Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Waspada RSV pada Bayi, Penyakit Saluran Napas dengan Gejala Mirip Flu

ilustrasi bayi yang sedang menangis (freepik.com/jcomp)
ilustrasi bayi yang sedang menangis (freepik.com/jcomp)

Respiratory syncytial virus (RSV) merupakan jenis virus musiman yang dapat menginfeksi saluran pernapasan dan mudah menular di semua kalangan. Virus ini lebih rentan menyerang bayi dan anak berusia di bawah 2 tahun karena saluran pernapasan mereka belum berkembang dengan sempurna.

Hal yang mengkhawatirkan adalah virus ini bisa menginisiasi berkembangnya penyakit serius lain pada bayi, terutama jika kondisinya memburuk. Nah, untuk mengenali lebih jauh mengenai RSV, berikut ulasan yang telah dirangkum dari berbagai sumber.

1. RSV dapat menular melalui droplets

Ilustrasi bermain bersama anak (pexels.com/Ivan Samkov)
Ilustrasi bermain bersama anak (pexels.com/Ivan Samkov)

Sebagai penyakit musiman, RSV dapat bertahan dan menyebar dengan cepat saat musim dingin terjadi. Sedangkan, di negara tropis seperti Indonesia, hal ini lebih rawan terjadi selama musim hujan.

Tingkat penularan RSV tergolong tinggi, terutama di kalangan anak-anak, yaitu melalui droplet yang keluar ketika berbicara, batuk, ataupun bersin. Virus bisa dengan mudah menempel di permukaan benda-benda, seperti di meja, alat tulis, pakaian, dan sebagainya.

Penularan pada bayi bisa terjadi ketika anak yang lebih besar atau orangtua tanpa sadar membawa virus ke dalam rumah dan langsung bermain atau menggendongnya. Sering kali, hal ini luput dari perhatian sehingga bisa menjadi ancaman bagi kesehatan mereka.

2. Gejala yang muncul seperti demam atau flu biasa

Ilustrasi anak yang sedang makan (pexels.com/Karolina Grabowska)
Ilustrasi anak yang sedang makan (pexels.com/Karolina Grabowska)

RSV dan influenza yang sama-sama menyerang saluran pernapasan akan menimbulkan gejala yang sama. Hanya saja, tahapnya bisa jadi lebih parah. Biasanya, gejala RSV akan muncul 4-6 hari setelah tubuh terpapar virus. Gejala-gejala tersebut antara lain sebagai berikut:

  • Sulit bernapas atau napas lebih cepat dari biasanya
  • Aktivitas menurun atau berkurang
  • Batuk
  • Demam
  • Pilek
  • Bersin-bersin
  • Mengi

Pada tahap yang lebih parah, anak juga bisa mengalami sakit tenggorokan, muntah, hingga diare. Sebelum hal ini terjadi, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan ke dokter anak.

3. RSV bisa memicu munculnya penyakit lain yang lebih serius

Ilustrasi anak yang sedang sakit (pexels.com/cottonbro studio)
Ilustrasi anak yang sedang sakit (pexels.com/cottonbro studio)

Selain tingkat penularannya yang tinggi, dampak RSV juga bisa memengaruhi kesehatan paru-paru ke arah yang lebih serius. Hal ini berlaku terutama pada bayi dan anak-anak.

Dampak dari RSV yang memburuk bisa berujung pada penyakit bronkitis, infeksi saluran pernapasan pada paru-paru, dan juga pneumonia. Di banyak kasus, RSV pada bayi menjadi penyebab umum terjadinya penyakit-penyakit tersebut.

4. Kapan harus membawa anak ke dokter?

Ilustrasi anak yang sedang demam (freepik.com/prostooleh)
Ilustrasi anak yang sedang demam (freepik.com/prostooleh)

Kasus RSV dapat terjadi pada tingkatan rendah hingga parah. Pada gejala ringan sekalipun, sebenarnya sangat dianjurkan untuk segera menghubungi dokter agar anak bisa langsung mendapat penanganan khusus, serta supaya kondisinya tidak semakin parah.

Ada beberapa kondisi darurat yang perlu menjadi fokus orang tua agar tidak menunda pemeriksaan. Kondisi tersebut, antara lain:

  • Dehidrasi, yang dapat diindikasi dari cekungan fontanel di kepala, popok yang tetap kering, atau tidak adanya air mata ketika bayi menangis.
  • Sulit bernapas, dapat dilihat dari pergerakan paru-parunya.
  • Jari atau mulut pucat kebiruan, yang dapat mengindikasikan kurangnya oksigen pada darah.
  • Suhu badan tinggi melebihi 38 derajat Celsius.
  • Cairan hidung mengental.

5. Bagaimana cara meredakan gejala RSV pada bayi?

ilustrasi humidifier (freepik.com/pvproductions)
ilustrasi humidifier (freepik.com/pvproductions)

Berkebalikan dengan tingkat penularannya yang tinggi, proses kesembuhan pasien RSV dapat berlangsung cepat. Seperti flu pada umumnya, dibutuhkan paling lama setidaknya 2 minggu untuk bisa sembuh.

Pada bayi, penanganan awal RSV adalah dengan membuat suasana senyaman mungkin. Berikan air sedikit demi sedikit untuk mencegah bayi mengalami dehidrasi parah.

Jika ada, gunakan humidifier dengan kabut dingin di rumah untuk membantu melegakan saluran pernapasan. Hal yang perlu diingat adalah hindari penggunaan suhu tinggi serta bersihkan alat secara teratur supaya tidak ada bakteri yang dapat memperburuk kondisinya.

Spuit kecil juga bisa dimanfaatkan untuk mengeluarkan cairan hidung supaya tidak menyumbat saluran pernapasan. Lakukan secara rutin setiap cairan menumpuk. Lalu jangan lupa bersihkan spuit menggunakan sabun.

6. Penanganan RSV

ilustrasi bayi yang sedang menangis (freepik.com/jcomp)
ilustrasi bayi yang sedang menangis (freepik.com/jcomp)

RSV tahap awal biasanya dapat ditangani di rumah saja. Akan tetapi, jika diperlukan, dokter akan melakukan beberapa tindakan supaya kondisi bayi tidak semakin parah.

Pada tahap tertentu, RSV bisa membuat bayi tidak bisa bernapas dan mengalami dehidrasi. Oleh sebab itu, biasanya pemasangan ventilator diperlukan guna meringankan pernapasan bayi, sekaligus mempercepat hilangnya virus dari paru-paru.

Selain itu, pemasangan infus juga diperlukan agar tubuh terhidrasi kembali, dan tetap mendapat nutrisi yang diperlukan. Dalam hal ini, dokter tidak akan menyarankan penggunaan antibiotik, sebab penyebab utama RSV bukanlah bakteri, melainkan virus.

Untuk saat ini, belum ada upaya pencegahan khusus agar bayi tidak terjangkit RSV. Hal utama yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan seluruh anggota keluarga dengan cara mencuci tangan dan mengganti pakaian kotor dengan yang bersih setelah beraktivitas di luar rumah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us