Beberapa Perubahan Vagina yang Dipengaruhi Kondisi Mental

Jangan sampai stres atau tertekan!

Bukan hal yang aneh jika terjadi peningkatan stres, kecemasan, dan depresi selama pandemik COVID-19. Berdasarkan penelitian dalam jurnal The Lancet tahun 2020, kesehatan mental cenderung memburuk pada masa ini. Sekitar 27 persen perempuan melaporkan peningkatan tantangan yang dikaitkan dengan penyakit mental, sedangkan laki-laki hanya 10 persen saja.

Kondisi mental rupanya bisa memengaruhi vagina. Perubahan apa yang terjadi pada vagina ketika mengalami stres, kecemasan, dan depresi? Let's find out together!

1. Menstruasi tidak teratur atau terlewat dari jadwal

Beberapa Perubahan Vagina yang Dipengaruhi Kondisi Mentalilustrasi menstruasi (campaignasia.com)

Siklus haid yang teratur adalah indikator penting dari sistem reproduksi yang sehat. Berdasarkan penelitian dalam jurnal BMC Women's Health tahun 2018, disebutkan bahwa stres, obesitas, dan merokok berhubungan dengan menstruasi yang tidak teratur dan menopause dini.

Menurut dokter spesialis kebidanan dan kandungan asal Amerika Serikat (AS), Swapna Kollikonda, MD, tubuh memproduksi kortisol saat stres. Kortisol dapat menyebabkan periode haid tertunda atau ringan, atau bahkan tidak ada periode sama sekali (amenorea), mengutip Cleveland Clinic.

"Stres yang lebih ringan mungkin memiliki dampak yang lebih kecil dan stres yang berat memiliki dampak yang lebih dramatis yang bertahan lebih lama. Makin tinggi kadar kortisol, makin besar kemungkinan mengalami menstruasi yang hilang atau tidak teratur," kata Swapna.

2. Perubahan tampilan, tekstur, dan bau keputihan

Beberapa Perubahan Vagina yang Dipengaruhi Kondisi Mentalilustrasi keputihan (yesmomfertility.com)

Bukan rahasia lagi bahwa ketika stres, sistem kekebalan tubuh menurun. Ketidakseimbangan hormon dalam vagina melemahkan bakteri pelindung. Akibatnya, terjadi perubahan tampilan, bau, dan tekstur keputihan.

Misalnya, keputihan lebih kental, berwarna gelap, atau berbau tidak sedap, yang berbeda dari biasanya. Selain karena stres, perubahan pada keputihan mungkin adalah tanda vaginosis bakterialis atau infeksi jamur pada vagina (thrush) karena Candida albicans, dilansir Better Health Channel.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Vikram Patel dan Nandini Oomman yang diterbitkan dalam jurnal Reproductive Health Matters, keputihan mungkin merupakan konsekuensi dari kesehatan mental. Sepertiga perempuan dalam studinya mengalami keputihan yang dikaitkan dengan stres dan kecemasan.

3. Atrofi vagina

Beberapa Perubahan Vagina yang Dipengaruhi Kondisi Mentalilustrasi vagina kering (unsplash.com/Mike Erskine)

Mengutip Cleveland Clinic, atrofi vagina atau vaginitis atrofi merupakan kondisi saat lapisan vagina menjadi lebih kering dan tipis. Stres dan kecemasan bisa memengaruhi aliran darah ke vagina, mengurangi produksi pelumas alami, dan menyebabkan kekeringan pada vagina.

Penyebabnya tidak hanya kondisi mental, tetapi juga penurunan hormon estrogen karena menopause, melahirkan, menyusui, mengonsumsi obat-obatan tertentu, dan pengangkatan indung telur. Kurangnya estrogen menurunkan jumlah cairan vagina normal dan mengubah keasamannya.

Seperti apa gejala atrofi vagina? Selain organ intim kering, juga muncul rasa terbakar atau gatal pada vagina, nyeri saat berhubungan seks (dispareunia), lebih sering kencing, buang air kecil yang menyakitkan (disuria), keluar bercak atau darah, infeksi saluran kemih (ISK), hingga hematuria (kencing berdarah).

Baca Juga: Berapa pH yang Normal dan Sehat untuk Vagina? Ini Jawabannya!

4. Libido atau hasrat seks rendah

Beberapa Perubahan Vagina yang Dipengaruhi Kondisi Mentalilustrasi libido rendah (charak.com)

Ketika kita berada di bawah tekanan, kadar testosteron turun, sementara hormon terkait stres seperti kortisol, adrenalin, dan norepinefrin meningkat. Dilansir Forbes, testosteron adalah pendorong gairah seks atau libido. Stres kronis bisa membuat dorongan seks turun atau bahkan menghilang.

Berdasarkan riset yang dipublikasikan dalam Journal of Family Psychology tahun 2010, terbukti bahwa stresor (pemicu stres) dan stres yang dialami berkorelasi negatif terhadap aktivitas seksual. Spesifiknya, stres tinggi dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan tingkat aktivitas dan kepuasan seksual yang lebih rendah.

Begitu pula dengan studi dalam Journal of Family and Community Medicine tahun 2018. Ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara stres, kecemasan, depresi, dan disfungsi seksual.

5. Dasar panggul tegang dan kencang

Beberapa Perubahan Vagina yang Dipengaruhi Kondisi Mentalilustrasi anatomi panggul (intimina.com)

Saat stres melanda, otot-otot di punggung dan bahu menjadi tegang. Ternyata, ini juga bisa terjadi di vulva. Ketegangan yang terlalu lama pada area ini bisa menyebabkan komplikasi!

Mengutip B-wom, stres bisa menjadikan dasar panggul terlalu kencang. Sebab, ketika tegang, kita cenderung menahan napas, mengencangkan otot-otot, dan menekan dasar panggul.

Apa yang terjadi jika stres tidak dikelola dengan baik? Otot dasar panggul akan melemah dan organ dalam akan kekurangan dukungan. Ini bisa membuat kita kesulitan mengontrol urin, feses, dan kentut. Selain itu, kita berisiko mengalami prolaps organ panggul.

Nah, itulah beberapa perubahan vagina yang dipengaruhi kondisi mental. Semoga kita tidak mengalaminya, ya!

Baca Juga: 7 Perubahan pada Vagina Seiring Usia yang Menua, Tak Banyak yang Tahu

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya