Apakah Berjalan Jinjit Menandakan Autisme?

- Berjalan jinjit umum terjadi pada balita.
- Berjalan jinjit dapat menjadi tanda autisme jika berlanjut hingga usia 3 tahun dan disertai dengan keterlambatan bahasa, perilaku repetitif, dan kesulitan bersosialisasi.
- Anak dengan autisme dapat menunjukkan tanda lain seperti menghindari kontak mata, keterlambatan kemampuan berbahasa, dan kurangnya ekspresi emosional.
Berjalan jinjit sering terlihat pada balita. Pada tahap awal perkembangan motorik, beberapa anak cenderung berjalan dengan ujung jari kaki tanpa alasan medis yang jelas. Umumnya, gaya berjalan ini akan menghilang seiring pertumbuhan dan perkembangan sistem saraf serta otot yang lebih matang.
Namun, ketika berjalan jinjit terus berlanjut hingga usia di atas 2 atau 3 tahun, sebagian orang tua khawatir apakah ini merupakan tanda dari kondisi medis tertentu, seperti gangguan spektrum autisme. Artikel ini akan mengulas hubungan antara berjalan jinjit dan autisme.
1. Apakah berjalan jinjit merupakan gejala autisme?
Ya, berjalan jinjit dapat menjadi salah satu tanda autisme. Namun, berjalan jinjit juga umum pada anak yang baru belajar berjalan, dan biasanya akan berhenti pada usia 2 tahun. Akan tetapi, jika berjalan jinjit tidak hilang hingga usia 2 tahun, ini dapat menjadi tanda kondisi perkembangan yang mendasarinya, seperti autisme.
Berjalan jinjit bisa menjadi tanda autisme jika:
- Berlanjut hingga usia 3 tahun.
- Disertai dengan keterlambatan bahasa.
- Disertai dengan perilaku repetitif.
- Disertai dengan kesulitan bersosialisasi.
2. Mengapa anak dengan autisme berjalan jinjit?

Beberapa ahli meyakini bahwa kebiasaan berjalan jinjit bisa disebabkan oleh gangguan pada sistem vestibular, yaitu sistem tubuh yang membantu mengatur keseimbangan, posisi tubuh, dan orientasi ruang. Sistem ini melibatkan telinga bagian dalam dan saraf pusat.
Ketika sistem vestibular tidak berfungsi dengan baik, tubuh bisa kesulitan mengenali posisi kaki secara tepat saat berjalan. Kondisi ini cukup sering ditemukan pada anak-anak dengan gangguan spektrum autisme.
Mayoritas orang dengan autisme memiliki beberapa derajat disfungsi pendengaran dan vestibular. Pada anak dengan gangguan autisme, disfungsi vestibular dapat meliputi:
- Ketidakstabilan postur (masalah keseimbangan).
- Gangguan pandangan.
- Disfungsi gaya berjalan, seperti berjalan jinjit.
3. Tanda dan gejala autisme lainnya
Selain berjalan jinjit, anak-anak dengan autisme dapat menunjukkan berbagai tanda pada masa kanak-kanak awal, seperti:
- Menghindari kontak mata.
- Kurang mengoceh (pada bayi).
- Kurang responsif saat dipanggil.
- Keterlambatan kemampuan berbahasa.
- Keterlambatan kemampuan bergerak.
- Mengepakkan tangan, menggoyangkan badan, atau berputar-putar.
- Kesal karena perubahan kecil
- Tidak bisa menggunakan gerakan sederhana (seperti melambaikan tangan saat mengucapkan selamat tinggal) pada usia 12 bulan.
- Kurangnya ekspresi emosional (senang, sedih, terkejut, marah).
- Tidak menunjuk untuk menunjukkan minat pada sesuatu.
- Tampaknya tidak memperhatikan anak-anak lain atau ingin bermain dengan mereka pada usia 3 tahun.
- Kurangnya minat pada permainan imajinatif pada usia 4 tahun.
- Tidak bernyanyi, menari, atau berakting pada usia 5 tahun.
4. Pengobatan untuk berjalan jinjit

Berjalan jinjit yang tidak kunjung hilang, apa pun penyebabnya, harus dievaluasi oleh dokter. Pasalnya, kebiasaan berjalan jinjit dapat menyebabkan otot betis dan tendon Achilles menegang, sehingga mengurangi rentang gerak pada kaki dan pergelangan kaki.
Berikut beberapa perawatan untuk mengatasi berjalan jinjit:
- Terapi fisik: Untuk meregangkan otot betis dan tendon yang memendek karena berjalan jinjit. Terapis juga membantu anak-anak mempelajari pola berjalan yang lebih umum.
- Terapi okupasi: Bertujuan mengatasi masalah sensorik yang dapat menyebabkan berjalan jinjit, membantu anak-anak untuk memproses dan merespons rangsangan sensorik dengan lebih baik.
- Penyangga atau belat: Untuk membantu meregangkan otot betis dan mendorong anak untuk berjalan dengan kaki datar. Perangkat ini dapat dibuat khusus untuk anak dan dapat dikenakan pada siang atau malam hari.
- Obat-obatan: Terkadang, obat-obatan digunakan untuk mengurangi kekencangan otot.
- Operasi: Bertujuan untuk memanjangkan otot atau tendon guna menghilangkan kebiasaan berjalan jinjit. Ini biasanya merupakan pilihan terakhir dan hanya dipertimbangkan jika berjalan jinjit menyebabkan masalah yang signifikan.
5. Kapan harus mencari bantuan profesional?
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, berjalan jinjit merupakan kondisi yang umum ditemukan pada anak kecil, tetapi juga bisa menjadi tanda kondisi autisme. Sekarang, kamu mungkin bertanya-tanya kapan harus mencari bantuan profesional?
Berikut adalah tanda kamu perlu mencari bantuan profesional:
- Terus berlanjut hingga melewati usia 3 atau 4 tahun.
- Disertai dengan keterlambatan dalam keterampilan motorik, bicara, keterampilan sosial.
- Adanya pola perilaku lain yang menyimpang dari tonggak perkembangan yang umum.
Meski berjalan jinjit bisa menjadi salah satu gejala autisme pada anak, tetapi tidak semua anak yang berjalan jinjit mengalami gangguan tersebut. Konsultasi dengan dokter spesialis anak sangat penting untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan penanganan yang tepat.
Referensi
"Walking on Tiptoes and Autism: What's the Connection?" Blue ABA Therapy. Diakses Mei 2025.
"Why Do Children with Autism Walk on Their Toes?" Golden Care Therapy. Diakses Mei 2025.
"Why Do People with Autism Walk on Their Toes?" Healthline. Diakses Mei 2025.
"Walking on Tiptoes and Autism: What's the Link?" Psych Central. Diakses Mei 2025.