejala orthorexia nervosa daripada jurusan lain.

Bagaimana dengan faktor sosial? Memiliki pengetahuan gizi yang baik, pendapatan lebih tinggi, akses ke makanan yang dianggap sehat (seperti produk organik), hingga pengaruh media sosial disinyalir turut berkontribusi dalam perkembangan gangguan makan ini.

Baca Juga: Kenali 6 Jenis Gangguan Makan yang Umum Terjadi, Bisa Berbahaya Lho!

4. Bagaimana cara mendiagnosisnya?

Sebenarnya, orthorexia nervosa belum memiliki kriteria diagnostik formal. Para ahli belum yakin apakah ini merupakan gangguan makan yang unik, bagian dari kelainan makan lain (misalnya anoreksia), atau subtipe gangguan obsesif kompulsif atau obsessive compulsive disorder (OCD).

Untuk saat ini, rata-rata profesional kesehatan menggunakan alat diagnostik seperti:

  • ORTO-15: Alat skrining ini memiliki 15 pertanyaan untuk mengidentifikasi gejala dan perilaku yang berhubungan dengan orthorexia nervosa.
  • ORTO-R: Ini sebenarnya adalah ORTO-15 dalam versi yang lebih baru dan mutakhir. Pertanyaannya dianggap lebih relevan daripada versi sebelumnya.
  • Bratman Orthorexia Test (BOT): Memiliki 10 pertanyaan seputar pemikiran obsesif tentang makanan, keyakinan tentang nutrisi dan kesehatan, dan lainnya. Tetapi, ini tidak umum digunakan.
  • Eating Habits Questionnaire (EHQ): Untuk mengukur pengetahuan, perasaan positif dan negatif, serta perilaku yang terkait dengan konsumsi makanan sehat.

5. Bagaimana cara penanganan yang tepat?

Mengenal Orthorexia Nervosa, Terlalu Terobsesi dengan Makanan Sehatilustrasi penanganan orthorexia nervosa (pexels.com/Polina Zimmerman)

Mungkin, sebagian orang menganggap orthorexia nervosa tidak terlalu urgent untuk ditangani. Padahal, jika dibiarkan, efeknya mungkin sama parahnya dengan gangguan makan lainnya.

Kita disarankan mencari bantuan dari profesional, seperti dokter, psikolog, atau ahli gizi. Mungkin, psikoterapi akan diberikan untuk mengatasi gangguan mendasar seperti kecemasan, depresi, dan OCD.

Untuk meredakan kecemasan dan menenangkan pikiran, mungkin kita disarankan melakukan meditasi, yoga, atau taici. Semua ini bertujuan untuk menghilangkan kepercayaan yang salah tentang makanan dan mengurangi obsesi berlebihan. Dan yang terpenting, temukan orang-orang yang selalu memberikan support, entah itu keluarga atau teman.

Nah, itulah penjelasan singkat mengenai orthorexia nervosa yang perlu kamu ketahui. Semoga informasi ini bermanfaat, ya!

Baca Juga: 6 Tips Mencegah Bulimia, Gangguan Makan yang Mengancam Nyawa

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya