5 Mindset yang Membantu Keluar dari Standar Hidup Versi Medsos

- Media sosial adalah alat, bukan cermin kehidupan nyata
- Tidak semua yang viral itu realistis, banyak bersumber dari tren atau algoritma
- Self worth tidak ditentukan oleh performa online, fokus pada koneksi nyata dan progres pribadi
Mengikuti standar hidup versi media sosial memang melelahkan. Ini dikarenakan tidak semua hal yang ada dalam standar media sosial relevan dengan nilai dan tujuan yang ingin dicapai. Tidak jarang seseorang mengikuti standar hidup versi media sosial hanya untuk memburu validasi dan pengakuan semu.
Sedangkan bagi beberapa orang yang memiliki mindset tepat, standar di media sosial bukanlah sesuatu yang mengusik kehidupan. Meskipun standar hidup versi media sosial mendominasi lingkungan, mereka tetap berpegang teguh pada prinsip dan pendirian yang dianut. Jika kamu ingin seperti mereka, ada beberapa mindset yang membantu keluar dari standar hidup versi medsos, kok. Sudahkan kamu memiliki mindset seperti di bawah ini?
1. Media sosial adalah alat, bukan cermin

Standar yang berkembang versi media sosial kerap dijadikan sebagai patokan. Bahkan ini turut berlaku dalam lingkungan sosial masyarakat. Standar media sosial dijadikan sebagai acuan untuk memberikan label sukses, berhasil, maupun pengakuan-pengakuan positif lainnya.
Ternyata setiap dari kita bisa saja keluar dari standar hidup tersebut. Kuncinya dengan memiliki mindset bahwa media sosial adalah alat, bukan cermin. Apa yang tampak di media sosial belum tentu sesuai dengan kondisi kehidupan nyata. Bahkan banyak yang saling bertolak belakang
2. Tidak semua yang viral itu realistis

Mengikuti fenomena yang sedang viral memang menarik. Bahkan banyak orang merasa bangga ketika mereka berhasil mengikuti tren tersebut. Tanpa disadari ini menjadi bukti bahwa kita sedang terjebak dalam standar hidup versi media sosial yang tidak ada habisnya.
Tapi ketika memiliki mindset yang tepat, tentu dapat membantu keluar dari standar hidup media sosial yang melelahkan. Mindset tersebut berupa kesadaran tidak semua yang viral itu realistis. Banyak standar kecantikan, gaya hidup, dan kesuksesan di media sosial bersumber dari tren atau algoritma, bukan kebenaran universal.
3. Self worth tidak ditentukan oleh performa online

Sudahkah mengetahui apa itu self worth? Ini merupakan nilai yang kita berikan kepada diri sendiri sebagai seorang manusia. Termasuk keyakinan layak untuk dihargai, dicintai, yang diperlakukan dengan baik oleh orang-orang di lingkungan sekitar. Tapi sering berkembangnya media sosial, self worth kerap dilupakan.
Walau demikian, kondisi ini tidak akan terjadi saat kita mampu menanamkan mindset yang tepat. Termasuk pemahaman bahwa self worth tidak ditentukan oleh performa online. Mengaitkan nilai diri dengan jumlah followers atau pencapaian digital bisa membuat kita lelah mental.
4. Fokus pada koneksi nyata, bukan impresi digital

Kehidupan di era digital memang membawa pengaruh tersendiri dalam setiap aspek kehidupan. Contohnya banyak orang rela menghabiskan waktu bermedia sosial tanpa tujuan yang pasti. Mereka membiarkan seluruh kehidupan yang terpaku pada teknologi digital tanpa batas.
Ketika seseorang memiliki mindset bijaksana, ia tidak akan lagi terpaku oleh standar resmi di media sosial. Diantaranya pemikiran untuk berfokus pada koneksi nyata, bukan impresi digital. Semakin kita terhubung secara offline, semakin kecil pengaruh standar online terhadap kepercayaan diri.
5. Progres pribadi lebih penting daripada validasi publik

Perkembangan media sosial yang berlangsung dengan pesat membawa pengaruh terhadap kehidupan. Contohnya seseorang lebih mementingkan validasi publik. Ketika tidak memperoleh pengakuan sebagaimana yang diharapkan, semangat berbenah maupun produktivitas mengalami penurunan.
Ini tidak akan terjadi saat mampu menanamkan mindset yang tepat di era digital seperti sekarang. Salah satunya pemahaman bahwa progres pribadi lebih baik daripada validasi publik. Sejak awal tujuan utama dari tumbuh dan berkembang adalah untuk meningkatkan kualitas diri. Bukan memperoleh pengakuan dari media sosial yang bersifat semu.
Upaya keluar dari standar hidup versi media sosial memang menguras emosi dan pikiran. Kamu perlu mengembangkan mindset yang membantu keluar dari standar hidup versi medsos agar lebih bijak dalam menjalani hidup. Sadari bahwa media sosial bukan cerminan kehidupan nyata. Mulai sekarang, saatnya berfokus pada koneksi nyata, sekaligus memprioritaskan progres pribadi daripada validasi publik.