Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[MADING] Generasi Perubahan: Anak Muda Menjadi Adiwira Bumi

IDN Times Xplore/Anak Muda Kreatif_SMK TUNAS MEDIA
IDN Times Xplore/Anak Muda Kreatif_SMK TUNAS MEDIA

Halo Sobat Bumi!

Kami Anak Muda Kreatif dari SMK Tunas Media, dengan penuh semangat inovasi dan kepedulian menghadirkan karya bertema:

“Generasi Perubahan: Anak Muda Menjadi Adiwira Bumi”

Melalui karya ini, kami ingin mengajak seluruh generasi muda untuk berani melangkah, menjaga bumi, dan melahirkan inovasi yang membawa masa depan lebih hijau, bersih, dan berkelanjutan.

Tim redaksi kami terdiri dari:

  • Guru pendamping: Agustina Rahmaniatullah, M.Pd.
  • Ketua: Alfino
  • Anggota: Miguel Caesar Adi Waluyo, Muhammad Abi Yazid

Karya ini dibuat untuk keperluan kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025. Mading ini ditampilkan apa adanya tanpa ada proses penyutingan dari redaksi IDN Times.

Esai: Latar Belakang

IDN Times Xplore/Anak Muda Kreatif_SMK TUNAS MEDIA
IDN Times Xplore/Anak Muda Kreatif_SMK TUNAS MEDIA

Di awal abad ke-20, plastik hadir dengan membawa cahaya penuh harap. Ia disebut sebagai penemuan berharga setara emas: ringan, kuat, dan mampu menggantikan kayu atau logam yang semakin terbatas. Plastik kala itu adalah teman, sahabat yang hadir untuk mempermudah hidup manusia. Namun, seperti kisah persahabatan yang berubah arah, plastik perlahan menjadi lawan. Gunungan sampah plastik yang sulit terurai menjelma menjadi momok yang mengancam. Laut kita kini sesak, bahkan ikan-ikan menelan mikroplastik yang tak kasat mata. Sang sahabat kini berbalik menjadi musuh dalam selimut.

Tahun demi tahun masalah akibat plastik terus meningkat. Namun ironisnya, manusia masih hidup bergantung pada plastik. Memang tak mudah untuk berganti haluan, sebab segala efisiensi yang ditwarkan dengan menggunakan plastik sudah melekat dalam sehari-hari. Akan tetapi, di tengah krisis ini, generasi muda justru menyalakan obor harapan. Bukan memaksa diri untuk memusuhi plastik, melainkan dengan cerdas membuat sebuah inovasi untuk berteman dengannya. Kita, anak-anak era digital, tak hanya sibuk dengan layar, tapi juga mulai bertanya: “Bagaimana bumi ini bisa bertahan?” Dari situ, inovasi lahir. Ada teknologi mesin pengolah sampah sederhana yang dirancang mahasiswa, aplikasi yang mengajarkan gaya hidup hijau, hingga ide kreatif mendaur ulang plastik menjadi bahan bangunan. Semua lahir dari semangat ingin membuktikan bahwa teknologi bukan sekadar alat untuk scroll tanpa henti, tapi juga senjata untuk melawan kerusakan alam.

Sayangnya, meski suara alarm bumi sudah nyaring, masih banyak masyarakat yang bersikap acuh. “Ah, sampah satu botol saja mana bisa bikin bumi hancur,” begitu kira-kira pikir sebagian orang. Padahal, jika berjuta orang berpikir sama, gunung plastik akan terus meninggi. Sikap tak peduli ini seperti racun halus: tak terasa, tapi pelan-pelan mematikan. Dampaknya nyata, banjir datang lebih sering karena saluran air tersumbat, udara makin panas, dan laut makin sekarat. Indikasi perubahan iklim pun sudah kita rasakan: hujan tak menentu, musim seperti salah alamat.

Namun, di antara suara cuek itu, ada dentuman semangat yang tak bisa diabaikan. Nama Pandawara misalnya, kelompok anak muda yang memilih turun langsung ke medan. Mereka tidak hanya bicara di media sosial, tapi juga terjun membersihkan sungai dan pantai yang penuh sampah. Aksi mereka viral, dan justru itulah kekuatan zaman ini: viralitas bisa menjadi katalis perubahan. Pandawara mengajarkan kita bahwa menjadi eco-warrior bukan tentang menunggu perubahan dari orang lain, tapi mulai dari langkah kecil sendiri, lalu menularkan energi positif itu ke sekitar.

Di balik semua ini, jelas bahwa edukasi memegang peranan penting. Tanpa pengetahuan, orang akan terus menganggap sampah hanyalah “hal kecil”. Tanpa kesadaran, teknologi sehebat apa pun tak akan dimanfaatkan dengan benar. Maka, tugas kita bukan hanya menciptakan teknologi ramah lingkungan, tapi juga mengedukasi masyarakat agar ikut serta dalam pertempuran ini. Sebab, bumi bukan hanya milik kita hari ini, tapi juga warisan untuk generasi yang belum lahir.

Esai: Kesimpulan

IDN Times Xplore/Anak Muda Kreatif_SMK TUNAS MEDIA
IDN Times Xplore/Anak Muda Kreatif_SMK TUNAS MEDIA

Maka, mari aktifkan mode Eco-Warrior kita! Jadilah pejuang lingkungan dan alam dengan cara yang sesuai kemampuan. Entah itu lewat teknologi, edukasi, atau sekadar mengurangi plastik sekali pakai. Bumi sedang berteriak, dan kita punya pilihan: berpura-pura tuli atau mendengar dan bergerak. Jika dulu plastik datang sebagai sahabat namun berubah jadi lawan, biarlah kita generasi muda yang hadir sebagai sahabat baru bumi.

Sebab menyelamatkan bumi bukan tugas orang lain. Itu tugas kita, dan waktunya sudah tiba! Jangan malas untuk terus berinovasi, karena inovasi bukan untuk dipamerkan, melainkan untuk dijadikan cahaya penerang yang menuntun umat manusia menjadi kehidupan yang lebih baik.

Infografik

IDN Times Xplore/Anak Muda Kreatif_SMK TUNAS MEDIA
IDN Times Xplore/Anak Muda Kreatif_SMK TUNAS MEDIA

Infografik “Kita Sang Adiwira Bumi” lahir sebagai seruan kreatif bagi generasi muda untuk mengambil peran nyata dalam menjaga lingkungan. Melalui pesan sederhana namun berdampak: hemat energi, gunakan transportasi umum, hentikan plastik sekali pakai, dan hijaukan bumi, kita diingatkan bahwa setiap langkah kecil adalah kontribusi besar. Fakta-fakta yang ditampilkan menegaskan urgensi perubahan sekaligus menyalakan semangat bahwa kita, anak muda, mampu menjadi adiwira yang melindungi bumi. Karena masa depan bukan hanya untuk diwarisi, melainkan untuk diperjuangkan bersama.

Foto Bercerita

IDN Times Xplore/Anak Muda Kreatif_SMK TUNAS MEDIA
IDN Times Xplore/Anak Muda Kreatif_SMK TUNAS MEDIA

Perjalanan kami dalam menyusun mading “Kita Sang Adiwira Bumi” dimulai dari sebuah diskusi sederhana di kelas. Kami duduk bersama, saling bertukar ide, lalu membagi peran agar setiap anggota bisa berkontribusi sesuai kemampuan. Dari mencari data tentang fakta lingkungan, menyusun konsep desain, hingga mengolah ilustrasi, semua kami kerjakan dengan semangat kebersamaan.

Suasana kerja penuh tawa, serius, dan kreativitas terekam dalam momen ini. Setiap langkah adalah proses belajar, bukan hanya tentang membuat mading, tetapi juga tentang memahami bahwa menjaga bumi adalah tanggung jawab bersama. Hingga akhirnya, semua ide itu bersatu menjadi satu karya yang lahir dari energi muda: mading “Kita Sang Adiwira Bumi.”

Foto Bercerita

IDN Times Xplore/Anak Muda Kreatif_SMK TUNAS MEDIA
IDN Times Xplore/Anak Muda Kreatif_SMK TUNAS MEDIA

Inilah jejak langkah kami dalam proses berkarya. Tidak hanya duduk di depan layar, tapi juga turun langsung ke lapangan: membersihkan lingkungan sekolah, merawat tanaman, hingga mengamati sekitar untuk mencari inspirasi nyata. Semua momen ini menjadi bagian penting perjalanan kami, karena menjadi Adiwira Bumi tidak cukup hanya dengan ide, tapi juga aksi nyata.

Lewat mading digital ini, Anak Muda Kreatif dari SMK Tunas Media ingin menunjukkan bahwa menjaga bumi tidak selalu harus dimulai dari langkah besar. Justru dari aksi kecil yang konsisten, perubahan besar bisa tercipta. Setiap ide dan gerakan sederhana yang kami lakukan adalah bagian dari perjuangan bersama menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Kami berharap karya ini menjadi energi positif yang menginspirasi generasi muda untuk bergerak bersama, menjaga bumi, dan berani tampil sebagai Adiwira masa depan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us

Latest in Life

See More

[MADING] Penghijauan : Investasi Masa Depan Pondok

17 Sep 2025, 15:19 WIBLife