Berisiko Dialami Pekerja Shift, Waspadai Shift Work Sleep Disorder  

Jika dibiarkan, bisa berdampak buruk bagi kesehatan

Manusia membutuhkan tidur untuk memulihkan tenaga dan mengistirahatkan tubuh setelah seharian beraktivitas. Memiliki waktu tidur yang cukup sangat baik untuk kesehatan. Namun, ini sering menjadi masalah bagi banyak orang yang bekerja shift, misalnya dari sore hingga dini hari atau dari malam hingga pagi hari.

Pekerja shift punya jam kerja yang berbeda dengan jam kerja normal, yang mana mereka bisa bekerja saat waktu tidur. Adanya perubahan pola waktu bekerja dapat memengaruhi jadwal tidur. Itulah kenapa para pekerja shift berisiko mengalami gangguan tidur shift work sleep disorder.

Khususnya bila kamu adalah pekerja shift, mari kenali gangguan tidur yang satu ini.

1. Gangguan tidur yang dapat terjadi pada pekerja shift

Berisiko Dialami Pekerja Shift, Waspadai Shift Work Sleep Disorder  Ilustrasi seseorang yang bekerja larut malam. freepik.com/pressfoto

Melansir Healthlineshift work sleep disorder (SWSD) adalah gangguan tidur yang rentan dialami oleh orang yang bekerja pada jam kerja yang tidak biasa, seperti kerja shift malam.

Gangguan tidur ini menimbulkan rasa kantuk yang berlebihan dan membuat orang yang mengalaminya tidak merasa segar saat bangun tidur. Hal tersebut dapat memengaruhi waktu kerja dan juga waktu luang yang dimiliki pengidapnya.

Seperti dijelaskan di laman Cleveland Clinic, tidak semua pekerja shift mengalami gangguan tidur ini. Diperkirakan ada sekitar 10-40 persen yang memilikinya.

2. Berkaitan dengam ritme sirkadian tubuh

Berisiko Dialami Pekerja Shift, Waspadai Shift Work Sleep Disorder  pexels.com/Acharaporn Kamornboonyarush

Jadwal kerja seperti shift malam bisa memengaruhi ritme sirkadian atau jam biologis seseorang, yang mengatur tubuh untuk terjaga dan mengantuk pada waktu yang relatif tetap sepanjang hari selama 24 jam. Selain rasa kantuk, ritme sirkadian juga memengaruhi tingkat kewaspadaan, suhu tubuh, kadar hormon, dan rasa lapar.

Melansir Sleep Education, SWSD termasuk gangguan tidur ritme sirkadian (circadian rhythm sleep disorder). Ketika seseorang mengalami SWSD, terdapat perbedaan antara ritme sirkadian tubuh dengan jadwal kerja. Seseorang mungkin harus bekerja saat tubuhnya ingin tidur. Ketika orang tersebut harus tidur, tubuhnya mengharapkannya untuk terjaga.

Baca Juga: Gak Gerah, 8 Manfaat Kesehatan Tidur tanpa Celana Dalam untuk Pria

3. Ditandai dengan insomnia dan rasa kantuk yang berlebihan

Berisiko Dialami Pekerja Shift, Waspadai Shift Work Sleep Disorder  pexels/Andrea Piacquadio

Berdasarkan American Academy of Sleep Medicine’s International Classification of Sleep Disorders (Third Edition), dua gejala utama dari SWSD yaitu :

  • Insomnia. Orang yang mengalami SWSD sering kali memiliki kesulitan untuk tidur atau insomnia. Gejala insomnia yang dialami pun bisa berbeda-beda sesuai shift kerja. Sebagai contoh, orang yang bekerja antara jam 4-7 pagi sering mengalami kesulitan tidur, sedangkan mereka yang bekerja shift malam cenderung terjaga pada malam hari. Rata-rata orang dengan gangguan tidur ini kehilangan 1-4 jam tidur per malam.
  • Rasa kantuk yang berlebihan. Gangguan tidur ini juga menyebabkan kelelahan dan mengurangi kewaspadaan ketika seseorang bekerja pada malam atau dini hari. Mereka sering merasa perlu untuk tidur setidaknya sekali selama shift mereka. Gangguan ini juga dapat mengurangi kinerja serta menimbulkan risiko bagi keselamatan pekerja.

Selain itu, gejala lain yang juga mungkin dialami adalah sulit konsentrasi, sakit kepala, kurang berenergi, suasana hati (mood) yang buruk, dan mudah tersinggung.

Seseorang dikatakan mengidap SWSD bila mengalami gejala berulang setidaknya selama 3 bulan dan menunjukkan pola tidur-bangun yang terganggu selama setidaknya 2 minggu. Dokter juga mungkin akan melakukan tes tambahan untuk memastikan bahwa gejala yang dialami tidak berhubungan dengan penyakit atau kondisi lain yang mendasarinya.

4. Menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan

Berisiko Dialami Pekerja Shift, Waspadai Shift Work Sleep Disorder  pexels.com/Oladimeji Ajegbile

Jika tidak ditangani, gangguan tidur yang menyerang para pekerja shift ini dapat berpengaruh pada kesehatan dan kehidupan sehari-hari. Melansir Sleep Foundation, beberapa dampak buruk yang ditimbulkan yaitu:

  • Risiko kecelakaan yang lebih tinggi. SWSD dapat mengurangi kewaspadaan dan menyebabkan kelelahan, sehingga pengidapnya berisiko mengalami kecelakaan, baik di tempat kerja maupun dalam perjalanan saat mengemudi.
  • Perfoma kerja yang menurun. Pengidap SWSD sulit berkonsentrasi sehingga dapat menurunkan performa kerja.
  • Suasana hati yang buruk. SWSD bisa membuat orang yang mengalaminya merasa bad mood atau mudah tersinggung dan menghindari interaksi dengan orang lain. Orang dengan masalah tidur juga berisiko lebih tinggi mengalami depresi.
  • Masalah kesehatan. Kurangnya waktu tidur berisiko menimbulkan masalah kesehatan, seperti masalah gastrointestinal, metabolisme, dan penyakit kardiovaskular.
  • Ketergantungan alkohol atau obat-obatan. Banyak pengidap masalah tidur ini mengonsumsi alkohol atau obat-obatan untuk meningkatkan kualitas tidur. Namun, jika terus berlanjut, hal ini berisiko menyebabkan ketergantungan.

5. Mengubah gaya hidup untuk meringankan gejala shift work sleep disorder  

Berisiko Dialami Pekerja Shift, Waspadai Shift Work Sleep Disorder  pexels.com/Ivan Oboleninov

Ketika pekerja shift tidak bisa mengubah jadwal kerjanya, ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi efek dari SWSD. Mengutip Healthline, beberapa perubahan gaya hidup dapat membantu meringankan gejala gangguan tidur ini, di antaranya :

  • Berusaha untuk menjaga jadwal tidur yang teratur, termasuk saat hari libur.
  • Membatasi asupan kafein 4 jam sebelum waktu tidur.
  • Menjaga pola makan yang sehat dan bergizi serta memperbanyak konsumsi buah dan sayuran.
  • Meredupkan cahaya dan membuat suasana kamar menjadi nyaman. Meminta orang yang tinggal serumah untuk mengurangi kebisingan selama kamu tidur.
  • Tidur selama 30-60 menit sebelum giliran waktu kerja.
  • Mengonsumsi suplemen melatonin sesuai aturan pakai atau anjuran dari dokter.
  • Menggunakan kotak lampu untuk terapi cahaya sebelum bekerja.

Penting bagi kita untuk memiliki waktu tidur yang cukup, setidaknya 7 hingga 9 jam per hari. Bagi kamu yang merupakan pekerja shift, usahakan untuk menyesuaikan waktu tidur dengan jam kerja kalian. Apabila mengalami gangguan tidur ini, sebaiknya konsultasi ke dokter agar bisa mendapat penanganan dan terhindar dari masalah kesehatan lainnya.

Baca Juga: 7 Risiko dari Tidur Bersama Kucing, Apa Dampaknya untuk Kesehatan?

Rifa Photo Verified Writer Rifa

.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya