5 Komplikasi Hemodialisis, Salah Satunya Infeksi

Jika mengalami tanda dan gejalanya, segera lapor ke dokter

Menjalani dialisis adalah perubahan besar dalam hidup dan perlu waktu untuk menyesuaikan diri. Beberapa pilihan pengobatan tersedia, termasuk hemodialisis atau cuci darah, yang bisa dilakukan di pusat kesehatan ataupun di rumah.

Hemodialisis adalah pengobatan untuk penyakit ginjal stadium akhir. Ini menggunakan ginjal buatan eksternal untuk menyaring limbah, racun, dan cairan ekstra dari darah saat ginjal tidak lagi bisa melakukannya.

Hemodialisis dapat menyebabkan efek samping dan komplikasi yang signifikan. Kalau kamu harus menjalaninya, penting untuk mengetahui tanda-tanda umum komplikasi hemodialisis sehingga kamu dapat mengenalinya dan segera memberi tahu tim perawatan.

1. Infeksi

Hemodialisis membutuhkan pembuatan titik akses buatan di dalam tubuh. Ini menimbulkan risiko karena sistem vaskular yang tedinya tertutup menjadi terbuka. Infeksi adalah risiko berkelanjutan pada orang yang menjalani hemodialisis. Ini karena titik akses memberikan kesempatan bagi bakteri dan mikroorganisme lainnya untuk masuk ke aliran darah.

Jika infeksi terjadi, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) gejalanya biasanya meliputi:

  • Pembengkakan lokal, kemerahan, terasa hangat, dan nyeri.
  • Akumulasi nanah di bawah kulit.
  • Demam dan/atau menggigil.

Antibiotik biasanya digunakan untuk mengobati infeksi. Heparin, sejenis pengencer darah, dapat digunakan untuk mencegah penggumpalan darah dan iskemia ekstremitas. Mempertahankan praktik kebersihan dan sanitasi yang optimal dapat secara signifikan mengurangi risiko infeksi.

Penting untuk menghindari akses dialisis terbentur karena bisa menyebabkan perdarahan, terutama jika graft atau fistula masih baru. Perdarahan meningkatkan risiko infeksi, anemia, dan aneurisme vaskular (penonjolan dinding arteri).

2. Hipotensi

5 Komplikasi Hemodialisis, Salah Satunya Infeksiilustrasi cek tekanan darah (pennmedicine.org)

Tekanan darah rendah selama hemodialisis, yang disebut hipotensi intradialitik, dapat terjadi karena sejumlah alasan.

Penyebab umumnya termasuk kelebihan berat badan saat hemodialisis, mengeluarkan terlalu banyak cairan selama perawatan, minum obat tertentu, penyakit jantung, dan makan selama perawatan, seperti dilansir Fresenius Medical Care.

Penurunan tekanan darah dapat menyebabkan kram otot, yang tidak nyaman. Tekanan darah rendah juga dapat menyebabkan sakit kepala, mual, sakit perut, dan pusing.

Cegah tekanan darah rendah selama hemodialisis dengan mengatur perolehan cairan dan tidak makan selama hemodialisis (kecuali jika kamu memiliki diabetes yang mengharuskan kamu makan saat cuci darah). 

Juga, pastikan tim perawatan memiliki daftar terbaru dari semua obat yang kamu gunakan.

3. Elektrolit yang tidak normal

Hemodialisis tidak hanya menghilangkan racun dan kelebihan cairan dari tubuh, tetapi juga banyak elektrolit yang dibutuhkan tubuh untuk berfungsi (Open Access Library Journal, 2017). Dalam banyak kasus, hal ini tidak akan menjadi masalah jika kamu mengikuti pola makan yang tepat.

Namun, jika memiliki diabetes atau menggunakan angiotensin-receptor blocker (ARB), kepatuhan terhadap pola makan saja mungkin tidak cukup untuk mencegah hipokalemia.

Hipokalemia adalah kadar kalium rendah yang tidak normal dalam darah. Kalium adalah salah satu elektrolit terpenting yang digunakan tubuh untuk mengatur keseimbangan cairan, kontraksi otot, dan sinyal saraf. Ketika kadar kalium turun secara berlebihan, ini dapat memengaruhi semua fungsi ini, menyebabkan:

  • Kelelahan.
  • Kelemahan.
  • Sembelit.
  • Kram otot.
  • Palpitasi jantung.

Hipokalemia ekstrem (kadar di bawah 2,5 mmol/l) dapat menyebabkan komplikasi yang berpotensi serius, termasuk kerusakan jaringan otot, ileus, aritmia jantung, gagal napas, kelumpuhan, dan fibrilasi atrium atau ventrikel.

Bagi kebanyakan orang, risiko hipokalemia rendah jika mengikuti rencana diet dan pengobatan yang ditentukan. Bahkan, mereka yang berisiko tinggi tidak mungkin mengalami apa pun selain hipokalemia ringan jika mengalaminya.

Baca Juga: Hemodialisis: Manfaat, Persiapan, Prosedur, Hasil

4. Hipervolemia

5 Komplikasi Hemodialisis, Salah Satunya Infeksiilustradsi mesin cuci darah (critcareedu.com.au)

Hipervolemia atau kelebihan cairan terjadi saat ginjal tidak lagi mampu mengeluarkan cukup cairan dari tubuh. Jika mesin dialisis tidak dikalibrasi dengan benar, hipervolemia dapat bertahan meskipun sudah diobati.

Menurut National Kidney Foundation, gejala hipervolemia meliputi:

  • Sakit kepala.
  • Kram perut dan kembung.
  • Sesak napas.
  • Pembengkakan kaki, pergelangan kaki, pergelangan tangan, dan wajah.
  • Tekanan darah tinggi.
  • Penambahan berat badan.

Mematuhi pembatasan cairan dan melacak asupan cairan dapat secara signifikan mengurangi risiko hipervolemia.

Jika kelebihan beban tetap ada meskipun ada pembatasan cairan (atau berkembang segera setelah hemodialisis), beri tahu ahli nefrologi sehingga penyesuaian rencana perawatan dapat dilakukan.

Jika tidak diobati, hipervolemia dapat menyebabkan masalah jantung, termasuk gagal jantung kongestif, aritmia jantung, dan kardiomegali.

5. Dialysis disequilibrium syndrome

Dialysis disequilibrium syndrome (DDS) adalah kondisi neurologis yang biasanya menyerang orang yang baru saja memulai hemodialisis. Dipercaya sebagai respons tubuh terhadap prosedur yang dianggap tidak normal, kondisi ini mengakibatkan pelepasan sitokin inflamasi dan bahan kimia inflamasi lainnya yang menyebabkan otak membengkak (edema serebral).

Gejala DDS meliputi (International Journal of Nephrology and Renovascular Disease, 2019: 

  • Kelemahan.
  • Pusing.
  • Mual dan muntah.
  • Sakit kepala.
  • Kram otot.
  • Perubahan perilaku atau status mental.

Ini biasanya merupakan komplikasi jangka pendek yang akan hilang saat tubuh beradaptasi dengan pengobatan. Saline intravena kadang digunakan untuk meningkatkan tekanan darah bersama dengan suntikan manitol (diuretik) untuk meredakan pembengkakan dan tekanan di sekitar otak.

6. Kulit gatal

5 Komplikasi Hemodialisis, Salah Satunya Infeksiilustrasi kulit gatal-gatal (commons.wikimedia.org/Orrling and Tomer S)

Kulit kering dan gatal (pruritus) dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan:

  • Kulit kering: Hindari penggunaan produk perawatan kulit yang mengandung alkohol, asam alfa-hidroksi, wewangian, dan retinoid. Batasi waktu mandi atau berendam hingga 10 menit dan gunakan air hangat alih-alih air panas.
  • Tingkat fosfor yang tinggi: Pastikan untuk menggunakan pengikat fosfat seperti yang diresepkan.
  • Tidak mendapatkan dialisis yang cukup: Disiplin dalam menjalani seluruh perawatan yang telah ditentukan dan jadwalkan ulang jika ada sesi yang terlewat.
  • Alergi: Gunakan produk perawatan kulit bebas pewangi dan detergen pakaian yang diberi label "hipoalergenik". Dokter kulit memiliki tips tambahan untuk mengatasi kulit kering.

Hemodialisis dimaksudkan untuk mereplikasi fungsi ginjal. Namun, jika kecepatan prosedur terlalu agresif, atau individu yang dirawat tidak mematuhi pembatasan diet atau cairan yang tepat, maka homeostasis (keseimbangan) kimiawi tubuh dapat hilang, menyebabkan efek samping dan komplikasi.

Efek samping yang paling umum dari hemodialisis adalah infeksi. Hipotensi, ketidakseimbangan elektrolit, kelebihan cairan, dan DDS adalah beberapa komplikasi lain yang mungkin dialami.

Baca Juga: Kenapa Pasien Gagal Ginjal Harus Cuci Darah?

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya