- Infertilitas total pada tikus betina.
- Mengecilnya ukuran testis dan penurunan jumlah sperma pada tikus jantan.
Uni Eropa Larang Kuteks Gel, Memang Apa Bahayanya?

- Sejak 1 September 2024, Uni Eropa melarang zat kimia TPO dalam kuteks gel karena potensi gangguan reproduksi pada hewan percobaan.
- Risiko pada manusia rendah, tetapi pengguna tetap disarankan untuk berhati-hati terutama terkait paparan UV saat proses pengeringan.
- Tips untuk meminimalkan risiko: pilih produk TPO-free jika ada, memberi jeda antarsesi manikur gel, dan melindungi kulit saat mengeringkan kuteks dengan sinar UV.
Kuteks gel atau manikur gel sudah populer sejak awal 2000-an karena tahan lama, rapi, dan hasilnya berkilau. Namun, ada kekhawatiran medis yang membuat Uni Eropa (UE) melarang salah satu bahan utamanya, yaitu trimethylbenzoyl diphenylphosphine oxide (TPO), zat kimia yang berfungsi sebagai photoinitiator untuk mengeraskan gel dengan lampu UV.
Sejak 1 September 2024, UE resmi melarang TPO dalam produk kosmetik karena bukti hewan percobaan menunjukkan potensi gangguan pada sistem reproduksi. Inggris akan mengikuti aturan ini tahun depan.
Kuteks gel pertama kali ditemukan pada 1980-an bersamaan dengan diperkenalkannya lampu UV untuk kuku. Kini, beberapa merek juga menawarkan paket gel nail polish rumahan lengkap dengan lampu curing. Kuteks gel beda dengan kuteks biasa karena cepat kering dan tahan lama. Proses pengeringan dilakukan dengan lampu UV, yang membuat bahan akrilik berpolimerisasi sehingga membentuk lapisan keras di kuku. Agar reaksi ini terjadi, diperlukan bahan photoinitiator seperti TPO.
TPO adalah zat berwarna kuning yang banyak digunakan, termasuk dalam industri kedokteran gigi untuk tambalan. Namun, larangan UE hanya berlaku untuk penggunaannya dalam kosmetik.
Kenapa UE melarang kuteks gel?
Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa paparan TPO dosis tinggi dapat menimbulkan masalah reproduksi:
Penting dicatat, paparan ini terjadi lewat pemberian oral dengan dosis sangat tinggi, berbeda jauh dengan paparan pada manusia saat memakai kuteks gel. Namun, standar keamanan UE bersifat hazard-based approach. Artinya, jika suatu bahan berpotensi merusak DNA, menyebabkan kanker, atau mengganggu sistem reproduksi, maka langsung dilarang, meskipun risiko nyatanya pada manusia rendah.
Sementara itu, regulasi di negara-negara lain memakai risk-based approach, yaitu mempertimbangkan tingkat paparan nyata, bukan hanya potensi bahaya.
Jadi, adakah risiko nyata paparan TPO untuk manusia?
Hingga saat ini, bukti ilmiah mengenai bahaya TPO pada manusia masih sangat terbatas. Menurut para ahli dermatologi, risiko gangguan reproduksi dari gel polish relatif rendah sekali karena:
- TPO hanya tersisa sedikit setelah proses curing (proses pengerasan gel) dengan lampu UV (sekitar 1 persen).
- Paparan tidak terjadi melalui pencernaan, berbeda dengan studi hewan.
- Cahaya alami (matahari) setelah curing akan “menghabiskan” sisa TPO.
Risiko lain yang lebih nyata justru berasal dari lampu UV yang digunakan untuk mengeraskan kuteks gel. Studi tahun 2024 menemukan bahwa paparan berulang dapat meningkatkan risiko mutasi sel kulit dan kemungkinan kanker kulit, meski risikonya rendah.
Bagaimana cara mengurangi risikonya?

Jika kamu sedang dengan kuteks gel, para ahli menyarankan langkah-langkah pencegahan ini:
- Pilih produk TPO-free jika ada.
- Beri jeda waktu lebih lama antar sesi manikur gel.
- Gunakan base coat pelindung sebelum pengaplikasian.
- Pastikan salon kuku atau rumah memiliki ventilasi yang baik.
- Gunakan sunscreen atau sarung tangan pelindung UV saat curing.
Khusus untuk ibu hamil atau yang sedang merencanakan kehamilan, sebaiknya hindari produk dengan TPO demi keamanan tambahan.
Secara umum, kuteks gel tetap aman digunakan jika dilakukan dengan benar. Namun, ada baiknya sesekali beristirahat dari kuteks gel untuk mencegah kuku rapuh. Alternatif lain adalah kembali ke kuteks biasa atau biarkan kuku alami bernapas tanpa lapisan apa pun.
Larangan UE terhadap TPO lebih bersifat langkah pencegahan daripada bukti langsung pada manusia. Untuk pengguna di luar UE, risiko bisa diminimalkan dengan memilih produk TPO-free, menjaga frekuensi pemakaian, dan melindungi kulit dari paparan UV.
Referensi
Dea Metko et al., “A systematic review of the risk of cutaneous malignancy associated with ultraviolet nail lamps: what is the price of beauty?,” European Journal of Dermatology 34, no. 1 (February 1, 2024): 26–30, https://doi.org/10.1684/ejd.2024.4616.
Cosmetic Ingredient Review. Safety assessment of trimethylbenzoyl diphenylphosphine oxide as used in cosmetics (PDF). Diakses September 2025.
Official Journal of the European Union. "Amending Regulation (EC) No 1223/2009 of the European Parliament and of the Council as regards the use in cosmetic products of certain substances classified as carcinogenic, mutagenic or toxic for reproduction" (PDF). Diakses September 2025.
"TPO in Nail Products – Questions & Answers." Eropean Commission. Diakses September 2025.
"Trimethylbenzoyl diphenylphosphine oxide (TPO)." Eropean Commission. Diakses September 2025.
Zhivagui, M., Hoda, A., Valenzuela, N. et al. "DNA damage and somatic mutations in mammalian cells after irradiation with a nail polish dryer." Nat Commun 14, 276 (2023). https://doi.org/10.1038/s41467-023-35876-8.