Tri Mumpuni, Hadirkan Listrik di Wilayah Tak Terjangkau

Jakarta, IDN Times - Tri Mumpuni adalah seorang Direktur Eksekutif IBEKA, Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan. Namun, kali ini ia menceritakan kisanya bersama sang suami menyediakan listrik bagi wilayah yang belum terjangkau atau sulit dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH).
Kisah itu dibagikan Tri Mumpuni dalam program “101 Climate Change Actions” yang diselenggarakan IDN Times, Kamis (30/12/2021). Desember dijadikan IDN Times sebagai bulan Peduli Perubahan Iklim.
Program tersebut tayang mulai pukul 16.00 WIB di Instagram @idntimes.
1. Ada kesadaran yang membaik

Tri Mumpuni mengatakan jika ada kesadaran dari masyarakat yang membaik. Ia menekankan yang dilakukannya adalah pemberdayaan di bidang energi.
"Ya, saya melihat dibandingkan dengan awal-awal dulu kita itu kalau bekerja agak kurang friendly dengan PLN karena waktu itu kan masih old-school, jadi berpikirnya itu kenapa kalo bisa dengan menggunakan high-speed diesel yang artinya BBM, kenapa harus repot-repot membangun? Padahal, aturan sejak dahulu, zaman orde baru dan seterusnya itu kalau ada listrik pedesaan itu menggunakan kalau bahasa sederhananya itu genset. Artinya itu gampang banget. Pasang genset, pakai BBM. Unfortunately, kondisi ini tidak bisa bertahan lama. Kenapa? Waktu itu pernah ada krisis energi yang harga minyak mentah itu sampai 100 dolar AS per barel. Matilah semua pembangkit listrik itu," kata Tri Mumpuni dalam live Instagram IDN Times.
Ia menilai sumber energi terbarukan bisa dibangun di desa. Meski membutuhkan usaha dan investasi yang tidak sedikit, ia menilai hal tersebut akan menguntungkan dalam jangka waktu panjang.
"Memang mahal di awal tapi for the long run ini sangat menguntungkan, itu yang saya lihat. Makanya kita tetap terus berusaha dan Alhamdulillah akhirnya pemerintah merasa ini adalah salah satu solusi. Namun, sistem yang dibangun belum juga selesai. Kenapa? Karena saya ingin rakyat diberi space untuk membangun sendiri. Kita hanya mendampingi dan mengajari mereka sehingga mereka punya kapasitas. Jadi sebenarnya teknologi itu sebagus mungkin didekatkan dengan kemampuan rakyat. Tapi at the same time, rakyat juga harus ditingkatkan kapasitasnya. Itu namanya pemberdayaan di bidang energi," lanjutnya.
2. Sudah banyak menggerakkan desa

Tri Mumpuni mengungkapkan sudah banyak desa yang memanfaatkan energi terbarukan. Ia kemudian menegaskan, jika pembangunan yang dilakukan haruslah berbasis masyarakat.
"Kalau yang dikerjakan oleh IBEKA sendiri itu ada 82 desa. Tapi, kalau melibatkan anak-anak Patriot itu lebih dari 100 desa. Anak-anak Patriot Energi itu saja pada 2015 sudah ada di 105 desa. Belum kemudian ditambah waktu kemarin yang 85 anak di-deploy. Tahun ini ada 98 anak yang di-deploy juga. Jadinya banyak karena tangan kita ada dua, IBEKA itu hanya ada dua tangannya," kata dia.
"What’s very important di negeri ini adalah bagaimana cara berpikir kita ini, artinya kalau saya bicara membangun bersama-sama itu artinya kita sekarang melibatkan anak-anak muda tidak harus tangan kita, tapi soul-nya. Soul yang kita miliki, pemberdayaan, empowering local community, mengubah algoritma kita dari eco social economy menjadi eco techno anthropology. Artinya, ekologi dipikirkan, teknologi dipikirkan, manusianya dipikirkan. Kalau bahasa yang paling sederhana itu saya sebut people-driven development, pembangunan berbasis masyarakat, melibatkan masyarakat, memberikan mereka dignity, tapi juga sekaligus memperkuat kondisi mereka, ini yang saya kira penting kalau bicara Indonesia," lanjutnya.
3. Hal menarik bekerja dengan anak muda

Tri Mumpuni membeberkan banyak hal menarik saat bekerja dengan para anak muda. Menurutnya, sangat penting untuk memiliki dan melatih para pemuda untuk bisa memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk membangun desa dan negeri ini.
"Hal mendasar yang paling menarik bagi kami bertemu dengan anak-anak muda adalah mampu mengubah cara berpikir mereka. Yang dulu kalau istilah yang dipakai di IBEKA, anak-anak itu berjalannya ke luar. Jadi, you’re not thinking about yourself, tapi berpikir tentang orang lain. Nah, ini mereka diajak berjalan ke dalam. Artinya, mereka mampu menggunakan logika dan hati. Dan yang namanya komunikasi antara logika dengan hati itu harus selalu terjadi. Komunikasi itulah yang memunculkan akal sehat," ucap dia.
Menurutnya, selama ini ilmu yang diterima dari kampus tak jauh dari hal materi, misal mencari pekerjaan. Sedangkan, yang diajarkan oleh IBEKA juga mencakup perjalanan spiritual.
"Mereka dilatih untuk punya empat kompetensi. Kompetensi keteknikan, karena nanti ilmunya dipakai untuk membantu rakyat. Yang kedua kompetensi kejuangan. Dia harus mampu dan mau meninggalkan zona nyaman dengan berada di desa-desa terpencil selama bertahun-tahun sampai rakyat betul-betul terbangun secara energi dan ekonomi. Lalu ada kompetensi kerakyatan. Mereka mampu meng-capture passion rakyat. Orang-orang di desa maunya apa. Terus berupaya mencari apa yang diinginkan," kata Tri Mumpuni.
Kemudian, pelajaran terakhir yang diberikan adalah keikhlasan. Kompetensi tersebut menurutnya penting agar ketika lulus sekolah, para anak muda berpikir tentang apa yang bisa diperbuat untuk orang banyak.
"Dia akan melihat kiri-kanan. Di desa itu resources banyak banget. Yang kurang adalah intelectual capacity. Nah, ini kan hal yang bagus, membuat anak-anak memiliki empat kompetensi kemudian di-deploy dan di sana mereka akan berpikir bahwa negeri kita itu sangat kaya. Bisa dibangun, sangat luar biasa potensinya," lanjutnya.



















