5 Imbauan untuk Jemaah Haji Perempuan Jelang Wukuf

- Perempuan haid tetap bisa wukuf, tapi tidak bisa tawaf
- Jemaah perempuan dianjurkan mengubah niat haji menjadi qiran jika datang bulan saat di Makkah
- Antisipasi antrean toilet dengan pembalut, masker diizinkan untuk kondisi tertentu
Jakarta, IDN Times – Wukuf di Arafah adalah inti dari seluruh rangkaian ibadah haji. Di momen penting inilah para jemaah berkumpul untuk berdoa dan bermunajat. Bagi jemaah perempuan, terdapat beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan agar ibadah tetap sah dan nyaman.
Anggota Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Badriyah Fayumi menyampaikan, haji bagi perempuan merupakan bentuk pengorbanan dan perjuangan.
"Perempuan yang berhaji telah melakukan pengorbanan besar—meninggalkan keluarga, rutinitas harian, dan menempuh perjalanan panjang demi memenuhi panggilan Ilahi,” ujar Badriyah seperti dikutip pada Senin (26/5/2025).
Menjelang pelaksanaan wukuf, Badriyah menyampaikan lima hal penting yang perlu diperhatikan jemaah perempuan.
1. Haid tidak menghalangi wukuf

Perempuan yang sedang haid tetap bisa mengikuti wukuf. Satu-satunya ibadah yang tidak dapat dilakukan ketika haid adalah tawaf, yang baru bisa dilakukan setelah keadaan suci kembali.
Bila haid datang saat tiba di Makkah menjelang wukuf, jemaah perempuan dianjurkan mengubah niat hajinya dari tamattu’ menjadi qiran.
“Niatkan haji qiran, ikuti wukuf, lalu lanjutkan rangkaian ibadah. Umrah bisa dilakukan setelah suci,” kata Badriyah.
2. Gunakan pembalut atau pampers untuk antisipasi

Selama wukuf, antrean toilet bisa sangat panjang. Untuk antisipasi, Badriyah menyarankan penggunaan pembalut atau pampers guna menjaga kebersihan dan kesucian pakaian ihram.
“Ini bukan soal kenyamanan semata, tapi juga menjaga kesucian pakaian ihram. Setelah ada kesempatan, barulah bersuci dan mengganti,” kata dia.
3. Masker atau aurat selama ihram

Secara hukum fikih, wajah dan telapak tangan perempuan tidak boleh ditutupi saat ihram. Namun, dalam kondisi tertentu seperti cuaca ekstrem atau mencegah terjadinya penularan ISPA, penggunaan masker diperbolehkan.
“Kalau demi menjaga kesehatan, itu tidak mengapa. Tapi kalau ingin lebih berhati-hati, bisa membayar fidyah dengan puasa tiga hari atau sedekah kepada enam fakir miskin,” ujarnya.
4. Hemat tenaga, perbanyak ibadah

Menjelang puncak ibadah haji (Armuzna), jemaah akan dihadapkan dengan aktivitas fisik yang padat. Oleh karena itu, jemaah perempuan dianjurkan untuk menghemat tenaga dan mengisi waktu dengan perbanyak ibadah ringan.
“Kita masih punya waktu dua pekan menuju Armuzna. Gunakan waktu ini untuk ibadah yang ringan tapi berpahala besar, seperti zikir, tadarus, sedekah, doa, sabar, dan pengendalian diri,” tutur Badriyah.
5. Jauhi perdebatan, jaga keikhlasan

Perbedaan pandangan dalam fikih tak jarang memicu perdebatan di kalangan jemaah. Badriyah mengimbau para jemaah untuk menghindari hal tersebut dan fokus pada niat serta keikhlasan.
“Pilihlah pendapat yang paling menenangkan hati. Jangan habiskan waktu untuk memperdebatkan hal yang tidak perlu. Fokuslah pada niat dan keikhlasan,” jelasnya.
Di akhir pesannya, Badriyah mengajak jemaah perempuan untuk menjadikan wukuf sebagai titik balik spiritual.
“Ketika kita lelah berjalan menuju Jamarat, niatkan sebagai langkah menuju Allah. Ketika kita melepaskan kenyamanan saat ihram, niatkan sebagai tanda cinta kepada-Nya. Semoga semua pengorbanan ini mengantarkan kita menjadi haji yang mabrur,” tutupnya.