5 Alasan Mengapa Puasa Ramadan Membentuk Integritas

Puasa ramadan sudah sepantasnya melatih kita untuk kemudian giat dalam beribadah. Sebab di dalamnya banyak keutamaan. Sayang sekali kalau kita tidak turut mengambil bagian.
Selain itu, momen ramadan juga dapat membentuk integritas yang nyata. Kenapa bisa seperti itu? Temukan alasannya lewat lima poin di bawah ini.
1. Berusaha menjaga amanah

Amanah pada tiap diri seorang muslim. Bahwasannya dia diberikan kepercayaan penuh. Makanya puasa itu adalah amanah. Kita mau melanggarnya bukan hal yang susah. Mau menjalankan dengan sepenuh hati juga bukan kemustahilan.
Dari dua pilihan itu keputusan ada di tangan kita. Jikalau kita memilih jalan kesatria, maka sudah barang tentu kita tidak akan berkompromi. Untuk kemudian menghiasi hari-hari kita dengan ibadah puasa yang murni. Artinya, kita tidak coba-coba untuk sengaja membatalkan puasa. Atau yang lebih parah sengaja tidak mau berpuasa. Karena kita paham perihal konsekuensinya.
2. Melatih konsistensi dalam beribadah

Tanpa kita sadari, secara tidak langsung kita jadi lebih giat beribadah ketika memasuki waktu ramadan. Masjid-masjid terisi oleh jamaah yang membludak. Bahkan sampai di bagian luarnya. Seolah memberi gambaran, bahwa ramadan adalah berita menggembirakan untuk seluruh umat Islam.
Bagaimana tidak? Pahala dilipatgandakan, ampunan disegerakan. Sungguh nikmat yang terlampau indah. Ini harus menjadi motivasi kita untuk konsisten beribadah. Karena harapannya, setelah ramadan kita terlahir sebagai pribadi baru. Maksudnya, kita menuju kepada cahaya kebenaran. Kemarin kita malas untuk sekedar salat, maka saat ramadan mari ubah itu. Setidaknya kita membuktikan ada itikad baik untuk masa depan kita. Baik di dunia, maupun di akhirat kelak.
3. Berupaya mengendalikan hawa nafsu

Nafsu itu mesti ditundukkan. Jikalau diikutkan maka ia tidak akan pernah usai. Itulah mengapa kita diwajibkan berpuasa. Agar nafsu dapat ditekan. Melatihnya dengan tidak makan dan minum selama beberapa jam.
Dengan begitu, kita dihadapkan pada situasi yang sulit. Sehingga nafsu dapat dikendalikan. Ia meminta makan, kita menolaknya. Ia meminta minum, kita melawannya. Itulah esensi dari ibadah puasa. Mengantarkan kita pada derajat takwa. Yaitu menjadi hamba yang taat kepada Tuhannya. Bukan pada nasfu yang sering kali menipu dirinya sendiri.
4. Menguatkan komitmen kita untuk beribadah

Komitmen jangka panjang. Bahkan selepas ramadan. Sehingga ramadan itu warnanya spesial. Mampu mengubah tampilan dari seseorang. Tadinya ia malas bergegas ke masjid, menjadi ia yang paling pertama hadir. Ini fenomena yang tidak boleh kita nafikan. Sebab ia berada di tengah-tengah kita.
Ramadan memberikan dorongan yang luar biasa. Juga semangat yang menyasar kepada jiwa-jiwa para muslim. Untuk meningkatkan kualitas keimanan dan meningkatkan kuantitas ibadah. Termasuk juga yang sunah. Karena padanya terdapat keutamaan yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
5. Menjadikan jiwa kita kuat

Jiwa yang lemah adalah yang berpasrah pada keadaan. Tapi ramadan datang untuk mengusir itu. Sejak sebelum fajar menyising, kita sudah harus sahur. Sebagai bagian dari niat dan kesungguhan kita untuk berpuasa.
Tidak sampai di situ, kita harus mampu menahan rasa lapar dan haus. Sebuah hal yang seyogyanya tidak semua orang akan bersedia. Karena ada saja yang dengan entengnya makan atau minum saat siang hari. Seolah-olah tidak ada yang salah. Menganggap ramadan sama dengan bulan yang lain. Melihat ibadah puasa sebagai hal yang memberatkan.
Padahal, kalau dijalani dengan keikhlasan, puasa itu mengubah jiwa. Kemarin ia berleha-leha, maka hari ini ia jadi sadar diri. Membatasi diri pada apa yang semestinya tidak boleh dilewati. Sebagai hakikat penghambaan yang sempurna nam paripurna.