2 Doa KH Noer Ali Lemahkan Senjata Sekutu Saat Bertempur di Bekasi

Bekasi, IDN Times - Salah satu pahlawan nasional adalah Kiai Haji Noer Ali. Tokoh pejuang yang berasal dari Bekasi, Jawa Barat ini ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 10 November 2006.
Salah satu perjuangan Kiai Haji Noer Ali adalah bertempur melawan sekutu di Sasak Kapuk, Pondok Ungu, yang saat ini lebih dikenal sebagai wilayah Kelurahan Medansatria, Kecamatan Medansatria, Kota Bekasi.
Peristiwa itu terjadi pada 29 November 1945 dan dikenal sebagai pertempuran Sasak Kapuk.
1. Membentuk dan melatih Laskar Rakyat Ujungmalang untuk berperang

KH Noer Ali diketahui sudah membangun pesantren bernama At-Taqwa sejak 1940 dan hingga 1945 sudah memilik banyak santri. Noer Ali juga sudah dipercaya oleh masyarakat Ujungmalang, yang saat ini dikenal sebagai Babelan, sebagai pemimpin.
Sebelum terjadinya peristiwa Sasak Kapuk, Noer Ali memberhentikan kegiatan belajar santrinya dan fokus untuk mengajar pertempuran. Setelah itu, santrinya dan warga Ujungmalang membentuk laskar yang dinamakan Laskar Rakyat Ujungmalang.
Laskar Rakyat Ujungmalang dilatih untuk berperang dan menggunakan senjata tajam seperti golok dan parang. Ada juga beberapa anggotanya yang dilatih untuk menggunakan senjata api.
"Itu santri-santri dia (Noer Ali) divakumkan dari pelajaran pendidikan dan diterjunkan di bidang pertempuran fisik, bersama masyarakat Ujungmalang," kata Sejarawan Bekasi Ali Anwar, saat dikonfirmasi IDN Times, Jumat (10/11/2023).
2. Amalan dua doa untuk melemahkan senjata musuh

Saat pelatihan bela diri, KH Noer Ali meminta kepada pasukannya untuk menghafalkan dua doa yakni Hizbun Nashar dan Hizib Shagir, yang dibaca sebelum berperang. Doa itu dipercaya untuk melindungi pasukan dari serangan sekutu.
Namun, saat itu KH Noer Ali berpesan untuk tidak takabur atau memiliki sikap yang membanggakan diri.
Pertempuran Sasak Kapuk pun terjadi, pertempuran itu dimulai dengan kontak fisik. Pasukan Laskar Rakyat Ujungmalang pun sempat menang akibat persenjataan milik sekutu tidak dapat berfungsi.
Tidak aktifnya senjata api laras panjang maupun meriam milik sekutu, dipercayai karena dua doa yang dibacakan sebelum berperang.
"Rupanya pada saat pertempuran, konon kata salah satu prajurit KH Noer Ali yang cerita ke saya, bahwa waktu itu persenjataan tentara sekutu itu tidak aktif," jelas Ali Anwar.
Tidak lama kemudian, Noer Ali melihat ada beberapa pasukannya yang bersuka cita atas kemenangan sementara itu. Noer Ali saat itu memiliki firasat buruk dan memerintahkan pasukannya untuk mundur.
"Rupanya ada beberapa anak buah KH Noer Ali lepas kendali, takabur dia. Mereka itu ada yang bilang joget-joget, tertawa-tertawa, kesenangan. Dengan takabur itu, KH Noer Ali melihat situasi yang tidak baik dan menyuruh pasukannya mundur," jelas Ali Anwar.
3. Senjata sekutu aktif kembali

Saat pasukan sedang menuruti perintah KH Noer Ali untuk mundur, secara tiba-tiba senjata api milik sekutu aktif kembali. Akibatnya, puluhan pasukan Laskar Ujungmalang menjadi sasaran peluru tajam dan meriam milik sekutu.
Tercatat, ada puluhan Laskar Ujungmalang menjadi korban atas peristiwa itu.
"Begitu pasukan mundur, persenjataan sekutu aktif kembali. Jadinya ada yang kena meriam, kena tembak, sekitar 30 orang korbannya itu, ada yang meninggal dan luka di kaki, di paha," katanya.
Beruntung, KH Noer Ali selamat dengan cara menceburkan diri ke Kali Sasak dan menyusuri kali hingga wilayah Ujungmalang.