Belajar Kritis, Siswa Pasawahan Ciamis Ikut Demo Hari Tani di DPR

- Sekolah tani didirikan oleh Serikat Petani Pasundan (SPP) dan dinaungi Kementerian Pertanian.
- Siswa diajak berjuang untuk keluarga dan masa depan petani melalui aksi ini.
- Harapan agar pemerintah menunjukkan hasil nyata setelah tuntutan aksi tersampaikan.
Jakarta, IDN Times - Sejumlah siswa SMP hingga SMA ikut turun dalam aksi di depan Gedung DPR/MPR RI, dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional ke-65, Rabu (24/9/202).
Berdasarkan pantauan IDN Times, para siswa terlihat berteduh di bawah spanduk besar bertuliskan "Tanah untuk Rakyat". Ketua OSIS SMK Pasawahan Banjarsari, Revina Aprileni, menyatakan jumlah siswa yang turut serta mencapai 55 orang.
"Iya, kami 65 sudah sama guru. Guru ada 10," ujar Revi.
Kepala Sekolah Pasawahan, Paryono, mengungkapkan alasan sekolah mengajak siswa ikut demonstrasi, agar mereka belajar menyuarakan perjuangan orang tua mereka yang merupakan petani.
"Lewat ini (demonstrasi), mereka belajar bagaimana masyarakat berjuang menyuarakan aspirasi kepada pemerintah, dan mereka harus tahu bahwa orang tua mereka berjuang untuk menghidupi mereka," ujar Paryono kepada IDN Times.
1. Sekolah tidak dipungut biaya dan dibangun swadaya petani

Paryono menceritakan kondisi sekolah tani yang didirikan Serikat Petani Pasundan (SPP) yang terhimpun dalam Organisasi Tani Lokal (OTL).
"Jadi sekolah ini kan salah satu sekolah swasta yang didirikan oleh organisasi Serikatan Pasundan, di mana sekolah ini kan berdiri dari beberapa kabupaten/kota di wilayah Jawa Barat, ya salah satunya sekolah saya itu adalah sekolah yang ada di Kabupaten Ciamis," kata dia.
Paryono menjelaskan, Sekolah Pasawahan dinaungi Kementerian Pertanian, dan mendapat beasiswa penuh untuk jenjang kuliah dari Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor.
2. Siswa diajak belajar berjuang lewat aksi hari ini

Paryono mengatakan, keikutsertaan siswa dalam aksi hari ini adalah bentuk perjuangan untuk keluarga dan masa depan petani.
"Jadi kenapa mereka ikut demo ini adalah salah satu bentuk dari kekhawatiran dan perjuangan karena mereka merupakan anak-anak petani yang hidup di atas tanah mereka sendiri, tentunya mereka khawatir akan nasib petani yang akan datang," ujarnya.
Salah satu siswa, Adi Gunawan, juga menyatakan hal yang menjadi keresahan dan alasan untuknya mengikuti aksi hari ini.
"Iya orang tua petani. Udah jadi petani tapi gak punya tanah. Punya tanah pun, tapi gak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari," kata dia.
3. Harapan dari elemen sekolah untuk masa depan petani

Baik kepala sekolah maupun para siswa menganggap aksi ini bukan sekadar ikut-ikutan. Revi menyatakan harapannya agar pemerintah menunjukkan hasil nyata setelah tuntutan aksi disampaikan.
"Bisa ada keadilan yang nyata bagi para petani. Undang-undang jangan dibuat palsu doang, bener-bener dijalani," ujar dia.
Paryana berharap ada tindak nyata dari pemerintah usai tuntutan dibacakan Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) saat audiensi dengan anggota DPR.
"Harapannya alhamdulillah saya sudah dengar apa yang disampaikan oleh pak Sekjen dan bu Sekjen, dari KPA, dan tentunya mudah-mudahan dari aksi hari ini ada aksi nyata dari pemerintah, terkait dengan penertiban lahan-lahan yang sudah digarap oleh masyarakat," kata dia.
Selain itu, terdapat harapan untuk masa depan anak-anak petani yang diharapkan bisa melanjutkan, bahkan mengembangkan usaha keluarga mereka.
"Dan juga terkait anak-anak petani, ini juga tolong diperhatikan, karena mereka adalah salah satu generasi yang harus kita benar-benar jaga," ujarnya.